“Kok kamu kurusan sih?”
“Katanya diet, kok belum kelihatan ya perubahannya?”
“Ya ampun! kamu udah terlalu gemuk, bajumu sampai ngetat girtu.”
Kalimat kalimat tersebut kerap kali didengar oleh kita, bahkan mungkin di antara kita pun terkadang mengatakannya. Bisa jadi disengaja atau juga tak sengaja. Bagiamanapun, itu adalah satu dari sekian model perilaku body shaming.
Body shaming adalah tindakan mengomentari bentuk fisik seseorang. Jadi body shaming tidak selalu berupa kata kata kasar seolah menghina. Berniat memuji tetapi salah menggunakan kalimat yang justru menyakiti seseorang juga dapat dikatakan sebagai body shaming.
Pernah suatu ketika, saya mengalami masa breakout (bagi perempuan pasti sudah familiar dengan ini) wajah saya sedang dipenuhi banyak jerawat yang tak kunjung sembuh. Jujur saya sedikit kurang pede saat masa breakout tersebut. Saya sampai memutuskan menggunakan masker ke manapun saya pergi.
Teman-teman saya tak ada yang memberikan solusi, meskipun saya tentu sudah mencari solusi agar jerawat ini cepat sembuh. Mereka hanya sibuk bertanya kepada saya bagaimana jerawat sebanyak itu bisa muncul di wajah saya.
Tak sedikit juga yang berkata: pasti kamu nggak cuci muka ya sebelum tidur; pasti kamu makan kacang kacangan; wajahmu terlihat beda karena jerawat ini. Dan banyak lagi perkataan sejenis lainnya.
Agaknya body shaming lebih sering terjadi di kalangan remaja. Mengapa remaja lebih sering mengalami body shaming dibanding usia lain? Mungkin karena dalam pergaulan remaja parameter fisik ideal seperti kurus, tinggi, berkulit putih, rambut hitam lebat, dan lain-lain itu sudah jadi harga mati.
Parameter seperti ini yang menjadi penyebab body shaming yang dapat merusak mental. Body shaming yang terjadi pada kalangan remaja bisa berdampak serius terhadap mental remaja bila terjadi secara berkelanjutan.
Mungkin pertama kali hal tersebut hanya candaan biasa. Namun, seiring berjalannya waktu korban pastinya merasa minder atau anak jaman sekarang menyebutnya dengan insecure.
Selain parameter kecantikan yang dibuat secara tidak langsung akibat mengidolakan artis Korea maupun Barat, penyebab body shaming masih kerap dilakukan antar sesama remaja adalah karena para remaja meniru remaja yang lain.
Body shaming merupakan rantai kejahatan yang tak berujung. Ketika seseorang sudah menjadi korban body shaming maka kemungkinan besar korban tersebut akan meniru dan melakukannya pada orang lain, ketika ada kesempatan. Semua itu akan terus berlanjut bak lingkaran setan yang tiada ujung.
Dampak body shaming biasanya diawali dengan self-objecfication yaitu sikap menilai dirinya hanya dari penampilan saja. Self-objecfication dapat menimbulkan rasa malu dan kecemasan terhadap diri sendiri akibat merasa penampilan fisiknya tidak seperti parameter kecantikan yang dibentuk akibat kebiasaan remaja.
Terkadang kecemasan yang dialami bisa berdampak baik. Beberapa orang menjadikan kekurangannya sebagai motivasi agar menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, tak sedikit juga yang justru merasa insecure.
Perasaan insecure sangat mengganggu bagi siapapun. Selalu merasa bahwa dirinya tak sehebat dan sebaik orang lain. Perasaan inilah yang dapat mengganggu mental korban body shaming. Merasa dirinya tidak berharga dan tidak mencintai dirinya sendiri.
Hal utama yang bisa menjadi pelindung kita dari tindakan body shaming adalah dengan mencintai diri sendiri atau self-love. Self-love berdampak baik terhadap kesehatan mental serta kebahagiaan kita, karena dengan mencintai diri kita sendiri, menerima kekurangan dan kelebihan dengan apa adanya dapat membuat kita berpikiran positif terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Hal ini bisa menjadikan kita percaya diri, tenang, dan nyaman.
Selain itu, apabila kita menjadi korban body shaming, kita bisa menjadikan tindakan body shaming yang kita alami tersebut sebagai bentuk motivasi dan intropeksi diri. Mungkin tidak semua bisa menjadikannya sebagai bentuk motivasi, pilihan lain adalah dengan kita menutup telingan dan mengabaikannya.
Hal yang tak kalah penting sebagai upaya dalam mengurangi body shaming adalah dengan menggerakkan diri kita sendiri untuk tidak melakukan body shaming terhadap orang lain. Korban body shaming biasanya akan melakukan tindakan body shaming terhadap orang lain.
Maka dari itu, bila kita menjadi korban, cukup jadikan tindakan body shaming sebagai motivasi diri. Jangan lakukan tindakan tersebut terhadap orang lain yang akan menimbulkan korban baru sehingga lingkaran setan body shaming justru akan teru berlanjut.
Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing masing. Tugas kita hanya bersyukur dan ikhlas menerima, bukan menentukan mana kelebihan dan kekurangan itu. Berparas baik memiliki banyak ragam penilaian, tak perul berkulit putih, mancung, kurus, tinggi, dan sebagainya. Perlu diingat bahwa body shaming bukanlah hal yang baik bagi pelaku maupun korbannya.
Maka dari itu, kita perlu menghentikan perilaku buruk ini. Salah satunya dengan self-love. Dengan mencintai kelebihan dan kekurangan kita secara perlahan kita juga akan mencintai kelebihan dan kekurangan orang lain seperti yang kita lakukan pada diri kita sendiri.