“Aku lebih senang pemuda yang perokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang cuman mikirin diri sendiri.”
Begitulah kira-kira ucapan Bung Karno yang belakangan banyak dijadikan pedoman hidup anak-anak muda, atau sekadar dijadikan caption di sosmed.
Sebagai seorang yang suka baca, (meskipun masih biasa saja), saya kadang miris. Sebab, kutipan tersebut banyak digunakan anak muda di tongkrongan yang setiap hari kerjaannya ngopi dan begadang untuk menyudutkan orang yang senang membaca. Padahal, belum tentu anak-anak muda tongkrongan tersebut juga berdiskusi perihal bangsa ini. Bahkan, banyak juga anak muda yang gemar berdiskusi tapi tetap mementingkan diri sendiri, ya kan?
Bila dipahami lebih jauh, Bung Karno hidup di zaman dan generasi yang berbeda dengan kita sebagai anak muda hari ini. Maka, wajar beliau punya ungkapan seperti itu, karena di zamannya mungkin banyak anak muda yang menjadi ‘musuh‘ bangsa. Makanya Bung Karno juga pernah bilang:
“Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, sedangkan perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”
Mungkin gelagat aneh para pemuda di masa itu sudah Bung Karno rasakan.
Kembali ke topik. Seharusnya, diskusi dan kutu buku berjalan beriringan. Tanpa membaca, kita akan kekurangan bahan diskusi. Ya, jatohnya jadi kayak ngomong ngalor ngidul tanpa ada landasan argumen yang kuat, bahkan bisa jadi blunder. Pun bagi seorang kutu buku, semakin banyak buku yang dibaca maka seharunya semakin banyak hal yang ingin disampaikan. Ada yang diungkapkan langsung lewat diskusi, ada juga yang menggunakan medium tulisan. Ya seperti saya ini.
Lalu perihal merokok dan minum kopi, bagi saya itu adalah elemen pelengkap. Saya gak merokok, tapi gak anti sama perokok. Saya juga jarang ngopi, tapi inspirasi dan pemikiran saya tetap bisa terbentuk tanpa kedua hal tersebut. Itu sebabnya saya berani bilang rokok dan kopi adalah pelengkap. Bagi sebagian orang, rokok dan kopi itu penting. Mungkin untuk menenangkan pikiran, atau ada perasaan yang sulit dijelaskan di setiap menghisapnya dan menyeruputnya. Rokok juga berperan penting dalam hal diplomasi Indonesia di masa silam, kamu bisa nonton video Ferry Irwandi tentang H. Agus Salim untuk memperluas wawasan.
Sampai sini paham, ya? Kalau kutu buku dan diskusi itu harusnya sejajar. Jangan karena kamu senang berdiskusi lantas merasa diri paling benar dan membenci kutu buku. Jangan juga memandang orang yang gak ngerokok dan ngopi itu gak keren. Saling melengkapi aja lah, dan sesuai judul. apakah kutu buku selalu mementingkan dirinya sendiri? Menurut saya nggak karena dengan membaca buku, berarti seseorang punya tanggung jawab untuk mewariskan pandangan dan pengetahuannya untuk khalayak. Sesederhana sok keren ngomong pake bahasa berat di tongkrongan juga termasuk. Cuma caranya aja kurang elegan.