Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijazahmu
Empat tahun lamanya
Barangkali lagu Iwan Fals tersebut terus mengiringi perjalan para sarjana yang kuliah di Purwakarta dan/atau memutuskan mencari kerja di Purwakarta pula. Sebab, jangankan untuk bisa mengejar cita-cita seperti yang sering digaungkan ketika ditanya Guru SD, dapat kerja yang upahnya gak di bawah UMK aja udah syukur.
Ingat kan waktu SD, ketika guru bertanya:
“Apa cita-cita kalian?”
Dengan polosnya kita serempak menjawab berbagai macam profesi seperti dokter, polisi, arsitek dan lain sebagainya. Tapi ketika beranjak dewasa, kita yang memutuskan tinggal dan bekerja di Purwakarta (mungkin) bakal mikir kalau jadi buruh pabrik adalah hal yang paling realistis selain jadi Para Penyimpang.
Di Purwakarta sendiri banyak pabrik-pabrik yang beroperasi, maka tentu jha bekerja di sektor industri jadi primadona. Selaras dengan penyerapan tenaga kerjanya yang terbilang cukup tinggi.
Tapi… ada tapinya nih...
Untuk para sarjana di Purwakarta, kalau kalian nyari kerja di Purwakarta juga, bisa dibilang gelar kalian itu overqualified. Penyerapan tenaga kerja pabrik-pabrik di BIC itu kebanyakan mengarah ke lulusan SMA/SMK. Sedangkan biasanya, kualifikasi batas usianya itu maksimal 20 tahun. Terus untuk kalian yang sarjana dan tercetus ide buat ngelamar kerja ke pabrik pakai ijazah SMA/SMK, lupakan. Sekarang gini, kalau kalian lulus kuliah tepat waktu, paling tidak kalian sudah berusia 22 tahun ketika lulus. Artinya usia kalian sudah gak memenuhi kualifikasi untuk bekerja di pabrik.
Berbeda dengan kota-kota besar yang secara peluang kerja lebih banyak dan bidang kerjanya lebih beragam. Bagi para sarjana di Purwakarta, jenis pekerjaan tuh gitu-gitu aja dan gak banyak pilihannya. Jadi, jangan heran kalau ada sarjana teknik jadi sales, sarjana ekonomi jadi guru honorer, sarjana pendidikan jadi kasir Indomaret. Kerja gak sesuai minat dan jurusan itu udah jadi hal yang lumrah. Sekali lagi saya tegaskan: Bisa dapet kerja dengan upah gak di bawah UMK saja sudah syukur. Jadi jajauhaneun kalau mau ngomongin work-life balance, mah.
Lowongan kerja untuk kantor-kantor yang diperuntukan buat sarjana mah ya ada sih. Tapi jumlahnya gak seberapa, dan persaingannya ketat banget, soalnya satu posisi bakal diperebutkan banyak orang termasuk titipan dan keponakan yang punya tempat. Belum lagi jika harus bersaing dengan mereka yang kuliah di kampus ternama yang terletak di luar kota. Kalau skill dan pengalaman kalian pas-pasan, yasudah, wassalam.
Sedikit cerita, ketika sesi interview pekerjaan di sebuah Bank di Purwakarta, saya pernah berada di situasi Branch Manager mempertanyakan kepada HRD kalau kampus saya masuk kualifikasi perusahaannya atau tidak. Saya yang tadinya pede karena yakin ijazah kampus saya wani ngadu untuk cari kerja di Purwakarta, langsung ciut. Ditambah fakta bahwa katanya yang interview sebelumnya merupakan lulusan ITB, bikin keringat di ketiak saya rembes ke baju.
Di kesempatan lain, saat mengikuti proses rekrutmen, saya beberapa kali menjumpai senior-senior saya saat kuliah. Dan yang saya jumpai ini gak main-main, mereka bisa 4 sampai 5 angkatan di atas saya. Kadang saya merasa sedikit iba, artinya mereka yang lulus bertahun-tahun yang lalu pun masih tertatih-tatih untuk mencari kerja di Purwakarta. Mirisnya, saya dan senior saya harus memperebutkan satu posisi saja guna menyambung hidup.
Ini belum berbicara soal maraknya praktik percaloan. Bukan rahasia lagi, jika kita dapat membayar sejumlah uang untuk masuk ke perusahaan tertentu. Nominalnya pun sangat fantastis, sampai bisa bikin ibu kalian jual simpanan emasnya. Walaupun beberapa perusahaan sudah menerapkan rekrutmen online, praktik seperti ini kayaknya tetap ada dan sulit untuk dibendung.
Sayangnya Disnakertrans selaku lembaga yang punya wewenang akan hal ini, terasa belum optimal. Saya bilang gitu tanpa menghilangkan upaya mereka dalam menyelenggarakan berbagai macam pelatihan dan job fair, ya. Tapi sebut saja hal-hal fundamental, semacam menyediakan situs yang layak sebagai sarana informasi guna menjembatani pencari kerja di Purwakarta dengan perusahaan di Purwakarta saja mereka absen.
Dulu, saat website-nya masih memakai domain lama, saya gak habis pikir kenapa halaman login admin dapat diakses melalui halaman user. Hal ini tentunya malah dijadikan ajang para pentester untuk mencoba kemampuan peretasannya. Serius, saya mendapati beberapa kali website-nya kena retas.
Sekarang website-nya sudah punya domain baru yang dapat diakses di sini: iya yang ini
Tapi entah kenapa, saya merasa website-nya masih setengah jadi. Lihat saja empat card dengan warna pastel yang terpampang di beranda, jika diklik, gak membawa kita kemanapun dan hanya me-refresh halaman. Beberapa tombol lain pun seperti itu. Kemudian masih bertebaran teks dummy macam lorem ipsum serta foto-foto dummy yang belum diganti, hal ini dapat ditemukan di halaman testimoni. Namun, ajaibnya website-nya sudah dipublikasi.
Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS), selama 2023 terdapat 9,9 Juta penduduk usia muda (15-24) dinyatakan Not in Education, Employment, and Training (NEET) atau istilah kejamnya sih gak punya kegiatan alias nolep. Dan mungkin angkanya semakin bertambah hingga hari ini.
Sebenarnya data BPS juga mencatat presentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Purwakarta dalam tiga tahun terakhir justru cenderung menurun. Kendati demikian, data BPS menguak fakta bahwa tingkat pengangguran dari kalangan universitas malah mengalami peningkatan, dari 4,8% di tahun 2022 menjadi 5,18% di tahun 2023.
Nah, mumpung sebentar lagi Pilkada, nih. Berangkat dari semangat demokrasi, yang dasarnya mah kan saya sebagai rakyat menjadi tuan dan pemerintah menjadi pelayan. Bolehlah saya berpesan kepada pelayan saya kelak, tolong hal yang saya jabarkan di atas menjadi concern. Jangan sampai Purwakarta jadi kabupaten dengan tidak banyak hal yang bisa ditawarkan.
Rencana jangka panjang dan jangka pendeknya juga harus dipikirkan dengan matang. Soalnya pas denger perwakilan Bappenas bilang kalau 12 juta lowongan kerja baru tersedia di tahun 2030, cuma bisa mati ketawa dibuatnya.