Di tengah ke-sok-sibukan saya, saya sebetulnya masih mampu scroll-scroll Instagram dan Youtube. Jadi saya juga tahu soal P. Diddy dan kasusnya seperti yang diinformasikan media saat ini. P. Diddy semakin mengingatkan saya sama apa yang sering dibahas Mongol. Lagian se-skeptis apapun saya, saya masihlah suka konsumsi konten soal Illuminati, Freemason, 27 Club, The Simpsons, sampai subrek konten-konten penelusuran darkweb gitu. Tapi kalau konspirasi soal Hitler mati di Garut itu mah duh entar dulu deh. Gimana coba bayangin Hitler ngopi hitam sambil menghisap Garpit di teras rumah sambil makan bala-bala? Ya bisa aja sih cuman lebih susah aja bayanginnya.
Saya jadi mulai merasa, sedikit banyak hal ini akan pelan-pelan mengungkap juga konspirasi-konspirasi yang rasanya kalau kita dengar tuh ya mau gak percaya juga tapi banyak kebetulannya, mau percaya juga tapi belum pernah lihat bener pake mata kepala sendiri.
Hitler mati di Garut mungkin memang lebih sulit masuk di akal (saya), tapi kalau seribu botol baby oil untuk pesta seks, tindakan abusive terekam kamera, perdagangan manusia, eksploitasi seksual yang obviously demon mah sangat mungkin terjadi, bukan?
Saya gak akan menyangkal kalau apa yang dilakukan P. Diddy adalah hal bejat dan busuk. Tapi saya gak mau bahas itu. Saya ingin bahas apa yang belakangan jadi bahan tontonan saya di waktu senggang: satanisme, okultisme, paranormal, dan hal-hal lain yang berkaitan. Lucu, ya? Ketika banyak menghabiskan waktu di kota “besar” tontonan saya malah yang menjurus ke ranah-ranah seperti itu. Ya karena saya merasa sudah merdeka dan mendapat ruang aman untuk merokok dan berpakaian apapun yang saya mau tanpa judging.
Kehidupan Orang Lain yang Gak Pernah Kita Tahu
Beberapa kali saya bersentuhan dengan hal yang mungkin akan sulit dibayangkan beberapa orang biasa-biasa saja seperti saya. Sedikit banyak saya mungkin tahu orang tajir yang mampu bayar retribusi beceng akan dengan mudah menembak kepala siapa saja kalau-kalau lagi tantrum, ya menembak kepala saya misalnya: orang yang bisa dilenyapkan dengan mudah dan dilupakan dunia kalau mati kecuali BTN karena tentu saja cicilan rumah saya dipertanyakan ketika saya menghilang dikubur di suatu tempat.
Sedikit banyak saya mungkin tahu seorang laki-laki paruh baya yang mengurung perempuan di sebuah apartemen. Yang ketika laki-laki itu gak di sana, perempuan itu selalu nangis dan setiap laki-laki itu datang selalu muncul suara-suara ribut dan suara pukulan-pukulan lain sampai saya gak kuat tinggal di sana.
Sedikit banyak, saya mungkin tahu nama siapa saja yang dijadikan pemilik aset buat seorang mafia atau pejabat yang doyan nilap duit proyek, dan beberapa tingkah aneh yang mungkin terkesan creepy buat saya seperti: hobi nonton video porno dengan kategori hewan, atau pedofil. Sejauh ini, itu terlalu menyeramkan untuk saya bayangkan.
Dalam industri porno misalnya, kita mengenal Mia Khalifa sebagai star of the show, yang entah sejak usia berapa ia dieksploitasi. Saya yakin banyak juga anak-anak lain yang aduh kalau saya ingat konten-konten darkweb yang torture sama anak kecil (yang sekalipun itu palsu juga itu tetap menyeramkan) atau film-film seperti A Serbian Film itu rasanya terlalu seram dan parah.
Di sebuah film horor berjudul 4Bia, saya pernah melihat orang-orang diselundupkan di dalam truk, di perbatasan Thailand. Mereka dipaksa menelan narkoba yang dimasukkan ke dalam plastik. Lalu setelah sampai di tempat tujuan, mereka dibius dan perutnya dibelek. Itu bisa jadi hanya fiksi dan skenario tim film maker-nya tapi fiksi aja begitu, apalagi dunia nyata? Tentu jha jauh lebih seram.
Sedikit banyak saya (dan kita semua) mungkin tahu bahwa kejahatan akan selalu ada dan bervariasi bentuknya. Manusia itu sangat beragam, dan gak semua kelakukannya wajar buat saya. Itu yang mungkin bikin sesepuh kita bilang, “Harusnya kamu itu lebih takut sama manusia daripada sama setan!”
Satanisme, Illuminati, dan Konspirasi-Konspirasi Menurut Saya
Saya punya seorang teman dari Timur Indonesia. Waktu saya lagi keranjingan nonton Mongol dan ‘permaisuri Lucifer’ dari Bandung, saya pernah bertanya soal satanisme ke teman saya ini. Saya nyeletuk bilang,
“Kamu pernah ditawarin gini-gini gak?”
“Enggak. Tapi Kakak saya pernah.”
“Oh ya?” langsung lah penasaran saya.
Dia menceritakan bahwa memang di kota-kota di Sulawesi (domisili teman kakak saya), itu banyak banget semacam ‘agen’ yang mencari anggota baru untuk satanisme. Kakaknya teman saya ini pernah ditawari, tapi dari cerita teman saya ini, Kakaknya langsung cerita ke keluarga dan ya udah dia gak ikut karena memang keluarga teman saya ini religius dan gak neko-neko, lah. Jadi iming-iming kekayaan dan ketenaran itu gak menggiurkan buat mereka.
Saya lalu berpikir, kok bisa-bisanya orang yang suka ke gereja ditawari masuk kolektif semacam itu? Kenapa saya gak pernah, ya?
Apa karena saya jarang ibadah, berlumur dosa, atau bagaimana? tapi bukankah itu syarat awal untuk menjadi anggota satanis? Kenapa saya gak diajak? Insecure lah saya. Merasa diri tidak cukup berdosa, tidak cukup menarik, dan bahkan tidak berguna di mata setan:(
Kadang kan saya ngelamun, ya. Kayaknya kalau gue jadi anggota illuminati atau satanis gue bakal tajir, deh. Hidup gue kayaknya bakal berubah 180 derajat gitu. Ya secara, praktik-praktik tersebut kan memang menjanjikan dua hal itu.
Btw, di awal kehadirannya, illuminati juga muncul sebagai “penyelamat underground” yang tujuannya ya sama khasnya seperti akar rumput masa kini: kesetaraan dan kebebasan berbicara. Bedanya, waktu itu “musuh” Illuminati tuh ya gereja-gereja dan pemerintah. Selebihnya saya gak tahu lagi. Bisa jadi difitnah makar, atau yang lain seperti yang dikenal satanis sekarang. Dari sini.
Jujur za, saya gak bisa bedain illuminati atau satanis, atau keduanya berjalan seiring atau gimana saya gak tau. Tapi ada satu waktu ketika saya merasa payah, saya mikir,
“Astaga. Gw kan berlumur dosa, kalau lagi merasa down suka membenci Tuhan, meragukan eksistensinya, mencela agama, tapi kenapa gw gak diajak? Apa gw kurang menarik?” maksudnya oh ayolah. Rasanya sia-sia sekali menjadi menyedihkan dan gak punya apa-apa. Ya… posisi-posisi semacam terlalu jauh dari Tuhan tapi setan enggan mendekat juga sih itu. Wah merasa tidak berguna banget.
Jangan sampai ada nih anggota satanis beneran komen “Kita juga milih-milih kali…”
Tapi ya itu lah dunia. Begitu banyak misteri dan rahasianya. Iya juga tapi, illuminati/satanis aja gak mau sama orang yang ngemis-ngemis dan meratapi hidup menyedihkan terus mah, ya? Ya iya, lah. Kalau dengan menyembah setan jadi tajir beneran, itu orang-orang juga maunya tajir sendiri, mana mau ngajak gue. Kemudian pada fase konyol ini saya berpikir: bahkan sesuatu yang evil saja tidak menyukai orang-orang malas dan bodoh. Maka dari itu, mari menjadi rajin dan pintar.