Sebagai seorang manusia yang begini-begini aja sampai entah kapan, kita selalu menginginkan yang namanya rasa senang. Tak ada manusia yang menginginkan yang namanya sakit, jika pun ada, mungkin kamu sedang lieur.
Di era yang serba cepat ini, kita selalu mengkonsumsi hal-hal yang bersifat menyenangkan. Entah itu dengan menscroll Tiktok, Instagram, Youtube atau media sosial lainnya. Tapi, semakin sering kamu membuka media sosial seharian, kamu hanya akan dikoyak-koyak oleh dopamin. Saya tidak akan menjelaskan tentang dopamin disini, jika kamu ingin mengetahui apa itu dopamin, kamu bisa lihat ke jurnal ilmiah ataupun penjelasan lain selain di tulisan ini. Salah satu fungsi dopamin adalah mengatur tubuh merasakan kesenangan. Misal, ketika kamu merasa senang, kamu tertawa. Nah, disitulah dopamin hadir.
Akan tetapi, jika kamu tidak bisa mengatur kesenangan dirimu, maka kamu akan dikoyak-koyak dopamin. Biasanya, dopamin selalu merangsang otak kita untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan. Pertanyaannya, apakah setiap hal yang menyenangkan diri kita, dapat merubah hidup kita? Jika tidak, untuk apa? Apalagi jika kita hanya mengkonsumsi hal-hal receh secara terus menerus.
Saya tidak mengatakan bahwa mengkonsumsi media sosial itu buruk, akan tetapi jika kamu menscroll media sosial selama 20 jam sehari, ai kamu eweuh gawe? Cobalah gunakan waktumu dengan hal-hal yang bermanfaat. Misal, mengikuti kursus tentang pengembangan diri, bermain lato-lato atau mengikuti acara-acara pemerintah yang bersifat seremonial. Tentu itu lebih bermanfaat daripada menghabiskan waktumu untuk mengkonsumsi sosial media secara terus menerus.
Apalagi jika umurmu sudah cukup dikatakan dewasa, mau sampai kapan menscroll sosial media? Mending kamu menjadi seorang kontributor di media sosial tersebut. Setidaknya, itu lebih baik. Tulisan ini hanya mengingatkanmu tentang bahaya konsumsi sosial media secara terus menerus. Aku orang baik, kan? Ngasih tahu kamu walaupun kamu gamau dikasih tahu. Gapapa, aku mah orangnya gini.
Semoga, dengan adanya tulisan ini, kamu dapat tersadarkan sedikit. Kalaupun sudah sadar, bagus. Sebagai seorang manusia, kita harus saling mengingatkan. Walaupun kita tidak kenal-kenal banget. Misalnya, kalau ada pasal atau hukum yang rancu, setidaknya kita ingatkan, bahwa pasal yang sedang dibuat itu ambigu. Cobalah buat pasal yang lebih bermutu.