Reality High adalah film yang menceritakan tentang anak perempuan culun yang mengubah dirinya menjadi sangat cantik demi memasuki geng anak populersekolahnya. Demi mencapai itu, ia meninggalkan satu-satunya teman setia yang dia punya. Miris.
Tapi tahu gak, apa yang buat miris? Kasus seperti itu sudah banyak banget terjadi. Banyak yang mengubah dirinya demi circle pertemanan yang bahkan sebenarnya tidak dia suka.
Bergabung dengan circle anak-anak biar kalau mau nongkrong gak usah mikirin duit, gabung orang-orang good looking biar circlenya terlihat keren, dan bahkan anak-anak pintar, biar dapet contekan setiap ujian.
Sedihnya, banyak dari mereka yang sudah tahu bahwa mereka dimanfaatkan oleh teman-temannya tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa keluar dari lingkungan pertemanan tersebut dan memilih untuk diam.
Banyak alasan yang membuat mereka memilih untuk bungkam, mungkin circle tersebut menyimpan aib mereka dan mengancam akan menyebarkannya jika memutuskan keluar. Mungkin juga mereka tidak mempunyai teman lain selain lingkup pertemanan tersebut. Jadi daripada merasa sendirian mereka lebih memilih untuk menetap agar tidak kesepian atau simply untuk bertahan hidup.
Pertemanan yang tidak sehat ini atau yang biasa disebut dengan Toxic Friendship bisa membawa banyak dampak buruk loh. Jika kita berada di pertemanan yang toxic kita akan sering merasa tertekan, merasa harus mengubah sesuatu dalam diri kita agar bisa disukai oleh yang lainnya menyebabkan kita akan kehilangan jati diri kita sendiri.
Selalu dihantui rasa bersalah saat kita melakukan kesalahan yang sangat kecil membuat kita selalu bertanya pada diri sendiri “Aku tadi salah ngomong gak ya?” “Aku tadi ngelakuin hal yang buruk gak ya?” “Apa mereka bakal tetep mau berteman sama aku?” tanpa sadar kita selalu bertanya-tanya tentang apa yang mereka suka dan tidak suka tetapi tidak memperdulikan apa yang kita sendiri suka dan tidak suka.
Pada Toxic Friendship selalu ada yang meminta dan kamulah yang memberi. Padahal seharusnya sih ada kesalingan, seharusnya pertemanan yang sehat tidak ada yang dirugikan di dalamnya, tidak ada yang merasa dimanfaatkan.
Untuk keluar dari lingkaran teman yang toxic bukanlah hal yang mudah, butuh waktu yang lama untuk melakukannya bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Jika dalam suatu pertemanan kalian mulai merasa tertekan, kehilangan diri kalian sendiri, merasakan kesedihan, stress, tidak berdaya, cemas yang berlebihan maka itu lebih dari cukup untuk menjadi alasan kalian keluar dari lingkaran pertemanan tersebut.
Sulit memang, tapi bukanlah hal yang tidak mungkin. Kalian mempunyai hak untuk memutuskan tali pertemanan, untuk meninggalkan teman-teman yang menjadi penyebab paling besar atas kesedihan yang kalian rasakan, kalian sangat diperbolehkan untuk marah dan mengeluarkan suara, kalian gak wajib memberikan penjelasan untuk menjaga diri sendiri terkadang bersikap egois untuk kebaikan diri sendiri perlu dilakukan.
Jangan pernah merasa bersalah untuk mengekspresikan amarah jika apa yang mereka lakukan sudah keterlaluan, jangan merasa takut untuk hidup sendiri, memang sebagai makhluk sosial kita membutuhkan teman tapi jika pertemanan kalian malah membuat dampak yang tidak baik tinggalkan saja mungkin kalian akan merasa sendirian untuk beberapa saat tapi yakinlah di luar sana pasti ada orang-orang baru lainnya yang bersedia menerima kalian apa adanya.
Ada banyak cara untuk keluar dari pertemanan yang toxic. Yang pertama kalian bisa memulai percakapan dengan baik-baik seperti “Aku merasa udah gak nyambung lagi di pertemanan ini” atau “Maaf, tapi kayaknya pertemanan ini udah buat aku gak nyaman deh” lalu berikan alasan-alasan mengapa kalian mulai merasa tidak nyaman tetapi kalian harus menerima respons mereka, jika mereka merespons omongan kalian dengan baik-baik dan meminta maaf atau berjanji akan mengubah diri maka itu keputusan kalian untuk memaafkan dan tetap berteman atau memilih untuk menjaga jarak.
Namun, jika mereka tidak kunjung berubah atau malah merespons dengan perkataan yang tidak mengenakkan maka tinggalkan saja right away mereka sudah tidak menghargai omongan kalian untuk apa menghabiskan waktu dengan orang-orang seperti itu. You deserve much more than some disrespectful human beings.
Jadi, jangan pernah merasa takut. Perasaan dan kesehatan mental kalian jauh lebih penting dibandingkan mendapatkan sebuah kelompok pertemanan. Be brave and stand for yourself.