Meskipun lebay, tapi saya yakin sebagian besar dari kita (atau setidaknya saya) mengenal dan merasa Ahmad Farid adalah penyelamat. Orang yang rela duduk bertahun-tahun untuk mendengarkan keluh kesah saya dan membangkitkan lagi gairah hidup saya. Betapapun saya mengecewakan Farid, Farid tetap menjadi yang nomor 1 membantu saya dalam segala aspek kehidupan, terutama dalam kepenulisan. Saya yakin hal yang sama terjadi dengan Faridisme di luar sana.
Tapi, pernah gak sih kita renungin? Kita kalau ada apa-apa ngomongnya ke Farid, tapi Farid kalau ada apa-apa, ngomongnya ke siapa, ya?
Kita mungkin sering menertawakan celotehan Farid soal generasi “peminum boba” lah, soal betapa tahinya pemerintahan dan kapitalisme lah, soal kepayahannya menjalani bisnis yang terus-terusan bubuk, lah. Tapi, apa betul kekhawatiran Farid dalam hidup hanya soal apa yang dia tulis dengan jenaka di status Whatsapp?
Kadang, saya merasa lelah dan memilih untuk menjaga jarak dengan seseorang yang selalu menceritakan kemalangan hidupnya ke saya, karena itu tentu melelahkan. Saya gak punya waktu dan tenaga sebanyak itu untuk terus-terusan mendengar keluhan orang, memberinya saran yang lebih sering mental dan ditelan mentah-mentah. Tapi Farid, ada berapa dari kita yang menceritakan kemalangan hidupnya ke Farid dan Farid memilih untuk menjaga kita sampai saat ini?
Agak sedikit keterlaluan opini saya ini memang, tapi saya rasa, Mendengar Radio Sendirian adalah cara Farid bercerita kepada kita, kepada pembacanya. Kepada siapapun yang mau menyumbangkan waktu dan tenaga untuk belajar memahami apa yang benar-benar jadi kekhawatirannya dia.
Setidaknya melalui tulisannya, kita bisa sedikit lebih mudah memahami kepedihan Farid yang gak akan kita dapatkan dari ngobrol sama Farid selama apapun.
Seperti waktu Menulis Surat Bunuh Diri, mungkinkah sebetulnya ia lelah mendengar kepedihan hidup yang kita alami sampai kita berpikir menyayat nadi atau gantung diri adalah satu-satunya cara? Bagaimana jika sebenarnya kita sendiri yang lupa kalau Farid juga manusia dan bukan Nabi?