Waktu masih pacaran saya sering telponan malam-malam, kami berbincang sambil saya bekerja. Maklum, freelance.
Tentu dalam aktivitas teleponan tapi tidak teleponan tersebut saya akan tetap bekerja, dia sendiri kadang-kadang bicara menimpali lagu yang saya putar dan saya tentu saja bisa bekerja sambil bicara. Tapi kami lebih sering diam menikmati lagu-lagu yang kami putar dari laptop saya.
Gak lama, dia bilang senang dengar saya ikut nyanyi-nyanyi di antara putaran lagu di YouTube. Saya sendiri, menurutnya jarang ikutan menyanyi saat-saat begitu. Langsung deg-lah dada saya. Bukan pada perhatiannya, tapi karena saya sebenarnyalah tidak ikutan menyanyi-nyanyi sejak awal.
Cerita macam ini pastilah familiar buat kita. Misal sepasang kekasih yang ldr-an karena KKN teleponan, lalu orang di seberang nanya kenapa banyak suara anak-anak pada jam dua dini hari, padahal yang ditelepon sedang sendirian. Atau lagi ngambil gambar selfie-selfie luchuk tiba-tiba ada sosok ganjil masuk dalam tangkapan kamera. Atau lagi begadang nonton drama korea dengan teman tetiba saja pintu yang jaraknya cuma satu ayunan kaki malas, yang bahkan ditarik dorong saja agak berat, tanpa embusan angin bergerak menutup sendiri.
Saya mengalami semuanya dalam waktu belum setahun ini. Saya tentu saja deg-degan saat semua itu terjadi, namun saya tak jenak hati memikirkan kejadian seperti itu. Hantu itu konsep yang alot, dan membicarakannya tidak lebih dari membicarakan gosip.
Memang ada banyak cara memahami realitas (supranatural) macam ini. Bisa melalui pendekatan agama, alkimia, klenik, sains, metafisika, atau hal-hal yang senapas dengan istilah “anak Indigo”, entah energi atau apalah itu. Tapi saya sudah lama tidak tertarik bersandar pada dasar-dasar pikiran yang tidak bisa diukur dan diuji, sedang fenomena-fenomenanya seperti yang saya sebut sudah jelas terjadi di depan mata.
Saya gak takut amat dengan jin atau hantu, yang saya takut, cuma saya gak tahu itu apaan.
Sains belum membuktikan apapun soal mereka yang mati bisa tetap “hidup” dan bergesekan langsung dengan dunia material, seperti menggeser pintu atau numpang di tangkapan kamera. Untuk itulah, ngeri rasanya hidup di zaman dengan banyak penemuan di bidang sains, tapi tetap gentar dengan asumsi-asumsi yang sama sekali tidak bisa diukur.
Sekali lagi, ketakutan saya lebih pada ketidaktahuan itu. Misteri itu. Saya pernah lihat orang dihipnotis. Tentu agak gentar juga melihat ada orang yang tadinya sadar penuh tiba-tiba kehilangan kontrol atas pikiran dan kesadarannya sendiri. Saya pernah lihat orang mabuk. Tapi tidak pernah mereka bertingkah seburuk orang di bawah pengaruh hipnotis.
Sekali lagi, saya gak takut hantu. Saya takut akal sehat saya merasa gak ada gunanya. Dan di depan fenomena begini, goyahlah saya punya pandangan. Akhirnya ketika berhadapan dengan fenomena begitu saya lebih suka bersandar dengan kiraan atas kebetulan-kebetulan yang lebih masuk akal.
Soal sosok bayangan di poto, alih-alih meyakininya sebagai arwah pak RT yang penasaran, saya yakin itu ada hubungannya dengan masalah pencahayaan kamera. Sedang soal pintu bergerak menutup dua kali pas lagi nonton sama Jojon, itu hanya angin sekaligus engsel pintu yang agak miring. Bagaimana ia bisa miring dan angin itu tak terasa? Saya lebih suka mengiranya sebab efek pergerakan lempengan bumi.
Meski agak ganjil. Tapi semuanya terasa masuk akal dan menyamankan hati.
Intinya saya heran saja, masih ada hantu lain yang lebih nyata dan besar dampaknya bagi hidup kita. Misalnya hantu Toxic Masculinity, hantu Fasisme, hantu kapitalisme, hantu konsumerisme. Mereka semua lebih nytaa dari hantu-hantu yang datang dan hidup dari alam lain.
Di masa penemuan seperti internet sulit sekali menerima ada sesuatu seperti hantu, yang hidup di sekitar manusia dengan maksud yang tidak jelas. Maksudku interaksai antara alien manusia bisa mengungkap bagaimana peta ruang angkasa lebih jauh dari yang kita punya. Tapi dengan jin, yang ada cuma kisah yang begitu-begitu saja.
Minimal nih ya ada jin yang bisa membantu kita dalam beberapa teknologi berguna. Seperti membantu kita menemukan energy terbarukan atau paling tidak mengungkap dimensi lain dari kehidupan yang kita miliki.
Mengingat jin punya akses terhadap ruang dan waktu melebihi yang manusia punya. Seringkali urusan dengan jin adalah urusan yang masyaallah receh minta ampun.
Seolah-olah motif interaksi jin dan manusia ini sangat primitif. Jin naksir sama oranglah, jin warisan dari orang tualah, dan lain-lain. Tidak ada jin atau hantu yang punya motif politik progresif atau minimal punya visi kuat dalam progress-progres sains. Itu membuat obrolan soal mereka terasa seperti gosip kelas RT atau minimal cuma mitos-mitos lokal saja.
Meski begitu ya tetap saja setiap mendengar ada yang mandi, tapi pas di kamar mandi ternyata tidak ada air satu tetes pun, saya akan berlari secepat-cepatnya. Gila aja.