Merujuk pada laporan Intan Setiawanty dan Rachel Farahdiba R. dari media Tempo (2024), seorang mahasiswi PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Anestesi FK Undip yang bernama Dokter Aulia Risma Lestari ditemukan wafat pada tanggal 12 Agustus 2024 di kamar kosnya. Ditengarai penyebabnya adalah diduga bunuh diri karena mengalami bullying.
Merujuk pada laporan Rikhul Jannah (2024) dalam situs NU Online, korban memutuskan tindakan bunuh diri dengan meminum obat anestesi berjenis roculax sampai overdosis yang ditandai dengan tubuhnya yang membiru.
Masih dari sumber yang sama, ditemukan sebuah fakta bahwa dari catatan-catatan di buku harian korban bahwa almarhumah tidak tahan dengan kondisi perundungan yang ia alami ketika menempuh studi dokter spesialisnya di tempat tersebut. Tindakan tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh dokter seniornya di antaranya berbentuk: bekerja lebih dari 24 jam, korban diperintah sesuatu hal yang tidak berhubungan kewajiban akademis PPDS layaknya pembantu, hingga dipalak.
Peristiwa bullying ini membawa akibat yang fatal bagi kesehatan mental korban sampai ia putus asa dan memutuskan untuk bunuh diri.
Memahami Bullying: Inti dan Penyebabnya
Merriam-Webster dictionary memaknai bullying sebagai sebuah penyalahgunaan dan penganiayaan terhadap orang yang lebih lemah dari orang yang lebih kuat. Definisi bullying ini lekat dengan kultur senioritas. Oknum senior yang lebih lama belajar di suatu institusi pendidikan tertentu dan lebih tua usianya merasa tahu segalanya dan lebih kuat sehingga memperlakukan yang lain terutama juniornya secara semena-mena.
Perlakuan khas tirani yang biasa dilakukan oknum senior adalah menjadikan juniornya sebagai objek untuk disuruh-suruh dan dipalak. Budaya senioritas ini berkaitan dengan budaya feodal yang berkembang seperti di negara ini. Wilayah kepulauan kita dulu terdiri dari berbagai macam kerajaan, dan saat orang-orang asing menjajah kita, mereka tidak melakukannya secara langsung melainkan melalui “tangan” penguasa lokal. Perspektif antropologis dan historis ini yang akhirnya menimbulkan dan melanggengkan pandangan bahwa orang yang punya jabatan atau status atau kedudukan tinggi itu memonopoli kebenaran, kekuatan, dan kehormatan sehingga bisa merasa bebas menindas setiap pihak yang ada di bawahnya.
Pada kasus bullying terhadap mahasiswi PPDS ini, terdapat pola yang selalu dilakukan oleh senior korban yang ada di Fakultas Kedokteran. Di sini terdapat relasi kuasa bahwa senior memiliki pengalaman, peran, dan pengaruh yang lebih besar merasa layak menyalahgunakan hal-hal tadi untuk memperoleh keuntungan dari korban yang tidak berdaya.
David Graeber (2015) memandang bahwa di dalam sebuah fenomena bullying terdapat tiga hal:
Graeber menganggap bahwa aksi bullying jarang sekali dilakukan di tempat tertutup. Kegiatan ini seringkali dilakukan di tempat publik yang memancing perhatian kerumunan. Pelaku bullying memanfaatkan momentum ini untuk merendahkan harga diri korban di depan kerumunan mahasiswa yang ada di kampusnya dan menunjukan kekuatannya. Hal ini ia lakukan untuk mendapatkan validasi dari lingkungan sosialnya bahwa ia memang benar-benar kuat dan berpengaruh dan memberi justifikasi bahwa hal seperti ini bisa ia lakukan terus-menerus tanpa konsekuensi.
Jadi, dalam kasus seperti ini juga ada pembiaran dari kerumunan yang hanya bisa menonton atau menyaksikan korban yang tengah disiksa seniornya. Maka wajar saja fenomena bullying itu bisa muncul dan bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Kasus Bullying sebagai Alarm Peringatan
Kasus ini merupakan alarm peringatan bahwa fenomena bullying sudah begitu parah. Ya seperti fenomena gunung es aja: peristiwa seperti ini yang tidak nampak atau tidak dilaporkan karena adanya intimidasi pelaku dan bungkamnya kerumunan sekaligus menunjukkan betapa abainya institusi pendidikan kita pada isu ini. Supaya hal ini tidak terulang lagi atau bisa ditindak secara cepat dan tepat, maka inilah usul yang dapat kami beri untuk warga kampus secara umum:
Untuk lembaga kampus sendiri, ini adalah usul kami:
Daftar Pustaka:
Setiawanty, I., & Rachel Farahdiba R. 2024. “Usut Kasus Perundungan Dokter Aulia Mahasiswa PPDS Undip, Ini Kata Polda Jateng” (https://metro.tempo.co/read/1910436/usut-kasus-perundungan-dokter-aulia-mahasiswa-ppds-undip-ini-kata-polda-jateng), diakses pada tanggal 5 September 2024.
Jannah, R. 2024. “Mengurai Kasus Mahasiswa PPDS FK UNDIP yang Diduga Alami Perundungan Berujung Bunuh Diri” (https://www.nu.or.id/nasional/mengurai-kasus-mahasiswa-ppds-fk-undip-yang-diduga-alami-perundungan-berujung-bunuh-diri-BHvdD), diakses pada tanggal 5 September 2024.
Graeber, D. 2015. “The Bully’s Pulpit: on the Elementary Structure of Domination” (https://thebaffler.com/salvos/bullys-pulpit), diakses pada tanggal 6 September 2024.
Merriam-Webster. (n.d.). Bullying. Pada Merriam-Webster.com dictionary. Diakses 6 September 2024, dari (https://www.merriam-webster.com/dictionary/bullying).