HORE
di negeri ini tidak ada negara!
hanya pasar;
hanya ada ragam aktivitas yang begitu dinamis, yang muaranya percuanan.
di negeri ini tidak ada peradaban sebuah negara.
hanya sebatas pasar belaka.
hanya ada yang ber-jual beli, yang ber-sorak sorai karena dagangannya laku sekali
ada juga yang sunyi meski laku sekali
ada yang murung karena sepi pembeli
ada copet. ada calo. ada pengemis,
namun ada yang berkesenian dengan serius, tapi tertimpa panggung pertunjukan megah para penguasa yang manipulatif; membungkam semuanya dengan sangat menghibur
Hore!!!!!
di negeri ini tidak ada lagi negara untuk rakyat!
yang ada hanya pasar oligarki keparat!
karena segala programnya ternyata tidak disusun untuk membangun peradaban masyarakat sebagaimana mestinya sebuah negara;
segala programnya hanya untuk memeriahkan pasar tumpah kapitalisme belaka;
yang penting rakyat (tampak seolah-olah) terhibur
dan percuanan mengalir terus ke barat; tempat di mana dajjal bersemayam
Hore!!!!!!!!
di negeri ini tidak ada negara!
mari Kita beramai-ramai pergi ke pasar tumpah darah Kita
walau miskin, walau sengsara
Kita hura-hura dan tetap tertawa-tawa saja
juga teruslah dukung mereka yang telah istiqamah meramaikan kegiatan² hiburan di pasar tumpah darah Kita ini
mari Kita ber-jual beli. atau mencopet. atau menjadi calo. atau mengemis.
atau naik ke atas pentas pertunjukan hiburan kekuasaan itu di sana
Hore!!!!!!!!
Hore!!!!!!!!!
Kita berpesta. Kita tertawa-tawa. selayaknya kebahagiaan yang telah dibingkai oleh mereka
walau miskin, walau sengsara,
mari Kita pergi ke pasar
sambil menahan haus dan lapar
tanpa berpuasa
Hore!!!!!!!!!!!
28 Ramadhan 1443 H
CIKAMPEK – KIARAPEDES
Begitu terasa Tujuh tahun perjalanan
Melintasi jalanan yang kini semakin lapang
Tanpa taburan kerikil dan banyak lubangan
Gapura-gapura mentereng
Trotoar-trotoar rapi
Bunga-bunga cantik berjejer di Kalihurip
Aku menyaksikan kenyataan pembangunan
dari jalan
Tak terdengar Satu rintihan pun
dari rumah-rumah
Sebab Aku pikir inilah kemajuan
“Pulangkeun urang ka kolot urang, Mas!”
“Manéh rék ninggalkeun urang di saat urang teu boga pagawéan?!”
“Néng geus teu kuat, Mas!”
“Cicing!”
“Néng geus teu kuat, Mas!”
“Cicing! Urang kudu bertahan!”
“Néng hayang balik!”
Kericuhan di kost-kostan itu tersalip kebisingan mobil kontainer ekspor-impor
Apalagi tangisan bayi mereka
Tersumpal oleh para budak-penguasa
yang sedang mengubur masa depan hidup orang miskin di kamar-kamarnya
Aku pikir ini kemajuan,
sedang orang-orang miskin
masih dibiarkan ketinggalan
“Gawé sia téh! Tong hayang dibéré waé.“
Pak Supir itu malah memberiku pelajaran bahwa di zaman kemajuan yang canggih ini,
Aku dituntut untuk saling bersaing bukan saling berbagi
Mereka pikir kehidupan adalah tentang persaingan bukan persaudaraan
‘Orang lain adalah lawan‘
Akhirnya Aku sendiri pulang dari terminal itu
bergegas untuk dapat memeluk keluargaku sendiri
Tak boleh mengemis lagi
11 Rabiulawal 1442 H
SALAM
P
21 Jumadilakhir 1444 H