Jika kalian mengikuti trending topic di Twitter atau sekarang adalah X, kalian pasti tahu ada video seorang guru laki-laki yang sudah tua berhubungan seksual dengan salah satu siswinya tersebar dan tanpa sensor. Menurut berita yang saya baca, aki-aki bau tanah itu sudah berpacaran dengan siswi itu (korban) dan berselingkuh dari istrinya sejak tahun 2022 lalu.
Komentar netizen sangat beragam, misalnya, “Ini mah bukan si bapaknya aja yang gila, cewenya juga sama-sama mau anjir, kek udah biasa mereka gituan,” lalu ada juga yang bilang, “Kadang heran, kok bisa ada ya perempuan bisa mau diajak ngimprut sama orang tua bau tanah gitu. Apa gak geli?”
Selain itu ada komentar, “Adek…lu diancam atau diiming-imingi apa kok mau sih??” Tidak lupa memakai emoticon muntah dan masih banyak lagi komentar lainnya yang menurut saya kebanyakan mereka lebih mempertanyakan dan cenderung menyalahkan korban. Saya sebut siswi tersebut sebagai korban walaupun netizen berkata, “Suka sama suka.” Kenapa?
Pertama, siswi tersebut belum dewasa yang artinya masih tergolong usia anak. Kalian tahu kan child grooming? Ya, yang dilakukan si aki-aki itu adalah child grooming. Artinya, upaya orang dewasa untuk membangun kepercayaan secara emosional dengan anak atau remaja sehingga orang dewasa itu dapat memanipulasi, mengeksploitasi, dan bahkan melecehkan anak atau remaja tersebut.
Ada kabar bahwa korban tersebut adalah anak yatim piatu: nggak punya ibu dan bapak. Menurut saya, mau anak yatim piatu atau bukan kalau anak tidak mendapatkan kasih sayang yang penuh dari orang tuanya, anak akan mencari sosok itu di tempat lain.
Nah, si aki-aki ini (pelaku) memanfaatkan kondisi anak yang seperti itu. Sifat anak atau remaja yang labil, belum bisa menentukan hidupnya dan mempunyai kesadaran yang penuh sebagai manusia membuat anak atau remaja itu mudah terbawa arus dan dimanipulasi oleh orang dewasa.
Kedua, dalam psikologis anak ada yang namanya trauma seksual pada anak. Salah satunya yaitu disinhibisi seksual. Artinya, suatu kondisi pada anak yang menunjukkan ketertarikannya pada aktivitas seksual yang berlebihan dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangan anak tersebut yang diakibatkan dari paparan aktivitas seksual sejak dini.
Jadi, jangan mengambil kesimpulan, “Suka sama suka,” dan cenderung menyalahkan korban.
Apabila melihat anak atau remaja mempunyai pacar orang dewasa dan berhubungan seksual, bahkan korban yang terus menemui, membela, dan ingin berada di samping pelaku, maka bisa jadi anak atau remaja tersebut sedang berada pada kondisi disinhibisi seksual.
Untuk itu kepada netizen yang berpendidikan, mari kita kawal kasus di atas dan kasus-kasus child grooming lainnya. Mari kita lebih peduli dan berempati, karena ketika yang melakukannya anak-anak atau remaja saya percaya bahwa mereka adalah korban dari kebejatan orang dewasa.
Saya percaya bahwa tidak ada anak yang secara sadar mau berpacaran dengan orang dewasa dan melakukan hubungan seksual dengan orang dewasa.
Cara berpikir, kondisi mental, dan keadaan spiritual anak masih pada tahap pembentukan perkembangan yang di mana itu semua dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan orang-orang terdekatnya.
Saya adalah seorang guru Madrasah Aliyah di mana yang saya hadapi adalah permasalahan remaja. Saya melihat mereka itu unik, polos, masih mengedepankan emosi, terkadang penuh rasa takut, terkadang menjadi pemberani banget, dan terkadang membuat saya tertawa dengan tingkah dan obrolannya.