Kalau Bendera One Piece Dilarang, ya Bendera Kuning saja yang Berkibar

“Sebab itu, kami senantiasa bersemangat, dan lebih suka memilih meninggalkan tubuh ini dan diam bersama-sama dengan Tuhan.” 

2 Korintus 5:8

 

Kepada Yang Terhormat, Ayah. Yang meninggal dalam keadaan damai, tenang, dan bersih bukan main. Berbahagialah di manapun Ayah berada. 

 

Day 8 menjadi anak yatim rasanya masih ada nyes-nyesnya tapi bersedih bukan gaya saya. Marah-marah, dong! Lalu dari tempat yang lain yang entah apa namanya, si Ayah cuma bilang gini mungkin: “Bener euy ieu mah anak aing.”

Begitulah. Di masa-masa agustusan seperti tadi siang, saya masih dalam keadaan berduka, tapi hidup harus tetap berjalan dan Indonesia sedang ulang tahun hari ini. Enggan mengikuti lomba, saya lebih memilih nyobek jengkol bersama nenek-nenek tukang ketawa itu sambil membercandai gelar baru saya, si anak yatim. Oh, biasalah. Coping mechanism. 

Hari ini, saya ketemu Aim alias Kacung, teman saya di Karawang. Ya sempat kapegat beberapa iring-iringan agustusan tapi gak marah. Mereka yang lewat adalah rakyat yang diperas keringatnya seperti saya, seperti kita semua (kecuali kalau kamu anak DPR).

Jujur za, saya mulai terbiasa dengan perayaan kecil masyarakat (biasanya saya marah-marah kalau orang di pos ronda karaokean), padahal mereka juga sambil jaga perum. Mereka merayakan hari lahir Indonesia yang ke 80 tahun ini.

Dengan uang seadanya, yang kadang terpaksa juga ngeluarinnya sebab kalau gak ikut patungan pasti jadi bahan omongan, beberapa orang turun dan turut memeriahkan hari proklamasi. Ya, semoga saja gak ada panitia yang memakai duit patungan itu untuk mabuk ea, karena kalau iya, sebetulnya itu udah sama saja seperti orang-orang di istana yang joget Tabola Bale dan dapat kenaikan gaji 100 juta. Mantapnyo~ Info loker di istana dong, Bang~

Hari ini, video gitaris .Feast juga viral. Ya bagus, lah. Me-roasting “adik-adik berseragam” di depan orangnya langsung. Meskipun tidak serta merta negeri ini jadi bebas koruptor, tapi setidaknya aksi itu bikin kita percaya bahwa kita gak sendiri, dan polisi-tentara adalah musuh bersama. Terbukti kalau ada polisi japrem nyegat di jalan, warga berbondong-bondong putar balik dan saling ngasih tau,

Tilang! Tilang! Aya polisi! Puter balik!” 

Ya maaf ya Dek, ya. Cangcutmu saja kami yang beliin! Masa mau diperas lagi pas ditilang? kan malas juga~

Agustus tahun ini juga ramai dengan bendera. Kisruh bendera ini bukan barang baru sebetulnya. Kalau klean ingat, di tahun 2019 Indonesia dihebohkan dengan tragedi mahasiswa Papua di Surabaya. Hanya karena bendera jatuh atau tak sengaja berada di bawah, atau tiangnya patah, entah. Sampai sekarang kabarnya masih begitu abu-abu. Yang jelas, setelah ormas setempat menyebut mahasiswa Papua tidak nasionalis hanya karena tidak mengibarkan bendera. 

Setelahnya, kita tahu demonstrasi dan aksi terjadi di seluruh tempat di Indonesia. Kemudian seperti yang saya katakan dalam konten saya beberapa tahun yang lalu:

“Yang dilakukan pemerintah apa? Memblokir akses internet di Papua.”

Bayangkan betapa goblok orang-orang kita. Yang sebetulnya memicu perpecahan itu siapa? Yang sampai membuat WNI yang sama gobloknya berbondong-bondong melontarkan hinaan kepada orang-orang Papua. Kemudian tahun ini, kericuhan terjadi waktu masyarakat memilih mengibarkan bendera One Piece daripada merah putih yang dicari sama adik “berhenti jangan lanjyut” itu sampai ke hutan.

Saya bukan penggemar One Piece, karena tentu saja itu mah ranahnya Agil, sayangnya aku. Hm najis. Tapi serius, deh. Alih-alih mengibarkan One Piece atau merah putih, di rumah saya malah terkibar bendera kuning. Heu. Biarlah, sudah takdir Tuhan. Memang kesempatan saya juga untuk merayakan kematian kemerdekaan. Anjay! 

Sebetulnya kan kalau dipikir-pikir, kita memang sudah lama kehilangan kemerdekaan kita. Apa coba yang diharapkan dari menjadi WNI? Gak ada, kan? Makanya ramai #KaburAjaDulu. Ya, pembungkaman yang sudah terjadi jauh sebelum bendera One Piece pun sudah mulai terjadi secara bertahap. Coba itu tolong Puan Maharani mikrofonnya matiin, dong. Ngerusak lagu banget, deh! Emangnya dia pikir dia doang yang bisa matiin mik?! Lagian Baskara please, deh! Baskara besok-besok kalau ngomong disaring lagi aja biar yang kaya Puan gak usah nyanyi.

Sri Mulyani juga ngaconya udah bukan main, deh. Ngomong-ngomong zakat dan wakaf kayak orang bertuhan aja. Orang bertuhan tuh gak berbohong sama jutaan orang, Sri! Orang bertuhan tuh gak akan dzalim sama orang miskin yang harus dipelihara negara. Pajak tapi jalan berlubang dan gelap ya buat apa? Buat kalian pakai perdin ke LN? Buat beliin anak-anak kalian mobil mevvah? 

Ngaco anjrit. Mana sini panggilin si Stella Christie! Orang pinter kayak gitu begitu masuk istana beneran jadi goblok, kan. Seenak jidat dia bilang MBG bikin pintar Matematika dan Bahasa Inggris. Itu Ariana Grande juga jago Bahasa Inggris gak makan MBG, gblk! Sana cari bendera sendiri ke hutan! Lanjyut aja lanjyut meskipun ada ular kualitas kamera VGA juga.

Tapi, dengan ini saya sebetulnya jadi ingat cerita orang kantor. Bapak saya itu dulu Serikat Pekerja, dan saya bangga akan itu. Saya sekarang percaya kalau saya itu plek-ketiplek anak bapak saya. Dulu, Ayah termasuk orang yang berani. Cerita dari teman-temannya, kalau gaji atau bonus telat dicairkan, si Ucup ini provokatif juga untuk matiin pabrik. “Nyaan euy ieu mah bapak aing!” 

Sayang, saya dulu gak banyak ngobrolin ini tapi menarik juga. Zaman sekarang mungkin masih banyak orang yang ingin melawan, membangkang, tapi ya tentu kalau terlampau idealis dan bukan anak DPR, kita semua akan mati payah (kata mbak-mbak yang bercita-cita jadi ekofeminis tapi kerjanya di tambang) heu. Menangys. 

Coba aja ya kalau di Indonesia jadi guru gajinya besar. Coba aja ya kalau di Indonesia, jadi penulis dipelihara Kemendikbud. Coba aja ya kalau jadi Arini nikahnya sama duda setampan dan seberani RI1. Pandai bergoyang pula. Ah! Dahlah! 

Intinya sih Arini ingin bicara gini, kalau kemerdekaan yang katanya sudah 80 tahun ini masih dipakai untuk logo 80 yang mata ditutup mulut dibungkam itu, ya bukan merdeka atuh namanya. Itu mah cuma ganti bendera penjajah dari Belanda -> Jepang -> terus jadi bendera pejabat negeri sendiri. Bedanya, kalau dulu yang menghisap keringat kita gak punya KTP Indonesia, sekarang yang menghisap keringat kita punya KTP Indonesia.

Apa sih yang bisa diharapin dari jadi WNI? jalanan bolong kayak palung mariana tapi pejabatnya sibuk nge-vlog dan caper-caper di media seperti Verrel Bramasta, Mulan Jameela, Ahmad Dhani. Akh! Sangat Yusuf dan Sapi Betina banget: rakyat jadi sapi perah, pejabat jadi tuan tanah. Dah lah! Kami butuh nabi seperti Aang. Berkibarlah bendera kuningku! Lagian apa lagi yang bisa dilakukan selain bertahan hidup? menjilat pantat presiden?

Oh iya, selamat ya, Ayah! Kamu sudah lolos dari kejahatan pemrentahTimingnya pas banget gini lagian, supaya aku bisa melampiaskan kemarahan pada negara tanpa ditangkep kan, Tuhan? Mantapnyo~

Menulis puisi, prosa, melukis, dan bermusik tipis-tipis. Bukunya sudah 4, As Blue As You (2022), Jayanti (2023), Notes of The Lost Sheep (2024). dan Yusuf dan Sapi Betina (2025). Suka pamer dan suka bikin pameran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Yuk Berkawan

Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.

Promo Gack dulu, dech Ayooo Berangkat!