Seberapa sering kita mendengar kisah orang sukses atau yang sedang merintis sesuatu dengan berkata “Saya memulai ini semua dari nol” atau rayuan seorang laki-laki kepada perempuannya, “Temani aku dari nol, maka akan kutemani kamu sampai bahenol” yang mungkin ketika sukses, laki-laki itu malah menikah dengan perempuan lain.
Emangnya arti dari nol yang selama ini kita paham yang seperti apa, sih?
Ironisnya, kebanyakan dari kita -atau saya aja- berpikir bahwa memulai dari nol hanya sebatas nominal uang atau modal. Bahkan ada yang merasa memulai dari minus, karena dia punya utang yang masih belum dibayar. Tetapi nol yang saya yakini adalah lambang dari ketiadaan, atau dalam matematika adalah jumlah yang tidak ada.
Jadi, jika kita lihat lebih dalam untuk pernyataan memulai dari nol, kita akan sama-sama setuju bahwa pernyataan tersebut tidak sepenuhnya akurat. Saat kita memulai hal baru dan menganggap semuanya dari nol, faktanya adalah: kita semua membawa pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan dari masa lalu sebagai amunisi kita. Bahkan kita memungkinkan dapat memanfaatkan fondasi yang telah kita bangun sebelumnya.
Misalnya, seorang yang baru resign dan ingin memulai bisnis dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang ia peroleh dari pekerjaan sebelumnya. Modal dan tabungan darurat dari uang pesangon, serta jaringan dan hubungan yang telah ia bangun sepanjang karirnya.
Selain itu, kita juga tidak sendirian dalam perjalanan nanti. Ada banyak orang yang siap membantu dan mendukung kita dalam meraih kesuksesan. Orang tua, saudara, kerabat, dan perempuan yang kita kontrak untuk menemani dari nol (yang dalam kasus saya, perempuan itu bernama Qahsya). Mereka dapat memberikan saran, bimbingan, dan kesempatan yang akan membantu kita maju. Tempat kita pulang saat gagal, dan calon-calon investor dari bisnis bodong kita. Kita juga punya dukungan semangat dari beberapa orang yang akan menertawakan saat kita struggle nanti.
Jadi, meskipun terkadang kita merasa seperti memulai dari nol, kita sebenarnya memiliki sumber daya dan dukungan yang dapat membantu dalam mencapai tujuan kita.
Pada akhirnya, jika kita masih ingin mendapat pengakuan memulai semuanya dari nol. Saran dari saya adalah:
1. Membuat kematian palsu, sehingga tidak ada satu pun orang yang bisa kita andalkan nanti.
2. Pindah ke kota yang belum pernah kita tinggali sebelumnya.
3. Memulai bisnis atau pekerjaan yang tidak ada kaitannya dengan passion atau keahlian yang kita miliki.
Untuk toleransi, yang kita punya hanya satu setel baju yang dipakai, dan ongkos satu kali perjalanan ke kota yang dituju.
Lalu, apa langkah kita selanjutnya?
Misal dimulai dengan door to door dari satu toko ke toko lainnya, bertanya apakah ada lowongan untuk kita?
Dan lihat saja, kita akan menemukan tanggapan yang beragam, dari menolak baik-baik sampai diusir security. Hari sudah malam, kita mulai bingung akan tidur di mana, dan sedari pagi juga belum makan barang sesuap.
Akhirnya kita mencoba untuk pergi ke tempat ibadah, mengharap akan ada kebaikan di sana dan diperbolehkan untuk bermalam. Saat sedang berjalan di pinggir jalan sambil menendang-nendang batu, tiba-tiba ada seseorang yang memberikan sebungkus nasi padang ke kita. Ternyata dalam kasus ini pun, kita tidak benar-benar sendiri dari nol, masih ada Tuhan yang akan selalu membantu (bagi kita yang percaya Tuhan, karena editor jarang ke gereja).
Selanjutnya, coba kamu bayangkan sendiri. Bagaimana caramu memulai semuanya dari nol?
Masih ingin memulai dari nol?
Saya sih tidak mau benar-benar mulai dari nol.