Kehilangan Diri

Seorang penulis sedang melakukan pencarian kata-kata.

Malam itu, Arman duduk di depan layar laptopnya yang menyala redup. Kursor berkedip tanpa henti, menunggu kata pertama yang tak kunjung lahir. Tangannya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin, sementara pikirannya berputar dalam kebisuan.

Ia telah kehilangan sesuatu.

Arman selalu hidup dalam kata-kata. Ia menulis sejak kecil, menemukan pelarian dalam lembaran-lembaran kertas yang penuh cerita. Namun, beberapa bulan terakhir, semuanya terasa berbeda. Kata-kata yang dulu mengalir dengan mudah kini terasa asing.

Ia mencoba memaksa. Mengetik beberapa kalimat, lalu menghapusnya. Mengganti satu kata dengan kata lain, lalu menghapusnya lagi. Setiap upaya terasa sia-sia.

Layar di depannya tetap kosong.

Keluar dari apartemennya, Arman berjalan tanpa tujuan di jalanan kota yang sepi. Hanya ada lampu jalan yang berdiri diam, menyinari trotoar yang basah oleh gerimis.

Di sebuah bangku taman, ia melihat seseorang duduk sendirian—seorang pria tua dengan buku catatan di pangkuannya. Tanpa sadar, Arman mendekat.

“Apa yang kau tulis?” tanyanya.

Pria itu tersenyum. “Aku tidak menulis. Aku mendengar.”

“Mendengar?”

Pria itu mengetuk buku catatannya dengan ujung jarinya,

Kata-kata bukan diciptakan, tapi ditemukan. Kau hanya perlu mendengar.”

Arman terdiam. Selama ini, ia selalu berpikir bahwa menulis adalah tentang menciptakan sesuatu. Tapi mungkin, yang ia butuhkan bukanlah memaksakan kata-kata keluar, melainkan mendengarkan apa yang ingin dikatakan dunia.

Arman kembali ke apartemennya. Ia menutup matanya, mendengar—suara rintik hujan di luar jendela, dengungan lemari es di dapur, hembusan napasnya sendiri.

Lalu, ia mulai menulis.

Kata pertama jatuh seperti tetes hujan, diikuti kata berikutnya, dan berikutnya. Ia tak lagi peduli apakah kalimatnya sempurna atau tidak. Ia hanya menulis, membiarkan ceritanya menemukan jalannya sendiri.

Malam itu, Arman menyadari sesuatu: ia tidak pernah benar-benar kehilangan kata-kata.

Ia hanya lupa bagaimana mendengarnya.

Seorang hamba yang suka nulis, doyan ngopi, dan gemar mendalami berbagai hal baru.

Related Post

No comments

Leave a Comment