#KaburAjaDulu dan Keruwetan Belakangan

Minpang

Tagar #KaburAjaDulu adalah bentuk protes pada pemerintah yang mengeluarkan kebijakan yang mengecewakan.

Setelah tagar #IndonesiaGelap menggema sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemangkasan anggaran yang dinilai merugikan rakyat, kini muncul fenomena baru di media sosial: #KaburAjaDulu. Jika sebelumnya masyarakat berteriak lantang dalam protes, kali ini mereka merespons dengan sarkasme dan humor satire, seakan ingin berkata, “Udah capek protes, mending kabur aja.”

Tapi apakah benar masyarakat hanya bechandyaaa~ Atau ini simbol serius ketidakpercayaan yang semakin dalam terhadap pemerintah?

Awal Mula Tagar #KaburAjaDulu

Tagar ini mulai muncul setelah gelombang protes besar terhadap Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2025, yang memotong anggaran pendidikan dan kesehatan hingga Rp 306,69 triliun. Aksi demonstrasi pun terjadi di berbagai daerah, termasuk yang terbesar di Jakarta pada 21 Februari 2025, yang berakhir ricuh.

Alih-alih mendapat solusi atau respons serius dari pemerintah, masyarakat justru mendengar pernyataan-pernyataan yang dinilai nggak nyambung dan cenderung mengabaikan keresahan rakyat. Salah satu pejabat, dikutip dari Tempo.co, bahkan berkata, “Tidak ada Indonesia Gelap, yang ada Indonesia Bangkit. Ayo kita optimis!”

Pernyataan semacam ini dianggap terlalu only positive vibes tanpa solusi nyata. Tak lama setelahnya, netizen mulai membuat meme, video parodi, hingga unggahan lucu dengan tagar #KaburAjaDulu, seolah menyiratkan, “Kalau gini terus, yaudah deh, mending kabur dari Indonesia.”

Media Sosial: Dari Protes Jadi Guyonan

Di Twitter (X), TikTok, hingga Instagram, #KaburAjaDulu menjadi tren. Berikut beberapa bentuk kreativitas netizen:

1) Meme dan Parodi “Pindah Negara”

  • Netizen ramai-ramai bercanda ingin hijrah ke Finlandia, Jepang, atau Selandia Baru.
  • Meme Visa Kanada loading 80%” atau “Cek tiket ke Norwegia, siapa tau murah” banyak berseliweran.

2) Lagu dan Puisi Satire

  • Beberapa content creators TikTok mengubah lirik lagu populer menjadi kritik terhadap pemerintah.
  • Ada juga puisi-puisi satire yang menggambarkan kondisi negeri yang “gelap” tapi pemerintah masih berkata “Tenang, semua baik-baik saja.”

3) Sindiran tentang Ekonomi dan Politik

  • “Harga kebutuhan pokok naik, pajak makin tinggi, tapi katanya kita harus tetap optimis. #KaburAjaDulu”
  • “Kalau meritokrasi nggak jalan, yang penting kenal orang dalam. #KaburAjaDulu”

Meski bernada humor, ini bukan sekadar lelucon belaka. Seperti dikatakan Dr. Rizky Ananda, seorang sosiolog dari Universitas Gadjah Mada dalam wawancara dengan Kompas.id, Ketika kritik berubah menjadi humor satire, itu pertanda rakyat sudah terlalu lelah untuk marah. Mereka tidak lagi berharap banyak.”

Respons Pemerintah

Beberapa pejabat mencoba menenangkan situasi, meski dengan cara yang dinilai kurang tepat. Dalam wawancara dengan CNN Indonesia, seorang menteri menyatakan:

Kami mengimbau masyarakat untuk lebih sabar dan memahami bahwa ini bagian dari proses pembangunan. Kritik boleh, tapi mari kita tetap berpikir positif.”

Sementara itu, beberapa politisi oposisi mulai memanfaatkan momentum ini untuk menyerang pemerintah, menyebut bahwa #KaburAjaDulu adalah bukti bahwa kepercayaan rakyat sedang berada di titik terendah.

Namun, di sisi lain, ada juga suara dari akademisi dan aktivis yang memperingatkan bahwa tren ini bisa berbahaya jika berubah menjadi apatisme total. Laila Rahmawati, aktivis dari Koalisi Masyarakat Sipil, mengatakan:

“Jangan hanya bercanda soal #KaburAjaDulu. Kalau kita benar-benar ingin perubahan, kita harus tetap mengawal kebijakan pemerintah, bukan malah menyerah.”

Bukannya introspeksi, pas lagi heboh-hebohnya malah mengancam band punk, otomatis semakin menjadi lah kemarahan-kemarahan ini. Hadeuh. Ada-ada za.

Lari atau Lawan?

Di balik humor dan meme yang beredar, ada pertanyaan besar: Apakah masyarakat benar-benar menyerah?

Jika melihat sejarah, rakyat Indonesia telah berkali-kali menunjukkan bahwa mereka tidak mudah menyerah. Dari Reformasi 1998 hingga berbagai gerakan sosial yang berhasil mengubah kebijakan pemerintah, suara rakyat tetap memiliki kekuatan.

Mungkin bukan kabur, tapi melawan dengan cara yang lebih cerdas. Kritik tetap perlu dilakukan, tapi juga harus disertai aksi nyata.

Jadi, apakah #KaburAjaDulu akan tetap menjadi sekadar candaan, atau justru jadi pemicu perubahan besar? Itu tergantung pada kita semua.

Minpang di sini~

Related Post

No comments

Leave a Comment