Tagar #IndonesiaGelap, Kenapa Ramai?
Bukannya menyambut Ramadhan dengan penuh rasa gembira, media sosial justru diramaikan oleh tagar #IndonesiaGelap. Bukan karena pemadaman listrik massal atau cuaca mendung, melainkan akibat kebijakan pemerintah yang dianggap meresahkan. Tagar ini muncul sebagai bentuk protes terhadap pemangkasan anggaran di sektor penting, seperti pendidikan dan kesehatan.
Awal Mula Isu #IndonesiaGelap
Semua bermula dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, yang mengumumkan pemotongan anggaran negara sebesar Rp 306,69 triliun. Keputusan ini sontak mengundang banyak reaksi karena berimbas langsung pada subsidi pendidikan, tunjangan kesehatan, serta program kesejahteraan lainnya.
Tak butuh waktu lama, masyarakat mulai bereaksi. Tagar #IndonesiaGelap membanjiri platform X (Twitter) dan menjadi trending topic pada Senin, 17 Februari 2025. Namun, aksi protes daring dirasa kurang cukup, sehingga para mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI bersama Koalisi Masyarakat Sipil turun ke jalan untuk menyuarakan tuntutan mereka.
Dalam aksi bertajuk Indonesia Gelap, mereka menyuarakan berbagai tuntutan, seperti:
✅ Efisiensi Kabinet Merah Putih
✅ Menolak revisi UU TNI, Polri, dan Kejaksaan
✅ Mendesak Presiden Prabowo mengeluarkan Perppu Perampasan Aset
✅ Menuntut transparansi dalam penggunaan anggaran.
Respons Pemerintah yang Mengecewakan
Sementara para demonstran berpanas-panasan dan kehujanan di jalanan, para pejabat pemerintah mulai menyiapkan pernyataan resmi. Sayangnya, alih-alih memberikan solusi konkret, beberapa pejabat malah mengeluarkan pernyataan yang dianggap meremehkan keresahan publik.
Salah satu pejabat yang dikutip Tempo.co menyatakan bahwa ini masih tahap awal pemerintahan Presiden Prabowo, jadi wajar jika ada “kekagetan” dan “reaksi berlebihan” dari masyarakat.
Tak berhenti di situ, pejabat lain yang dikutip dari Kompas.id malah menyebut bahwa tidak ada yang namanya Indonesia Gelap, yang ada hanyalah Indonesia Bangkit. “Ayo kita optimis saja,” ujarnya.
Pernyataan ini semakin menyulut kemarahan publik. Banyak warganet yang merasa suara mereka tidak didengar, bahkan dianggap remeh oleh pemerintah.
Puncak Kemarahan: Jakarta Memanas
Demonstrasi yang awalnya berlangsung damai akhirnya memuncak menjadi kerusuhan besar di Jakarta pada Jumat (21/2/2025).
🔥 Kobaran api mulai terlihat di beberapa titik.
📢 Teriakan protes semakin menggema di jalanan.
🪧 Bentrok dengan aparat pun tak terhindarkan.
Beberapa kelompok demonstran yang marah akhirnya menyerang polisi, menghancurkan separator busway, hingga melempar bom molotov sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah. Malam itu menjadi salah satu puncak protes terbesar dalam sejarah pasca-reformasi.
Namun, manusia tetap punya batasan. Setelah berjam-jam bentrok, demonstran akhirnya membubarkan diri, meninggalkan sisa-sisa kekacauan di ibu kota.
Harapan yang Mulai Pudar?
Masyarakat yang berharap pada aksi demonstran kembali kecewa dengan respons pemerintah. Karena merasa suara mereka diabaikan, warganet kembali membuat tagar baru: #KaburAjaDulu sebagai bentuk sindiran terhadap pemerintahan yang dinilai semakin tidak bisa diharapkan.
Kini, pertanyaannya: Akankah pemerintah mengubah kebijakannya? Ataukah #IndonesiaGelap akan menjadi awal dari perlawanan rakyat yang lebih besar?
Yang jelas, rakyat sudah sadar akan hak mereka, dan suara mereka tak bisa dibungkam begitu saja.