Lingkar Cendala menjadi band lokal pertama yang muncyul di nyimpangdotcom, nih~
Awalnya, penulis sebagai Estesnya Lingkar Cendala berpikir akan jauh lebih mudah kalau sebuah band itu membawakan genre rock n roll. Ya sebab menurut saya, rock n roll termasuk jenis musik yang familiar dan segmentasi pasarnya bisa menjangkau semua kalangan. Tapi, Lingkar Cendala justru tampil berbeda dengan menyematkan Garage Rock Funky n Roll. Edasssss!
Ternyata, genre musik tersebut cukup menarik pada industri musik mayor ataupun indie label di Indonesia. Garage Rock sendiri merupakan sub-genre rock n roll yang muncul di Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Sesuai maknanya, garage berarti garasi dan bisa dibilang, band-band yang mengusung garage rock berarti “Band-band yang berasal dari garasi atau ruangan kecil mereka sendiri”, tapi tetap bisa menghasilkan musik yang cadas, liar, energik, dengan lirik menggebu-gebu. Anjayz~
Ya kalau gitu mah jelas sangat mendeskripsikan band arurang, Lingkar Cendala ini kan. Ciri khas musiknya yang kasar dan binal terkesan sangat jujur dalam meluapkan pemberontakan proletar, serta ketidakpuasan sosial seperti pada penggalan lirik Kaki Seribu,
“Lima tahun sekali, kau datangi kami. Beradu gengsi, mengobral janji. Sudah dapat kursi, Lupa berdiri … ”
Alih-alih membawakan lagu-lagu dengan lirik Enggres seperti yang dilakukan banyak band lain, Lingkar Cendala justru memunculkan bahasa Indonesia dengan diksi yang membuat pendengarnya kudu muka kamus. Sebut saja Alodinia dan Ganar, 2 judul lagu yang ada di dalam album terbaru mereka: Manifesto Alegori Cendala yang baru rilis Maret 2023 kemarin.
Rombak Total pada Album terbaru : Manifesto Alegori Cendala
Setelah berganti-ganti personel, Lingkar Cendala akhirnya menetapkan formasi solid yang fit dan bikin PW. Desta (vocal, guitar), Briansyah (bass), Septian Satriani (drum), dan Rifki Openg (lead guitar). Mereka meyakinkan bahwa tujuan selain mendapatkan eksistensi dan profesionalitas, bermusik juga berfungsi sebagai metode berkomunikasi. Pesan-pesan yang disampaikan pun berisi kritikan ganas namun lugas.
Perhatikan saja, rombak total terjadi pada fashion mereka yang lebih “ngonsep” dengan warna hitam-hitam nyentriknya. Jangan lupa design cover album Manifesto Alegori Cendala dirancang oleh seniman lokal Karawang, Agus Artsurd yang goresan liarnya sangat mewakili bengalnya ke-4 personel band tersebut.
Untuk live performance sendiri mereka juga memiliki ritual yang dilakukan untuk menaikkan mood sebelum manggung, khususnya Brian dan Openg yang butuh sedikit tipsy untuk sebuah totalitas ceunah. Tapi sekarang mereka meyakini bahwa meningkatkan performa juga butuh quality time bareng, ya sekedar ngobrolin hal yang mereka juga gak peduli apa yang dibicarain, atau orasi ngalor-ngidul ala mas-mas aktivis, dan tidak lupa mem-bully Openg. Iya, Openg si penyabar dan penuh kasih sayang (pokoknya mirip Arin), tapi minusnya suka ngabisin rokok orang (fix Arin banget).
As Always–Meledak Diatas Panggung
Siapa yang gak tau aksi band ini ketika manggung?
Selalu tampil semangat penuh ledakan memang sudah menjadi image Lingkar Cendala. Mei lalu saat diundang pada acara Lari Gigs di Panatayuda, Karawang. Bersama band-band lokal lainnya seperti The Jansen, Rekah, dll. – Lingkar cendala berhasil memanaskan acara tersebut. Pembawaan lagu Alodinia dan Imajiner, sukses membuat penonton bergoyang. Meskipun keterbatasan waktu akibat rundown acara mundur, Lingkar Cendala pun hanya membawakan dua lagu saja.
Akan tetapi antusias penonton meminta Lingkar Cendala untuk menyanyikan satu lagu terakhir yang kemudian dikabulkan panitia acara. Akhirnya Kaki Seribu pun mantap dibawakan dengan lantang dan as always meledak-ledak hingga membakar seluruh area Gor Panatayuda. Yup, walaupun sebetulnya untuk genre musik rock n roll tidak cocok dinikmati dengan aksi two step bak musik hardcore pada umumnya, tapi tetap saja masih ada penonton yang mengekspresikan rasa suka terhadap musik yang dibawakan Lingkar Cendala dengan moshing atau two step kemarin.
Memang harus diakui, gebukan gila drum Septian, petikan maut bass dari Brian, gitar berdansanya Openg dan suara api khasnya Desta dibalut dengan fashion nyentrik hitam-hitam a la mereka cukup membuat penonton terkesan. Terbukti, baru melepaskan mini album pertamanya di bulan Maret 2023 lalu semakin banyak bermunculan Lingkar Cendala Hard Line (nama fans Lingkar Cendala) dan sudah memiliki pendengar tetap di Spotify dari mulai EP perdananya diluncurkan. Band garage rock binal satu ini memang cukup terkenal dan diakui dikancah skena penikmat musik rock n roll khususnya dari Karawang kota lumbung padi yang merangkap sebagai kota industri. Jangan lupa difollow instagramnya @lingkarcendala, support dengan mendengarkan lagu, membeli merchandise, dan datang ke setiap acaranya. Maju terus seniman lokal Purwasuka! – hell yeah\m/