

Dalam drama romansa Filipina rilisan tahun 2023 yang disutradarai oleh RC Delos Reyes ini kita disuguhi cerita tentang Jeff (Carlo Aquino) seorang calon pastor dari Manila yang sedang menjalani masa regency di Kota Legazpi, Albay. Masa regency sendiri bermakna masa permenungan bagi seorang calon pastor untuk memikirkan matang-matang keputusan yang akan ia ambil: tetap menjadi pastor atau menjadi warga Kristen biasa.
Di Kota Legazpi, Jeff menginap di sebuah pondokan yang asri milik seorang lelaki paruh baya bernama Abner. Di pondokan itulah Jeff bertemu dengan Lizzy (Barbie Imperial), perempuan cantik yang tak lain adalah keponakan Abner sekaligus menjadi pemandu wisata untuk Jeff.
Film ini ternyata bersumber dari kisah nyata yang terjadi antara mantan seminaris bernama Roniel Faron dengan mantan pacarnya, Lizzy May. Di media sosial Filipina kisah ini sempat viral pada tahun 2021, sehingga mendorong RC Delos Reyes mengangkat kisah ini ke layar lebar.
Bicara soal kisah nyata yang diangkat ke layar lebar, sebenarnya saya punya tendensi buruk terhadap film modelan begitu. Kesannya label “kisah nyata” ini terlalu dibesar-besarkan hingga kualitas filmnya diabaikan. Saya juga sering merasa tidak menemukan titik menarik dari pilihan kisah nyata yang diangkat ke layar lebar belakangan. Kalau kisah nyata tentang kepahlawanan Muhammad Hatta, misalnya, ya bisa dimengerti urgensinya. Untuk mengingatkan kembali pejabat-pejabat di Indonesia untuk mengurus negara sebaik-baiknya karena perjuangan meraih kemerdekaan itu amat sulit, untuk menguatkan masyarakat Indonesia agar tetap mengawasi jalannya pemerintahan, untuk mengingatkan tentang gaya hidup sederhana, integritas, kejujuran, loyalitas, semangat juang hingga keberanian. Sedangkan dalam film-film yang diangkat ke layar lebar beberapa tahun ke belakang ini seperti Vina: Sebelum Tujuh Hari, Ipar Adalah Maut, Norma: Antara Mertua dan Menantu dan yang terbaru kisah Nia gadis penjual gorengan di Pariaman yang dibunuh setelah diperkosa bakal rilis Desember tahun ini. Film-film seperti itu terlalu terkesan memanfaatkan kejadian nyata sebagai ladang cuan.
Tapi saat menonton Film I Love Lizzy saya tak menemukan kesan negatif seperti itu. Film ini terasa cukup bagus, baik dari segi penceritaan, sinematografi, pembangunan karakter dan dengan mengikuti jalinan ceritanya saja penonton bisa merasakan bahwa naskahnya ditulis dengan cukup rapi.
Selain punya nilai cerita yang menjual, penyutradaraan RC Delos Reyes punya sentuhan yang bagus. Ia tidak buru-buru menyajikan plot-plot besar, tak banyak konflik yang tersaji dari awal-awal sampai tengah film. Seakan sang sutradara menyusun masa tenang yang panjang sebagai persiapan karena menuju akhir film ia telah menyiapkan guncangan emosi untuk penontonnya. Begitulah, kedekatan antara Jeff dan Lizzy yang sewajarnya antara pemandu wisata dan wisatawan. Sang Sutradara hanya memberi tanda kepada penonton bahwa bakal ada asmara di antara keduanya lewat curi-curi pandang, hingga penonton dibikin gemas sendiri dan menduga-duga, “Bakal seperti apa, sih moment asmara di antara mereka terjadi?” dan jawabannya ada di menit 56. Yah, selama itu memang. Sebelumnya film ini menyuguhi penonton dengan keindahan wisata Kota Legazpi, seperti Gunung Berapi Mayon, Bukit Lignoñ, Gereja Daraga yang eksotis, Patung Bunda Penyelamat yang megah, Sungai Bawah Tanah Jovellar hingga Gua Hoyop-Hoyopan yang mistis.
Lalu bagaimana dengan akhir kisah film ini? Apakah Jeff batal menjadi Pastor karena jatuh cinta pada Lizzy? Hmm, saya tidak mau memberi bocoran cerita, saya hanya bisa memberi bocoran bahwa bakal ada guncangan emosi menuju akhir film. Kalau penasaran ya, silahkan cari tahu sendiri jawabannya lewat film berdurasi 102 menit ini!
Oh ya film ini bisa ditonton di Netflix. Untuk ratingnya sendiri saya kasih 7/10.