
Pernah gak sih kalian punya ekspektasi tinggi terkait buku yang kalian beli? Aku jamin kamu kesal ketika telah berekspektasi tinggi: bahwasanya buku yang kalian beli itu bagus, namun setelah membacanya, isinya jelek mampus. Aduh! Tapi mau gimana lagi, sudah dibeli juga, huft.
Ini masih juga terjadi padaku, tapi kalau sekarang sih aku lebih memilih untuk bertanya dulu sebelum membeli bukunya, baca ulasan bukunya, atau pergi ke diskusi buku tersebut terlebih dahulu (jika ada).
Sebelum lanjut, aku punya saran perihal diskusi buku, pokoknya kamu harus terapkan ya! Jadi gini, jika kalian pergi ke sebuah diskusi buku, lalu keliatan kalau penulisnya tak pandai berargumen, anti-kritik, dan karyanya jelek mending kalian lemparin kursi ke arahnya. Penulis kek gitu bagiku menambah limbah Sastra Indonesia saja.
Aku yakin semua ada pasarnya, begitu pula dengan buku jelek dan buku yang dipaksakan untuk ditulis pasti ada pasarnya juga. Namanya juga karya seni kan, ya? Aku doakan deh, kalian terhindar dari buku-buku jelek. Tapi aku mau ngasih saran nih, daripada buku jelek itu dibiarkan begitu saja tergeletak di lemari, mending kita manfaatkan gak, sih? Jadi apa gitu, kalau aku sih pengennya dimanfaatkan jadi tisu toilet aja. Haha. Tapi aku tidak sejahat itu kok, tenang aja. Nah, aku punya 5 saran untuk kamu yang sudah terlanjur membeli buku jelek. Semoga bermanfaat!
1. Daur ulang buku tersebut kemudian jadikan kertas
Aku sudah lama kepikiran untuk mendaur ulang kertas bekas yang kupunya dan termasuk buku yang aku rasa jelek. Pasti kalian pernah lihat nggak sih lihat di internet; ada yang bikin kertas daur ulang dari kertas tidak terpakai, nah aku pengen bikin itu.
Bayangin deh, gimana serunya ketika menggunting kertas buku tersebut dan memblendernya? Huwaakk serunya. Itung-itung jadi pelampiasan dan juga kertas yang sudah selesai di daur ulang tersebut, bisa digunakan untuk jadi buku catatan harian kamu.
2. Jika kamu seorang ilustrator, jadikan kanvas
Buat kalian yang jago gambar atau yang sudah bosan dengan media itu-itu saja, mending kalian jadikan kertas dari buku jelek kalian sebagai kanvas. Caranya tinggal susun dan lem di atas papan triplek kemudian gambarlah apapun itu di atasnya, sebagus mungkin sampai tulisan jelek dari buku yang kalian beli itu ketutupan.
Jika sudah selesai, pajang di rumahmu atau kalian seorang ilustrator yang punya nama, aku saranin untuk menjual karyamu itu dengan judul karya, “Uang Habis, Buku Jelek bikin Meringis”.
3. Jadikan kertas tersebut menjadi pupuk organik
Sambil termenung, aku tatap beberapa buku yang aku anggap jelek di kosanku; lalu kuberpikir akan aku campakkan kemana ya buku-buku ini? Sampai akhirnya terlintas lagi ide gila di kepalaku, ide yang menurutku aneh, sampai-sampai aku tak yakin bakalan ada atau tidak.
Daripada penasaran kan ya? Jadi aku gunakan mesin pencarian google untuk mencari tahu apakah sebuah buku bisa dijadikan pupuk untuk tanaman, Mana tahu tanaman yang dirawat menggunakan pupuk yang terbuat dari kertas tersebut tumbuh subur tidak seperti sepinya penjualan buku jelek yang kalian punya.
Benar saja, ternyata bisa dong. Aku pun kaget sejadi-jadinya. Jadi, caranya adalah dengan memotong kertas-kertas buku jelek yang kalian punya itu kecil-kecil, kemudian dicampurkan ke dalam kotoran hewan, tanah, dedaunan kering, atau bahan organik yang tersedia. Lalu aduk-aduk hingga merata, diakhiri dengan meletakkan hasil campuran tersebut di atas wadah dengan terpal.
Metode ini akan membutuhkan waktu yang lama. Tapi, aku punya ketakutan dengan metode ini; aku takut saja tanaman yang menggunakan pupuk campuran kertas ini bakalan layu dengan cepat karena menggunakan pupuk yang bahan dasarnya mengandung buku jelek. Haha.
4. Jadikan umpan rayap
Bagiku ini adalah cara satu paling memuaskan untuk melenyapkan buku-buku jelek yang ada di rumahmu. Cara ini lebih mudah daripada cara sebelumnya.
Basahi sebuah buku dengan air biasa terlebih dahulu; tapi jangan kuyup, cukup lembab saja. Kemudian tambahkan sedikit taburan gula di atasnya dan potongan kayu secara bersamaan (supaya rayapnya kepancing).
Langkah terakhir adalah meletakkan buku tersebut dalam galian di dekat pondasi rumah, jangan lupa tutup kembali sebagian dengan tanah, supaya lembab.
Nah, kalian akan mendapatkan sebuah pengalaman yang sangat jauh lebih memuaskan dibandingkan dengan menonton adegan-adegan kekerasan yang membonyokkan pipi aktor yang kalian benci. Jika kamu berhasil melakukan ini, rayakanlah! Sebar di sosial mediamu, tandai rekan-rekan seperjuanganmu racuni mereka untuk melakukan ini juga.
5. Bakar dan lupakan
Kalau tidak mau ribet, ya sudah! Bakar dan lupakan!
Gimana? Jadi tidak kebingungan lagi kan ya? Udah ngapain juga buku-buku jelek itu disimpan. Tolong, aku sangat memohon sekali kepada kamu yang baca tulisan ini jangan sesekali mendonasikan buku jelek kamu itu ke perpustakaaan atau di mana pun itu. Bagiku, melenyapkan buku-buku jelek itu hukumnya fardhu.
Sebisa mungkin ikuti langkahku di atas supaya tidak terlalu rugi-rugi banget, ya meskipun jelek atau bagusnya buku itu subjektif. Yang jelas kalau bukunya I Love Jokowi kamu tahu kan itu masuk ke daftar buku yang mana?
Satu lagi, untuk menutup tulisan ini; Aku berpesan, jika kalian berjumpa dengan penulis ngeyel dan antikritik ketika diskusi atau di sosmed mending liatin aja, ya! kita lihatin aja bobroknya dia yang belum bisa mengendalikan egonya sendiri.
Dasar bocil!
Mahasiswa akhir Sastra Indonesia di satu universitas swasta di Kota Padang.