Majlis Santuy dan Konseling Realitas: Dakwah Sosial yang Menyentuh Akar Problematika Pemuda

Mengenal Majlis Santuy

Perkembangan teknologi digital membawa dampak besar dalam kehidupan masyarakat modern. Tidak hanya di kota-kota besar, transformasi digital juga merambah ke pelosok desa, menyentuh setiap kalangan usia. Di satu sisi, kemajuan ini membuka banyak peluang, tetapi di sisi lain menimbulkan berbagai tantangan sosial yang kompleks. Fenomena game online yang merambah kalangan anak-anak, perjudian daring yang menjerat para pemuda, serta maraknya pinjaman online yang membebani para orang tua menjadi potret buram realitas sosial kita hari ini.

Dalam konteks ini, bimbingan dan penyuluhan Islam memiliki peran strategis. Islam tidak hanya hadir sebagai ajaran spiritual, tetapi juga sebagai solusi praktis terhadap problematika kehidupan. Konseling Islami, khususnya pendekatan Konseling Realitas, memberikan panduan bagi individu untuk menyadari tanggung jawab atas kehidupannya, mengevaluasi pilihan-pilihan hidup, dan menyusun langkah perbaikan secara konkret dan terencana.

Tulisan ini akan mengangkat sebuah gerakan sosial inspiratif bernama Majlis Santuy, yang lahir dari kegelisahan seorang pemuda terhadap kondisi sosial di kampung halamannya. Melalui pendekatan yang santai namun berdampak, gerakan ini menjadi model bimbingan penyuluhan yang relevan di tengah tantangan zaman. Esai ini akan membahas latar belakang lahirnya Majlis Santuy, mengenalkan tokohnya bernama Abdul Faris beserta pemikirannya, hingga mendalami bagaimana pendekatan Konseling Realitas menjadi fondasi dalam solusi yang ia tawarkan.

Problematika Sosial dan Sosok Penggerak Bernama Abdul Faris

Kampung Selaawi, sebuah wilayah di Desa Cipancar, menjadi cerminan nyata dari tantangan sosial era digital yang menjangkiti berbagai lapisan masyarakat. Anak-anak kehilangan waktu bermain tradisional karena tenggelam dalam dunia game online. Para pemuda, yang seharusnya menjadi motor pembangunan, justru terperosok dalam jeratan judi daring. Sementara itu, orang tua dibayangi beban ekonomi akibat terjebak pinjaman online yang menjerat.

Lingkaran persoalan ini tidak hanya berdampak pada aspek material, tetapi juga menggerus nilai-nilai sosial, spiritual, dan budaya lokal yang selama ini menjadi fondasi kehidupan masyarakat desa.

Dalam lanskap persoalan yang kompleks ini, muncul sosok pemuda bernama Abdul Faris, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Terbuka sekaligus aktivis sosial yang lahir dan dibesarkan di kampung tersebut. Di usia mudanya, Faris tidak memilih jalan individualistis sebagaimana banyak anak muda lainnya. Ia justru mengambil langkah berbeda, yaitu membumikan ilmu yang dipelajarinya dan merespons keresahan sosial dengan tindakan nyata. Ia percaya bahwa pendidikan bukan sekadar prestasi akademik, tetapi juga harus membawa manfaat langsung bagi lingkungan sekitar.

Kesadaran ini tidak muncul secara tiba-tiba. Faris tumbuh dalam lingkungan keluarga pedagang yang menghidupi pendidikan anak-anaknya melalui usaha sederhana. Nilai kemandirian, tanggung jawab, dan kepedulian sosial telah tertanam sejak kecil. Ketika menyaksikan kegamangan generasi muda di sekitarnya, ia merasa perlu melakukan sesuatu. Maka, lahirlah sebuah gerakan bernama Majlis Santuy, sebuah ruang edukatif dan spiritual yang dirancang bukan untuk menggurui, tetapi untuk mendampingi dan menyembuhkan.

Faris memosisikan dirinya bukan sebagai ustaz atau tokoh formal agama, melainkan sebagai fasilitator. Ia menyediakan ruang, menghadirkan pemateri, dan menciptakan suasana yang santai dan menyegarkan. Pendekatannya mencerminkan prinsip bimbingan partisipatoris, di mana pemuda diajak aktif menemukan jalan keluar atas persoalan mereka sendiri, bukan sekadar menerima nasihat satu arah.

Lebih dari sekadar forum ngaji, Majlis Santuy menjadi ruang aman bagi masyarakat Kampung Selaawi untuk berdiskusi, belajar, dan saling menguatkan. Ia menghapus stigma bahwa majelis ilmu itu kaku, kolot, dan eksklusif. Melalui pendekatan yang ramah dan fleksibel, Faris membuka pintu bagi siapa saja yang ingin berubah—dari anak-anak hingga orang tua, dari yang belum mengenal agama hingga yang sedang mencari makna hidup. Gerakan ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan sosial bisa dimulai dari hal sederhana, selama ada kemauan dan keikhlasan untuk peduli.

Pendekatan Konseling Realitas dalam Majlis Santuy

Gerakan Majlis Santuy yang digagas oleh Abdul Faris tidak hanya sekadar bentuk kepedulian sosial, tetapi juga cerminan penerapan nyata prinsip-prinsip dalam Konseling Realitas. Pendekatan ini dikembangkan oleh William Glasser dan berfokus pada tanggung jawab pribadi, kesadaran akan pilihan, serta perencanaan yang realistis dan terukur. Dalam konteks bimbingan dan penyuluhan Islam, pendekatan ini sangat relevan karena menekankan akhlak, kesadaran diri, serta pentingnya ikhtiar dalam mengubah kondisi hidup.

Dalam pelaksanaannya, Faris mengadopsi empat teknik inti dari Konseling Realitas yang kemudian diinternalisasi ke dalam aktivitas Majlis Santuy:

1. Questioning (Mempertanyakan Keinginan dan Perilaku)

Faris memulai pendekatannya dengan menggali akar masalah melalui dialog santai dan terbuka. Ia mengajak para pemuda, anak-anak, bahkan orang tua untuk merefleksikan hidup mereka: apa yang mereka inginkan? Mengapa mereka terjebak dalam rutinitas yang merusak? Pertanyaan-pertanyaan ini membuka ruang kesadaran yang menjadi titik awal perubahan.

2. Feedback (Umpan Balik yang Membangun)

Dalam forum-forum Majlis Santuy, umpan balik diberikan dengan penuh empati. Tidak ada penghakiman, hanya refleksi. Faris membangun suasana di mana peserta dapat saling memberikan masukan secara jujur dan konstruktif. Hal ini mendorong terciptanya solidaritas sosial yang sehat, di mana setiap orang merasa didengar dan dihargai.

3. Challenging (Menantang Keyakinan yang Tidak Efektif)

Salah satu kekuatan Faris adalah keberaniannya menantang pola pikir yang melemahkan. Ia mengajak peserta untuk keluar dari mentalitas “jalan pintas” seperti judi dan pinjol, dan berani mengambil jalan panjang yang lebih bermakna. Ia menunjukkan bahwa masa depan bukan ditentukan oleh nasib semata, tetapi oleh pilihan sadar yang dilandasi semangat perubahan.

4. Planning (Perencanaan yang SMART)

Faris mendorong peserta untuk merancang perubahan melalui langkah kecil yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu atau Spesific, Measurable, Attainable, Relevant, and Time bound (SMART). Dalam konteks ini, perencanaan tidak hanya berupa niat, tetapi tindakan nyata: mencari pekerjaan, memulai usaha kecil, mengurangi ketergantungan pada gawai, atau rutin mengikuti kajian agama.

Selain pendekatan individual, Faris juga membangun ekosistem sosial yang mendukung proses pemulihan. Ia melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar dalam proses perubahan. Ia menyadari bahwa keberhasilan bimbingan tidak bisa berjalan sendiri, tetapi memerlukan kolaborasi antara lingkungan, institusi sosial, dan kemauan individu itu sendiri.

Majlis Santuy pun menjadi ruang kuratif dan preventif sekaligus. Ia mencegah generasi muda jatuh lebih dalam dengan memberikan alternatif yang sehat dan positif (preventif), serta merangkul mereka yang telah terjebak untuk kembali menemukan arah hidupnya (kuratif). Ini sejalan dengan Q. S. Ar-Ra’d: 11 yang menegaskan, “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya.”

Dengan gaya yang santai, bahasa yang membumi, dan pendekatan yang manusiawi, Faris menunjukkan bahwa dakwah dan bimbingan penyuluhan Islam dapat hadir di tengah masyarakat secara relevan dan kontekstual. Ia tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga menjalankan walk the talk, menghidupkan nilai-nilai dalam tindakan sehari-hari.

Kesimpulan

Majlis Santuy bukan hanya sebuah forum pengajian alternatif, tetapi juga representasi nyata dari penerapan nilai-nilai bimbingan dan penyuluhan Islam dalam konteks sosial kekinian. Di tengah krisis moral, sosial, dan digital yang melanda berbagai kalangan masyarakat, gerakan ini hadir sebagai oase yang menyejukkan dan membangkitkan semangat perubahan. Melalui pendekatan Konseling Realitas, Abdul Faris berhasil mengubah keresahan menjadi gerakan, mengubah stigma menjadi kesempatan, dan mengubah keputusasaan menjadi harapan. Ia tidak datang dengan retorika tinggi, tetapi dengan empati dan aksi nyata. Pendekatannya yang santai namun strategis menjadikan Majlis Santuy sebagai ruang aman, edukatif, dan transformatif bagi masyarakat Desa Cipancar dan sekitarnya.

Kisah Faris mengajarkan kita bahwa perubahan tidak selalu lahir dari panggung besar. Kadang, ia bermula dari tikar sederhana, obrolan hangat, dan kopi yang dibagi bersama. Dakwah tidak harus berteriak dari mimbar, ia bisa hadir dalam pelukan komunitas, dalam dialog santai, dalam senyum yang memberi harapan.

Bagi dunia akademik dan praktisi bimbingan penyuluhan Islam, kisah ini menjadi inspirasi bahwa teori-teori yang diajarkan di ruang kelas bisa menjelma menjadi gerakan yang berdampak nyata. Bahwa dakwah dan konseling tidak terbatas pada ruangan atau institusi, tetapi bisa hidup dan tumbuh di tengah masyarakat, selama dilakukan dengan hati, ketulusan, dan strategi yang tepat. Semoga Majlis Santuy terus menjadi cahaya kecil yang menuntun generasi muda menemukan arah hidupnya. Semoga lebih banyak “Faris-Faris” lain yang lahir dari desa-desa Indonesia. Mereka yang tak hanya belajar, tetapi juga peduli. Mereka yang tak hanya berkata, tetapi juga bertindak. Mereka yang menjadi jalan keselamatan, bukan hanya penonton perubahan.

Link video wawancara: https://youtu.be/LVkyZVDvYEo?si=L-UM34eNgCE1TXmH

Isa Hotaman Nurjaman, akrab disapa Mas Is, lahir di Purwakarta pada 25 Oktober 2000. Mulai belajar menulis sejak tahun 2022. Salah satu karyanya yang telah terbit berjudul Lampang: Rindu yang Tak Terjawab. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di STAI Riyadhul Jannah Subang. Sebagai pendiri Bookmates Community di Kabupaten Subang, ia bersama teman-temannya ia telah menerbitkan buku kedua berjudul Merangkai Kehidupan Baru: Panduan Praktis Hidup Produktif. Ia bercita-cita menjadi penulis yang bermanfaat.

One thought on “Majlis Santuy dan Konseling Realitas: Dakwah Sosial yang Menyentuh Akar Problematika Pemuda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Yuk Berkawan

Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.

Promo Gack dulu, dech Ayooo Berangkat!