Terlepas dari akhlak saya yang kadang bobrok atau bobrok banget, saya percaya energi itu menyebar. Baik atau buruk, saya yakin semuanya kaya magnet aja gitu.
Saya lupa gimana ceritanya saya ngumpulin anak-anak skena yang se-geng rambutnya bondol semua ini. Oh sebenarnya berawal dari harta gono-gini yang bingung mau saya pake gimana. Pengen usaha tapi saya juga kerja, dan seperti kebanyakan orang yang udah banyak fafifu planning yang ujung-ujungnya malah gak jadi, saya malah bikin grup belajar Bahasa Inggris buat orang dewasa.
Iya, sekarang-sekarang FF lagi jarang banget bikin kelas, mungkin sudah sekitar 1 bulan gak ada kelas. Alasannya?
Beberapa diantara mereka udah kerja, dan saya senang. Sebab mereka jadi punya penghasilan, dan saya sadar FF/saya/Nyimpang (payungnya FF) gak bisa menjanjikan apapun. Maka hal pertama yang kami sepakati adalah “Oke, kita harus bantu diri kita masing-masing dulu sebelum bantu orang lain.” dan bekerja adalah satu diantaranya. Bayangin, kamu mau datang ke grup Bahasa Inggris yang kamu gagas tapi kamu harus izin kerja. Rudet, kan? Makanya daripada program ngebebanin diri kami, kami memilih untuk “Gak dulu, nanti za pas waktunya cocok.”
Belakangan, saya juga lagi sering banget ngonten di Cikampek, dan ngonten itu beraaat. Gak semudah kamu ngomong support local tapi ke gigs aja minta tiket gratis padahal loba duit, enggak, Ferguso!
Terus program FF selanjutnya apa?
Yang jelas kelas Bahasa Inggris akan kami mulai lagi, mungkin akhir bulan ini. Jadi nanti dijadwal gitu. Pokoknya, bisa hadir semua atau enggak, kelas Bahasa Inggris harus tetap ada. Saya juga kehadiran teman baik saya, Revi Nurmalas yang bisa saya manfaatin lah di FF haha:( Ya iya, dong. Teman itu kan harus bermanfaat, kalau gak bermanfaat ya ngapain temenan?
Revi punya banyak proyek yang tentu jha semoga bisa baik buat FF ke depannya
FF kalau gak ada kegiatan ngapain?
Ya kalau di grup WA kami bercanda garing, tukar-tukar sticker, tapi lebih sering ke sharing informasi obat-obatan, sih. Kayak misal kamu sakit perut, kamu bisa tanya ke kami
Obat yang ampuh apa, ya?!
atau Info sedot WC ayeuna keneh
Ya, perkara-perkara yang setipis tisu kayak kesabaran Si Ncel, lah. Tapi kalau ketemu, kami ketawa dan sering gambar-gambaran. Meskipun urutna sok teu diperenan, tapi ya udah lah, nu hideng weh nu merenan.
Lebih dari itu …
Lebih dari itu, ada satu budaya yang kami tiru dari inang kami, Nyimpang. Kami mencoba menebar energi positif, merangkul satu sama lain, dan menjaga privasi orang/kawan kami. Pekara sekecil ngomong tolong selalu kami utamain, sih. Meskipun ya pasti ada lah bikin jengkel mah masing-masing mereka teh. Ncel dengan segala kejudesan dan side-eyenya, Diva dengan segala nyangnyang nyengnyengnya, Endah dengan piya-piyu pedut, dan Meita dengan segala batu di kepalanya yang ah dah lah.
1. Ngerti privasi dan kenyamanan
Saya juga tahu diantara mereka ada yang saling menyimpan rahasia, ada yang cuma cerita ke orang tertentu, dan ya kami rasa memang itu selalu terjadi dan gapapa. Kami gak pernah memaksakan diri orang lain untuk selalu cerita ke masing-masing kami. Seneng, saya tuh. Gak semua orang bisa seperti ini. Gak semua orang bisa sadar kalau ada banyak kenyamanan yang bisa ditemukan pada setiap orang (sekalipun itu di luar lingkaran kami sendiri). Sebab kami juga sadar gak semua waktu bisa kami kasih buat dengarin orang lain. And it’s okay. Seperti yang kami selalu bilang: senyamannya kamu za. Kalau kamu merasa perlu cerita, cerita. Kalau enggak, ya jangan. But when u need us, we’ll be here.
2. Bisa saling ngomong kalau lagi kesal/gak mau diganggu
Apa itu gak enakan?! Selagi bisa bilang kesal dan marah-marah, bilang za!
3. Gak ada drama-drama senior
“Arin yang paling tua, maka Arin yang dihormati” adalah ilusi. Dan saya senang. Mereka berani membully saya kalau saya bercandanya garing dan gak nyambung, atau hal-hal lain yang saya lakukan salah. Nyatanya mereka jauh lebih dewasa da karena saya mah dikit-dikit “Eja … ” dengan nada manja dan geleh yang bikin Eja berteriak “Ya Alloh kunaon?!“
Saya senang, karena ketika saya gak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, mereka bisa ngomong ke saya dan mengekspresikan hal itu. Omat tong ka urang doang! Ka batur ge kudu bisa!
4. Mulai bisa memilih mana hal yang cocok diomongin di forum, mana yang enggak
In case itu berurusan sama orang yang gak punya masalah sama anak FF yang lain, tentu jha kami bakal diam di forum dan menunggu waktu yang tepat buat cerita ke salah satu orang yang kami nyaman. Selebihnya, ya kami mah sanggup nahannya.
5. Tidak menggosip dan sekalinya tersulut “Ya udah lah bodo amat”
Di mana aya awewe teu ngagosip? ya di dieu, lah. Mun aya ge ngagosip hela, terus ujungna “Nyanggeus lah bodo amat manehna ieu,”
Tidak. Kami gak menggosip. Kami melakukan penelitian perilaku manusia menggunakan metode kualitatif. Blag! Serius, enggak.
Ya itu dia tadi yang bikin saya nyaman juga sama FF. Dibalik resenya, mereka menanggung beban berat yang saya yakin gak semua orang bisa relate, sih. Ya keluarga, ya KS, ya temen-temen toxic, ya pasangan goblog, ya tulang punggung, ya pokoknya segala kesulitan dalam hidup, lah. Yang bikin saya ngerti oh iya, ya. Mereka aja bisa hidup se-ketawa itu, kenapa gak sekalian kita bikin grup stand up comedy aja?