Emang Kenapa Sih Kalo Salah? Respons Bisnis “Coming Soon”

Gusta

Takut salah justru menghambat proses belajar dan berkembang.

Belakangan ini ada fenomena yang cukup menarik dan jujur aja, agak menggelitik. Kamu pasti pernah dengar soal “Bisnis Coming Soon” yang marak di kalangan Gen Z. Ceritanya udah niat: bikin iklan kece, rakit produk, minta teman-teman buat follow akun Instagram-nya. Biasanya, ada tiga unggahan awal yang tampilannya seragam bertuliskan “coming soon.”

Tapi… belum sempat jualan, akun itu tiba-tiba hilang. Atau, selang sebulan, akunnya berubah jadi second account. Lho, kok bisa?

Waktu ditanya kenapa batal jalan, alasannya macam-macam. Mulai dari persiapan belum matang, modal keburu habis, sampai masalah internal yang nggak dijelasin detailnya.

Tapi sebenarnya, mungkin yang paling jujur adalah: takut. Takut salah? Takut gagal? Atau jangan-jangan, memang cuma pengen hasil instan, seperti bikin akun TikTok yang bisa langsung dipakai dalam hitungan menit?

Buat menyikapi fenomena ini, yuk mulai dengan satu kalimat: “Kita nggak akan tahu benar kalau kita nggak pernah salah.” Klise, memang. Tapi sering banget berseliweran di media sosial. Masalahnya, meski sering dengar, kalimat ini belum tentu bikin kita cukup berani buat nyoba hal-hal baru dalam hidup.

Trial and Error: Cara Belajar yang Paling Manusiawi

Trial and error itu metode belajar paling manusiawi dan justru paling efektif. Nyoba ini-itu, salah-salah dulu, sampai akhirnya ketemu cara yang pas buat diri sendiri—itulah yang namanya eksperimen.

Dalam dunia psikologi, konsep eksperimen ini salah satunya dikenalkan lewat riset Edward L. Thorndike di akhir abad ke-19. Eksperimennya dikenal dengan sebutan “kucing dalam kotak puzzle.”

Belajar dari Kesalahan melalui Eksperimen Kucing Thorndike

Seekor kucing lapar dimasukkan ke dalam kandang yang punya tuas rahasia. Kalau tuasnya ketarik, wadah makanan akan masuk ke kandang. Di percobaan awal, si kucing cuma mondar-mandir, ngendus, dan garuk-garuk tanpa arah. Tapi, begitu secara nggak sengaja narik tuas dan dapet makanan, dia mulai belajar. Di percobaan selanjutnya, waktu yang dibutuhkan buat narik tuas makin singkat.

Dari sini, lahirlah Hukum Efek: kalau suatu tindakan menghasilkan konsekuensi yang memuaskan, maka tindakan itu cenderung diulang. Thorndike percaya, kecerdasan itu bukan sesuatu yang tetap. Dia bisa dikembangkan lewat usaha dan dedikasi.

Pemikiran Thorndike ini diperkuat oleh Carol S. Dweck lewat bukunya Mindset. Dweck membagi pola pikir manusia jadi dua: fixed mindset dan growth mindset. Yang satu percaya kalau bakat dan kecerdasan itu bawaan lahir. Satunya lagi yakin, semua itu bisa diasah lewat belajar dan usaha.

Salah itu Penting

Nggak ada orang yang jago dari lahir. Setiap orang pasti pernah salah dulu. Orang yang sekarang mahir pasti dulunya pemula. Mereka belajar dari pengalaman. Dan pengalaman itu datangnya dari—ya betul—kesalahan.

Penelitian dari Journal of Motor Behavior bahkan menunjukkan bahwa kesalahan besar dalam proses belajar motorik justru bisa mempercepat pembelajaran. Jadi, semakin salah, semakin nempel pelajarannya.

Masih ingat nggak, berapa kali kamu salah waktu belajar membaca? Dari mengeja huruf, merangkai kata, sampai akhirnya lancar baca dan nulis. Berapa banyak salahnya? Ratusan? Ribuan? Tapi, semua itu jadi bagian penting dari proses yang sekarang bikin kamu bisa baca artikel ini dengan lancar.

Mau belajar skill baru? Cari pengalaman? Jalani hidup baru? Semua dimulai dari fase nggak tahu dan fase sering salah. Itu bagian dari perjalanan.

Kita sering lupa, benar dan salah itu subjektif. Cara menyelesaikan masalah bisa beda-beda tiap orang. Apa yang menurutmu salah, bisa jadi solusi buat orang lain. Jadi, kalau kamu takut salah, itu malah jadi penghambat. Aku malah berani bilang, takut salah itu bentuk kebodohan—karena menjauhkan kamu dari kebenaran yang kamu cari.

Ingat, dunia ini luas banget. Ada jutaan orang sibuk ngurus hidupnya masing-masing. Ratusan kesalahan terjadi tiap menit. Kesalahanmu? Bisa jadi udah dilupakan orang lain dalam hitungan hari, bahkan jam.

Satu-satunya kesalahan yang akan tetap jadi luka adalah kesalahan yang kamu simpan terus dalam pikiran tanpa pernah kamu coba taklukkan.

Menyesal Karena Takut Lebih Menyakitkan

Lebih baik nyesel karena udah nyoba, daripada nyesel karena nggak pernah ambil kesempatan. Jangan tunggu tua dan lemah buat sadar bahwa kamu punya banyak peluang yang dulu kamu sia-siakan cuma karena takut.

Temanku—pendiri website ini—pernah bilang, “GAS dulu aja!” Kalimat yang kelihatannya receh ini punya kekuatan luar biasa buat menyingkirkan rasa takut. Nggak harus langsung berhasil. Yang penting jalan dulu. Nanti juga nemu caranya.

Konselor, aktor, terapis, enterpreneurship, dan berpuisi. Sedang merakit akun jasa konseling dan terapis psikologi di temendeket.co sejak 2024, menjadi pelatih basic acting di Teater Topeng Maranatha sejak 2019 - 2023, Menjalankan bisnis es kopi dengan merk gustaandco sejak 2015, Malam Puisi Cikampek juga.

Related Post

No comments

Leave a Comment