Sejak kecil, manusia sudah mengenal yang namanya kegiatan membaca. Berawal dari mengeja beberapa suku kata, lalu mencicipi frasa dan kalimat, hingga kemudian melahap satu paragraf penuh. Membaca yang tadinya merupakan kegiatan mengubah kumpulan huruf, angka, dan tanda baca menjadi bunyi kemudian menjadi kegiatan untuk memahami sesuatu hal. Orang akhirnya membaca supaya bisa menangkap wawasan yang bersifat umum dan khusus, apa yang merupakan sebab dan apa yang merupakan akibat, serta meletakkan sesuatu hal dalam kelompok atau kategori tertentu untuk memudahkan untuk mengenalnya dan mengingatnya kembali.
Membaca sebagai sebuah aktivitas memiliki sejarah yang panjang. Sekitar 12.000 tahun yang lalu yang namanya revolusi agri-kultur lahir. Momen bersejarah ini memiliki indikator utama; manusia tidak lagi berburu dan meramu untuk mendapatkan makanan untuk bertahan hidup, melainkan bertani atau bercocok tanam serta menetap di suatu tempat. Hal ini berdampak besar pada perkembangan umat manusia.
Adanya pertanian memunculkan sistem hitung hasil tani, yang sekaligus juga menjadi catatan untuk stok lebih/surplus makanan di gudang. Surplus makanan yang ada di gudang berimbas pada bertambahnya waktu luang yang dimiliki. senggang yang berlimpah, maka manusia menggunakannya untuk berpikir dan menemukan banyak temuan yang salah-satunya yaitu sistem tulisan.
Nah tulisan yang berasal dari tahun 2800 SM masih bersifat sederhana yaitu simbol-simbol dan angka sederhana. Simbol yang contohnya berbentuk gandum untuk mendata seberapa banyak panen, sepert yang dijelaskan di awal. Kemudian sistem tulisan berubah menjadi lebih kompleks dengan adanya huruf vokal dan konsonan, abjad, tanda baca, lambang operasi aritmatika, dlsb. Mulanya, manusia hanya menulis urusan pertanian atau makanan. Lalu, berkembang jadi mendata warga, mendeskripsikan realitas, dan menghasilkan fiksi yang berupa cerita, puisi, lirik lagu, untuk meningkatkan pengetahuannya dan kepekaannya. Dari kegiatan membaca ini manusia jadi lebih maju secara intelektual dan emosional.
Manusia di masa kini juga tak lepas dari kegiatan membaca. Membaca tanda jalan supaya nggak kesasar, membaca teks buku sekolah/atau kuliah supaya semakin memahami materi yang dipelajari, membaca nyimpangdotcom untuk mengikuti perkembangan yang ada, dll. Manusia membaca untuk memahami. Itu yang gak bisa disangkal. Tapi tidak jarang dari upaya yang dilakukannya ternyata tidak berhasil guna: paragraf demi paragraf sudah dibaca, namun orang tetap tidak nangkep nih apa makna yang baru saja dibacanya.
Bayangkan glukosa yang ada di dalam roti yang sudah orang makan dan cerna lalu dikonversi atau diubah menjadi energi potensial oleh mitokondria. Energi potensial ini menjadi energi kinetik di mana dia dapat menggerakkan tangannya untuk mengambil dan membuka bukunya: kedua matanya mondar-mandir pada kalimat-kalimat dan paragraf demi paragrafnya. Tapi ternyata malah gak dapat apa-apa. Sayang banget, kan? Kalau gitu, coba disimak.
Panduan Ringkas Membaca Efektif
Saya pribadi ingin membagikan sedikit panduan supaya kegiatan membaca bisa lebih efektif yang informasinya saya dapatkan dari buku berjudul How to Read a Book karya Mortimer J. Adler. Menurutnya supaya membaca bisa berhasil guna, maka seorang pembaca mesti melakukan hal ini:
1. Mengetahui pengertian dari kata-kata penting yang dipakai penulis;
2. Menemukan kalimat-kalimat penting yang digunakan oleh penulis;
3. Menangkap hubungan sebab-akibat atau pokok-penjelas yang ada di sebuah kalimat.
Kata-kata penting yang dipakai penulis bisa kita temukan di judul buku, artikel, atau ceritanya sang penulis serta bab dan sub bab dari sebuah buku. Contohnya dalam hal ini adalah apabila kita sedang membaca sebuah artikel yang berjudul Sejarah Burger, maka kita dapat menelaah satu per satu bagiannya: sejarah teh apa? apa ciri-ciri atau karakteristik burger? Ohh ternyata diperoleh jawaban dari hasil pembacaan bahwa sejarah itu kumpulan peristiwa yang terjadi di masa lalu. Ohh ternyata burger adalah makanan yang punya ciri terbuat dari roti yang berisi daging, daun selada, acar, tomat, saos, dan mayones.
Langkah selanjutnya adalah menemukan kalimat-kalimat penting di sini. Apabila kalimat-kalimat tersebut mengandung kata atau kata-kata penting yang ada di judul cover buku atau artikel, bab buku, atau sub bab buku dll, maka itu adalah kalimat-kalimat yang penting. Contohnya: “Pada tahun 1960-an, burger itu masih sangat sederhana. Hal ini karena komposisinya masih terbuat dari roti, keju, dan daging patty.” Di bagian judul artikelnya tadi berbunyi “Sejarah Burger” dan di kalimat yang baru saja saya tulis tadi itu menyinggung juga kata “Burger,” maka kalimat itu adalah kalimat penting.
Saat kedua hal tersebut sudah dilakukan, barulah menuju menangkap hubungan gagasan yang ada di sebuah kalimat: mana yang merupakan pokok dan mana yang merupakan penjelas, mana yang sebab dan mana yang akibat. Contohnya:
“Memakan burger di malam hari membuat aku bahagia.”
Nah, “Memakan burger di malam hari” adalah sebab sementara “aku bahagia” merupakan akibatnya.
Tujuan Kegiatan Membaca
Saya menganggap bahwa tujuan saya membaca itu untuk menangkap banyak pengetahuan dan sebagai latihan membuat peka emosi saya. Saya dapat membaca buku atau artikel mengenai berbagai hal mulai dari filsafat, sejarah, hukum dan biografi. Dari pembacaan ini lahirlah sebuah keadaan di mana saya menyimpan informasi di memori saya serta saya bisa menghubungkan antara satu hal dengan hal lainnya sesuai konteks maupun kebutuhan saya. Kegiatan membaca juga seperti membaca karya fiksi berbentuk novel, puisi, dan cerpen membuat emosi saya jadi lebih peka. Saya jadi bisa memahami perspektif orang lain dengan lebih dalam. Dari hal ini juga saya berpikir bahwa karya fiksi itu sebagai wadah untuk membuang unek-unek yang berdesakan di dalam kepala.
Lebih jauh lagi: kegiatan membaca adalah tanda bahwa orang selalu ingin mencari tahu. Selalu ingin memahami. Selalu berusaha rendah hati. Selalu berusaha belajar dan berkembang.