Saya orang yang menyukai sejarah. Biasanya sih melalui buku, artikel, dan video dari internet membuat saya jadi bisa memahami sebuah peristiwa: apa alasan yang melatarbelakangi peristiwa tersebut bisa terjadi dan apa dampak yang diberikannya pada orang-orang dan dunia. Proses mempelajari sejarah membuat saya tercerahkan, kadang.
Satu diantara favorit saya, revolusi industri. Fase ini dimulai di tahun 1760 dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt. Nah, akibatnya manusia yang tadinya memproduksi sesuatu secara lambat dengan murni tenaga kinetik yang berasal dari otot manusia berubah menjadi tenaga mekanik yang datang dari turbin mesin yang datang dari uap panas. Hal ini memiliki imbas pada terjadinya produksi yang lebih cepat berkali-kali lipat dan bersifat massal dari pabrik yang diikuti dengan makin terjangkaunya harga komoditas dan konsumerisme serta urbanisasi.
Ngomongin urbanisasi, sebetulnya terdengar ‘keren’ meskipun gak keren-keren amat sebenarnya. Justru kadang terdengar lebih problematik di telinga saya. Persoalan seperti macet, bosan, jam kerja, diburu waktu, sampai keterasingan adalah hal yang ada dibalik kata ‘urban’. Asing, keterasingan, alienasi, hal yang belakangan saya pikirkan, mungkin ada baiknya saya bahas di tulisan kali ini.
Penyebab Keterasingan Manusia Modern
Pada tahun 1983 ditemukanlah internet secara resmi untuk pertama kali oleh Vinton Cerf. Jaringan internet ini bisa menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya dari jarak yang sangat jauh yang dapat dipergunakan untuk saling bertukar dokumen, intinya seperti itu. Internet mulai dikembangkan 1969 oleh pemerintah Amerika Serikat melalui proyek ARPAnet untuk membuat sebuah jaringan telekomunikasi yang menjadi alternatif dari jaringan telepon, yaa jaga-jaga disabotase Uni Soviet (waktu itu masih perang dingin).
Tahun 1991 ditemukanlah apa yang disebut sebagai World Wide Web oleh Tim Barners Lee. Hal ini merupakan fenomena baru pada waktu itu yang bernama website—halaman di internet yang berisi huruf, angka, link, dan media visual. Iya, www. itu mereka yang ciptakan. Hasilnya? pembuat website dan pengakses website bisa melakukan komunikasi timbal-balik. Mereka bisa mendiskusikan topik kesukaan mereka dan juga bisa melakukan transaksi jual beli (e-commerce). Dari sini bisa disimpulkan juga bahwa internet yang dahulunya menjadi ranah resmi pemerintahan bergeser ke ranah publik atau rakyat sipil yang lebih luas. Komunikasi yang tadinya lebih condong ke dunia nyata mulai bergeser ke dunia maya.
Lalu dengan ditemukannya Smartphone pada tahun 1992 serta makin terjangkaunya barang tersebut di era 2010an sampai sekarang membuat makin banyak orang yang makin akrab dengan yang namanya internet. Orang-orang jadi sering saling berbalas pesan instan, memesan makanan lewat sebuah aplikasi, membaca berita di surat kabar elektronik, menonton video streaming, dll lewat smartphone-nya—sebuah kotak yang serbaguna. Ini pada imbasnya membuat manusia menjadi mahkluk yang terasing.
Terasing berasal dari kata asing yang apabila merujuk pada KBBI bermakna, “tersendiri; terpisah sendiri; terpencil.” Manusia di masa kini begitu fokus pada smartphone-nya setiap harinya sampai-sampai terpisah sendiri dari golongannya. Sejak bangun tidur ia mengecek pesan whatsapp apa saja yang masuk dan dari siapa saja alih-alih menyapa anggota keluarga yang sudah bangun tidur. Setelah sarapan dan mandi, ia mengecek timeline Facebook atau Twitter sekalipun di sekitarnya ada banyak orang. Saat beristirahat di tempat kerja, ia pun asyik foto-foto dengan rekan-rekan sekerjanya yang mana hanya merupakan kebersamaan simbolis karena ia kembali fokus pada internet: melihat-lihat berapa banyak jumlah like yang didapat dan sudah berapa banyak orang yang mengomentarinya. Kelengketan manusia pada teknologi yang ia genggam erat-erat tiap hari ini bisa menjadi kebiasaan karena beberapa faktor.
Menurut Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit, yang namanya kebiasaan itu bisa terbentuk karena adanya cue (suatu pemicu), routine (sebuah aktivitas), dan reward (hadiah yang berupa kenikmatan). Manusia merasa gabut, nah inilah yang disebut cue atau pemicunya. Lalu manusia membuka smartphone nya untuk bermain sosial media. Setelah itu manusia mendapat semacam kenikmatan karena postingannya dilihat, disukai, dan dikomentari. Ia mendapat validasi: egonya yang haus dikasih minum. Rasanya benar apa yang dibilang Friedrich Nietzsche dalam Aphorisms on Love and Hate:
“No life without pleasure; the struggle for pleasure is the struggle for life.” atau, “Tidak ada hidup tanpa kenikmatan; perjuangan atas kenikmatan adalah perjuangan atas hidup.”
Akibat Keterasingan Manusia Modern
Pada dasarnya manusia sejak zaman batu yang dimulai sejak 2,5 juta tahun yang lalu sudah bersifat komunal (bersatu dengan sesamanya sebagai sebuah kelompok). Perasaan komunal manusia ini dibuktikan dengan Manusia melakukan interaksi dengan sesamanya secara langsung. Pada situasi seperti ini, gestur tubuh, ekspresi wajah, sentuhan, dan intonasi suara yang bisa dirasakan secara dekat jadi bahasa untuk berkomunikasi. Berkat adanya pola interaksi ini manusia bisa bekerja sama dengan baik dengan sesamanya dalam hal berburu, meramu, bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini menciptakan semacam rasa nyaman dan aman tersendiri—adanya sebuah perasaan kehangatan dan keakraban dan adanya sebuah perasaan bahwa diri ini terlindungi dari berbagai macam bahaya. Jadi interaksi langsung antar manusia adalah sesuatu yang natural yang sudah jadi bawaan atau unsur pokok hubungan sosial manusia.
Lalu pola hubungan manusia ini berubah drastis terutama yang dipicu setelah ditemukannya internet, website, dan smartphone. Interaksi antar manusia direduksi lebih sering terjadi di depan layar sebuah kotak yang terhubung ke jaringan internet. Interaksi ini tidak bisa menggantikan interaksi secara langsung yang melibatkan ekspresi wajah, sentuhan, dan intonasi bicara yang melibatkan emosi secara langsung.
Imbas dari memudarnya kebersamaan kolektif ini sendiri di antara manusia adalah perasaan tidak nyaman dan perasaan tidak aman—manusia merasa risih dan ia merasa tidak ada nih yang bisa diajak berbagi cerita. Ia merasa kesepian dan dalam bahaya. Akibat yang ditimbulkan dari perasaan tidak nyaman dan tidak aman ini ya lama-lama depresi. Tidak ada lagi gairah hidup untuk menjalani apa yang tadinya merupakan hobi atau pekerjaannya. Rasanya semua hambar dan sia-sia.
Bagaimana Sebaiknya Manusia Bereaksi
Manusia melalui proses kawin silang dengan makhluk-mahkluk yang berada di dalam satu genusnya plus tekanan dari lingkungan alamnya serta perubahan makanan dari yang tadinya mentah menjadi matang setelah ditemukannya api membuat manusia berubah perlahan-lahan menjadi mahkluk yang lebih adaptif dan lebih cerdas (hasil dari proses evolusi). Kelebihan kecerdasan manusia ini membuat manusia jadi bisa menangkap atau memahami fenomena di sekitarnya. Ketika manusia melihat sebuah tanaman, manusia langsung memberikannya definisi dengan mencamtumkan predikat-predikat pada tanaman tersebut supaya bisa dikenali dan dibedakan dengan benda yang lainnya. Ketika manusia melihat daging panggang dan api, manusia memandangnya bukan sebagai fenomena biasa, tapi fenomena yang memiliki hubungan kausal (sebab-akibat). Karena api membakar daging, maka daging itu berubah menjadi daging panggang. Tidak hanya hal-hal itu. Manusia pun dengan kemampuan rasio atau kecerdasannya mampu menganalisis sesuatu hal apakah lebih banyak membawa manfaat atau kerugiannya. Apabila manfaatnya lebih banyak, maka dipilihlah hal tersebut.
Selain itu manusia pun memiliki kecenderungan untuk meminta pertolongan ke keluarga dan lingkungan terdekat pertemanannya. Ketika manusia itu butuh uang untuk membiayai pernikahannya misalnya, maka ia meminta tolong kepada anggota keluarganya untuk meminjamkan uang. Ketika manusia memiliki masalah personal, maka ia meminta tolong teman dekatnya untuk menjadi tempat curhat.
Nah, dua hal ini: rasio atau daya kecerdasan serta kesediaan untuk meminta pertolongan dapat manusia pergunakan sebagai alat untuk menolongnya keluar dari keterasingan yang disebabkan oleh kecanduan berinternet ini.
Manusia dengan rasionya bisa menganalisis kegiatan apa kira-kira yang mendatangkan lebih banyak manfaat kepada dirinya ketimbang kegiatan lamanya yaitu berinternet secara berlebihan dan bagaimana membuat jadwal yang ketat dan spesifik perihal kapan mesti internetan dan kapan mesti melakukan kegiatan-kegiatan yang lainnya. Selain itu manusia bisa meminta tolong ke orang-orang terdekatnya supaya lepas dari kecanduan ini dengan membuat support system (sistem pendukung) yang memiliki fungsi khusus untuk mengingatkan orang untuk tidak internetan terus dan mengalihkan waktu luangnya itu untuk kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat secara kolektif. Inilah reaksi yang sebaiknya manusia berikan pada fenomena keterasingan yang menimpa dirinya.