Anglo-Saxon
: kepada Jorge Luis Borges
Bahasa yang ditempa cahaya fajar pertama;
bahasa yang mengingatkanmu pada bentuk sebilah pedang;
bahasa yang mengingatkanmu pada geraham naga;
bahasa yang mengingatkanmu pada teluk yang tersibak dan laut purba;
bahasa yang mengingatkanmu pada sesosok dewa jinak;
bahasa yang memberimu teka-teki burung bulbul dan elegi dua belas kesatria;
bahasa yang memberimu mite Bede dan himne Cædmon;
bahasa yang memberimu simbol dari simbol yang lain;
bahasa yang memberimu sebidang cermin tanpa selubung
di mana kau akan tak melihat siapa pun, melihat dirimu yang lain.
2021
Laut
: kepada Jorge Luis Borges
Laut;
laut tunggal dengan beragam nama;
laut yang senantiasa telah ada sebelum manusia mencecap mimpi dan rasa ngeri, sebelum mitologi dan kosmogoni dijalinkan, sebelum waktu beroleh akarnya pada hari-hari;
laut yang bicara kepada Klaudius—Ptolemaeus si ahli geografi, Klaudianus si penyair, atau Klaudius yang lain;
laut bertanda mare incognitum di dalam atlas, globe, dan kartografi;
laut yang menerima kembali jasad raja Denmark pertama;
laut yang adalah rumah, tanah tualang serta pusara para lanun, ular naga air, dewa-dewa bahari dan batu-batu magnit;
laut yang mengulurkan Ithaca hijau dan sederhana kepada jiwa Ulysses yang jemu menerima mukjizat;
laut yang memberi rima kelasi purba kepada Coleridge, nyanyian angin abadi kepada Rilke;
laut yang melempar sihir ke pesisir dalam bentuk ombak—buih dan riak yang menciptakan ilusi—kita tidak tahu apakah, ketika menyusur garis pantai itu, langkah kita lempang atau menyimpang;
laut yang, seperti jangat harimau, menampakkan garis-garis misterius yang membuatmu takjub sekaligus takut.
2021
Amulet
: kepada Jorge Luis Borges
Ia bisa berupa benda paling biasa atau suara
atau kata-kata atau ingatan atau cinta—
segala sesuatu yang sebagian terasa akrab,
sebagian lainnya tetap gelap.
Ia bisa berupa satu jilid buku panduan
mitologi Nordik, lima jilid kitab
filsafat tasyaum, dua jilid puisi epik Yunani.
Ia bisa berupa sebilah belati
yang pernah menumpahkan darah
di keluasan pampa, dan kini
hanya struktur logam yang diam, tersimpan
di dalam laci, bersama lembar-lembar
manuskrip buku puisi dan antologi cerita fantasi.
Ia bisa berupa metode cetak foto pertama,
kemasan cimarrón bergambar naga,
seratus esai pendek Fajardo dengan ilustrasi alegoris,
metafora Frost (api untuk hasrat, es untuk benci),
atau suara Macedonio.
Ia bisa berupa cangkang kerang nautilus
yang di dalamnya tersembunyi puisi,
aljabar, arsitektur, musik, geometri, proporsi ilahi.
Tapi kegelapan itu—kegelapan tak ternamai—
tak bisa ditangkal amulet apa pun yang kita miliki.
2021
Cervantes
: kepada Jorge Luis Borges
Tak jadi soal siapa memimpikan siapa,
atau siapa memimpikan apa,
atau apa dimimpikan siapa, atau apa
yang memicu mimpi itu.
Bertolak dari titik mana pun—
saduran dongeng seorang Arab
atau murni imajinasimu sendiri—
kesatria itu telah pergi.
Alonso Quijano melupakan namanya
dan pergi ke dalam fiksi yang parak.
Angan-angan aneh yang kau jerumatkan kepadanya
berlipat-ganda sebab seseorang yang lain,
caballero yang memimpikanmu, juga menyimpan
sepotong orakel ganjil serupa.
Seperti sebidang cermin, mimpi-ganda itu
menyalin apa yang membuatmu
linglung ketika terjaga dari tidur yang tak nyenyak,
di ranjang yang terusik, sementara
bulan belum lenyak di ambang fajar sidik.
Kau terjantur: Di manakah tukang sihir itu?
Dadamu nyeri—dua bekas cedera di sana seolah
bukan luka yang kau bawa dari Lepanto,
melainkan tanda tulah yang belum musnah—
dan lengan kirimu lumpuh.
2021

Lahir di Sukabumi 4 Juli 1991. Menulis puisi dan menerjemahkan karya sastra. Buku puisinya yang telah terbit berjudul Di Tepi Rawi (Kentja Press: 2020). Saat ini tinggal di Bandung bersama istri, anak perempuan, dan seekor kura-kura.