Oke. Ayo kita bahas film cringe lagi, kenapa? Gue sudah lelah seharian mikir, jadi cik atuh sesekali pengen menghibur diri. Dipikir-pikir juga, kayanya udah jarang gue menikmati film. You know, semenjak kuliah dan masuk di matkul Telaah Film, rasanya udah jarang menikmati film. Menikmati yang benar-benar relax, santai, dan larut aja masuk ke alur cerita. Semenjak kenal dengan matkul itu, gue benar-benar terbiasa untuk melihat detil film dan langsung memilahnya buat disimpan di kolom ‘keunggulan’ atau ‘kelemahan’ atau di kolom ‘Bagian yang seharusnya diganti, atau malah gak ada’. Ya, begitulah.
Film kali ini masih bertema gore, darah-darah, slasher, dan adegan-adegan sadis gitu. Film yang gue tonton kali ini film keduanya. Yang pertama judulnya Terrifier aja dan gue gak nonton, nah yang kedua ini Terrifier2 yang baru rilis tahun kemarin 2022 dan tentu saja gue tidak menontonnya di bioskop, kalau ada yang gratis ngapain harus bayar?
Sadar ini film bakal berantakan dan geuleuh, tentu saja yang saya siapkan Esse Honeypop bukan dimsum. Bener aja, beberapa adegan pembuka sudah ada yang jijik-jijik dari si Neneng, sosok anak kecil yang lagi duduk dan tiba-tiba saja tahinya muncrat ke mana-mana. Serius.
Jadi film ini berkisah soal psikopat(?) entah kenapa nama psikopat tuh kaya gak enak aja gitu di telinga kaya gak elegan gitu, ya intinya itu lah ya. Yang di film Terrifier 2 ini bernama Art. Gak dijelaskan juga sih kenapa namanya Art karena ya mungkin dia suka seni. Tapi teknik pembunuhannya kacau, gak estetik, gak nyeni sama sekali, dan sangat terburu-buru padahal mah santay weh atuh ku sayah ditungguan nepi ka nggeusan filmna.
Art ini baru lolos dari penjara setelah sebelumnya berhasil ditangkap dan ditahan selama 1 tahun, eh tapi melarikan diri dan mulai berkeliaran lagi di kota. Ya intinya gitu lah. Ceritanya klise, nanti ada tokoh utama yang bisa mengalahkannya, ada temannya yang mati, dan lain-lain, lah.
Cuman, yang bikin gue berhasil ketakutan panas dingin adalah euh!Acting aktornya coy keren banget! Sumpah, ya. Kalau kalian dengar jadi aktor itu gampang, tinggal ngapalin skrip sini gue tampiling!
Suusah tau berperan jadi Art. Masalahnya, saat film horor/slasher yang lain rutin menampilkan sosok ‘pembunuh’ yang seram dari suaranya, postur yang dibuat semenyeramkan mungkin, suara-suara ketawa yang annoying, ini tuh hanya dengan gerak tubuh dan mata aja udah bikin gue “Oke, iya gue bakal bikin review bagus kok di nyimpang jadi plis lo gausah datangin gue.”
Contoh nih, ya. Ketika kalian beradu acting sama orang, nih. Lalu di kalian (berdua) akan diminta untuk ngomong sesuai script dong. Sudah ada bayangan bahwa kamu akan ngomong blublublu setelah si doi ngomong blablabla misalkan.
Nah untuk memerankan suatu adegan dengan tokoh yang gak bicara, sudah pasti gerakan tubuh, mata, arah gerak jari, kaki, harus sesuai dengan apa yang mau disampaikan karena itu sangat berpengaruh. Ingat, ya. Di film ini badutnya sangat sedikit berbicara. Otomatis, dia harus mengerahkan semua organ tubuh dia dong. terlebih mata. Beuh. Beda kan tatapan orang marah, orang kecewa, orang seneng. Nah, itu yang saya suka dari pemeran tokoh Art ini.
Beuh! Olah tubuhnya keren banget. Coba liat, deh.
Dark Age Cinema
Hanya dengan tatapan dan senyum gitu aja udah sukses bikin gue takut, coy. Keren, sih. Udah lama banget rasanya gue gak nonton film slasher yang punya level intimidasi sedalam ini.
Iseng-iseng gimana gitu kan, ya. Iseng yang mengintimidasi gitu loh. Ahh udah lah pokoknya kalau kalian punya tenaga yang cukup boleh banget nonton film ini buat dijadikan penghibur. Tapi menurut gue ini film slasher yang bagus karena acting pemeran si Art ini. Kalau alur cerita kayanya standar banget, adegan jagalnya juga berantakan, menjijikkan, dan gak elegan, rusuh juga. Gue yakin akan lebih seram kalau film ini hanya menampilkan badutnya aja weh sendiri gitu. Itu akan jadi film slasher terepik sepanjang masa kayanya.