Fufufafa sedang trending akhir-akhir ini di lini masa X, Instagram, dan Facebook. Fufufafa adalah orang yang disangka sebagai Gibran Rakabuming Raka. Kesimpulan ini diperoleh dari netizen yang mengamati gerak-gerik tiga akun (1 akun Kaskus dan 2 akun X) ini: Fufufafa, Raka Gnarly, dan Chili Pari Catering.[1]
Di salah satu postingannya, Fufufafa mengaku bahwa ID yang ia punya sebenarnya adalah Raka Gnarly yang tidak bisa diakses karena lupa password. Lalu akun Chili Pari Catering tak lama kemudian pun bilang hal yang serupa: lupa password akun ber-ID Raka Gnarly (yeuhh kocak)! Gibran adalah pemilik usaha Chili Pari Catering. Jadi wajarlah netizen berasumsi bahwa akun Fufufafa yang suka bikin kontroversi di Kaskus itu milik Gibran.
Fufufafa dulu kerap mengunggah berbagai hal yang memancing perhatian publik, utamanya yang ditujukan kepada Prabowo Subianto. Pada tanggal 19-06-2018, Fufufafa mengunggah kalimat pertanyaan retoris ini lewat Kaskus (yang telah disunting ejaannya dan disensor kata kasarnya untuk keperluan redaksi): “Istri cerai. Anak h*mo. Terus mau lebaran sama siapa?”
Lalu ada lagi postingannya di Kaskus yang lebih panjang dari tanggal 23-06-2014 yang kami ambil fragmennya saja yang relevan dan lebih pantas, berbunyi sebagai berikut (sudah melalui penyuntingan lagi): “Prabowo adalah kita. Sosok pemimpin yang sederhana. Lexus putih. Lexus putih. Lexus putih. Hidup kuda! Hidup kuda! Hidup kuda! Hidup duda! Eh, hidup kuda!”
Kenapa Integritas Terlempar?
Integritas adalah bentuk konsistensi antara apa yang kita yakini dengan apa yang kita perbuat: keduanya mesti sinkron atau berjalan beriringan. Tidak ada kebohongan atau manipulasi yang dilibatkan.
Apabila memang benar sangkaan atau asumsi netizen bahwa Fufufafa adalah Gibran, maka ia tidak memiliki integritas. Orang yang selama ini Gibran maki-maki dalam ruang cyber secara anonim adalah orang yang ikut berjuang berkompetisi secara politik dengan dirinya.
Orang yang Gibran olok-olok adalah orang yang sama yang joget “Oke Gas” dengan dia yang disaksikan jutaan penonton sosial media: rakyat Indonesia. Kemudian muncul pertanyaan, kenapa integritas terlempar? Jawabannya adalah karena kehendak berkuasa lebih besar daripada kehendak untuk mengurus negara.
Jabatan, pengaruh, dan uang dalam jumlah besar (tak terpikirkan apalagi oleh kelas menengah ke bawah) menjadi tonggak utama dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku sehingga patokan moral seperti “Ucapan mesti sesuai dengan tindakan” itu dilempar jauh. Hilangnya integritas memiliki dampak yang besar.
Pertama, orang yang kehilangan integritas pasti malu karena banyak orang mencerca kehadirannya sebagai bentuk sanksi sosial. Teman-temannya berusaha untuk tidak mengasosiasikan diri mereka dengannya agar tidak terkena imbasnya. Ia merasa terasing.
Kedua, orang yang kehilangan integritas juga kehilangan kepercayaan. Kalau teman tongkrongan yang kamu pikir sebagai bestie ternyata kamu tahu bahwa dia memperolok kamu di belakang, pasti kamu jadi hilang kepercayaan padanya. “Kalau bisa diomongin di depan, kenapa mesti diomongin di belakang?”
Yakin deh, kalau ini beneran terjadi, pasti ada saja teman-temannya si Fufufafa ini yang malu kalau ada orang yang mengungkit-ungkit relasi mereka. Pasti mereka berusaha untuk mengganti topik atau kabur sebagai mekanisme pertahanan diri.
Kalau Fufufafa ini benar-benar Gibran, maka Prabowo yang sebentar lagi berkuasa merasa tidak nyaman dan tidak aman kalau disandingkan dengan Fufufafa. Ada sakit hati dan ketidakpercayaan.
Fufufafa memberikan kita pelajaran yang berharga: bijak di ruang cyber dan menjaga integritas.
Referensi:
Widodo Bogiarto – Ini Kisah di Balik Fufufafa Dikaitkan dengan Gibran (Rmol)¹