Kring… kring… kring..
Suara alarm dari ponsel Bumi terdengar. Alarm itu berbunyi, ketika waktu menunjukan 7.07. Bumi tersontak kaget.
“Hah udah jam segini!“ ceteluk Bumi “Aduhh, kesiangan deh.“ lanjutnya
Tanpa perlu basa-basi lagi, Bumi bergegas meloncat dari atas tempat tidur, untuk kemudian melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu lama, mungkin hanya dalam hitungan menit, Bumi sudah berada lagi di kamar tidurnya. Dengan gerakan cepat yang seakan berada dalam kepanikan, Bumi teramat sangat terburu-buru ketika memakai pakaian.
“Kenapa bisa kesiangan sih.“ Gerutu Bumi, seraya mempersiapkan tas yang berisikan peralatan kerja yang akan dirinya bawa ke kantor.
Gerakan Bumi semakin dipercepat, sebab waktu yang tengah menunjukan pukul 7.17. Bumi bergegas keluar dari kosannya. Lantas mengarahkan langkah kaki pada halaman rumah kos yang terdapat sepeda motor miliknya, yang setiap hari ia parkirkan di sana. Dalam beberapa menit yang tidak cukup lama, Bumi terlebih dulu memanaskan motornya sebelum ia benar-benar mengendarainya. Setelah dirasa cukup, Bumi pun mulai mengendarai motornya ke arah luar halaman rumah kos, untuk kemudian melajukan motornya ke arah tempat ia bekerja.
Waktu yang semakin mendekati jam masuk kerja sebab Bumi yang bangun kesiangan, menjadikan ia lupa untuk membuat dan menyantap sarapan. Pada waktu yang terus bejalan, serta pada laju motor yang terus berputar, ia bergumam dalam hatinya, “Semoga masih ada kesempatan buat sarapan di kantor.“ harap Bumi.
Jalanan selalu ramai di waktu pagi hari. Rutinitas yang banyak dilakukan orang-orang ketika berangkat kerja selalu membuat jalanan penuh. Tak heran jika di pagi hari jalanan sering kali mendapati kemacetan demi kemacetan. Bumi memelankan laju motornya ketika ia mengetahui banyak kendaraan lainnya yang mengganggu perjalanannya. Bumi, terjebak pada macet.
Laju motor Bumi tiba-tiba terhenti, sebab kemacetan yang tidak bisa diterobos olehnya.
“Tumben jalan ini macet,” gumam Bumi dalam hati.
Bumi pun penasaran melaju sedikit demi sedikit ke depan untuk menjawab pertanyaannya sendiri sebab jalanan ini biasanya tidak macet. Ternyata ada petugas yang sedang menyiram jalanan dan pohon kegiatan ini merupakan gambaran aktivitas yang bertujuan untuk mengurangi polusi udara dan menjaga lingkungan. Tindakan seperti ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan perkotaan dan mengurangi dampak polusi udara.
Penyiraman jalanan oleh petugas dapat membantu mengendalikan debu dan kotoran yang dapat terangkat ke udara oleh lalu lintas kendaraan. Ini membantu menjaga kualitas udara yang lebih baik, mengurangi potensi masalah pernapasan, dan membuat lingkungan perkotaan menjadi lebih bersih.
Selain itu, penanaman pohon di sepanjang jalan raya juga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas udara. Pohon-pohon ini dapat menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan menghasilkan oksigen, sehingga membantu mengurangi tingkat polusi udara. Lalu kenapa tidak menanam pohon saja? Pemerintah harus mengeluarkan berapa banyak anggaran untuk penanaman pohon?
Di tengah kemacetan pagi hari, tiba-tiba berputar ingatan di memori kepala Bumi. Kadang suka lucu aja, Kota Jayakarta ini merupakan kota dengan perusahaan pengguna energi fosil, dan sudah tentu terdapat banyak PLTU. Penyumbang terbesar polusi adalah kawasan industri. Para penguasa kecipratan uang legalisasi, rakyat yang kena polusi.
Daripada para petugas dibilang gak ada kerjaan, ya ada benarnya juga melakukan aksi dengan menyirami jalanan. Cuman kadang suka lucu aja gitu. Belum lagi Kementrian Lingkungan Hidup (LHK) ajak warga pimpin doa turun hujan sebagai langkah mengurangi polusi. Polusi pakai doa. Bukankah waktu pemilu yang dipilih adalah pemimpin negara bukan pemimpin doa? kalau di Lapor, Pak! mah cenah
Kenapa juga dulu waktu perizinan tidak terpikirkan dampaknya bakal seperti ini? Apakah yang dipikirkan hanya tanda tangan dan selesai aja gitu. Ah, udahlah.
Ingatan di memori kepala Bumi tiba-tiba buyar, ketika banyak diantara orang-orang yang berkendara mulai memencet klaskon. Kemudian memunculkan bunyian-bunyian yang saling bersahutan. Bumi melajukan motornya. Nampaknya jalanan sudah mulai bersahabat. Dengan kecepatan penuh, Bumi kembali melajukan motornya dengan kencang.
Hampir tiga puluh menit ketika Bumi mengendarai motor dari rumah kost menuju tempat kerjanya. Ternyata semesta masih berpihak pada Bumi. Masih ada waktu lima menit sebelum akhirnya ia benar-benar masuk kerja. Dengan sigap, Bumi pun menuju kantin tempat kerjanya. Lantas membeli menu untuk sarapan dirinya. Lalu dengan lahap Bumi menghabiskan sarapannya.
Keren