Profil Singkat
Egi Irawan adalah pengurus Federasi Serikat Pekerja Karawang – Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (FSPEK-KASBI), khususnya kini di bagian Departemen Hukum dan Advokasi Buruh.
Sejak tahun 2021, ia turun langsung membela hak-hak buruh. Dari mulai membagikan kesadaran, sampai mengadvokasi kasus PHK semena-mena dan kasus kejelasan status pekerja.
Awalnya, ia nggak begitu peduli soal perburuhan, apalagi gaji buruh Karawang yang cukup tinggi. Tapi setelah melihat banyak ketidakadilan, ia sadar perjuangan buruh bukan cuma soal upah, tapi juga kekuatan politik. Dari situ, ia mantap terjun ke advokasi.
Selain sibuk mengurus kasus, Egi juga aktif melawan propaganda rezim. Ia mendukung media alternatif seperti Nyimpang dan kelas penulisan agar buruh bisa menyuarakan pengalaman mereka sendiri.
Buatnya, solusi buruh jelas: sadar hak, berserikat, dan bangun kekuatan politik. Karena tanpa itu, kelas pekerja bakal terus jadi bulan-bulanan sistem. Mari simak wawancara Nyimpang dengan Egi Irawan di bawah ini:
Bang, bisa cerita sedikit tentang diri lo nih?
Perkenalkan, nama gue Egi Irawan. Saat ini, gue aktif sebagai pengurus Federasi Serikat Pekerja Karawang-Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (FSPEK-KASBI): sebuah organisasi buruh berbasis di Karawang yang menaungi pekerja dari 15 perusahaan dari berbagai industri.
Gue berada di Departemen Hukum dan Advokasi Buruh untuk membela kepentingan serta hak-hak buruh, khususnya anggota FSPEK-KASBI.
Lo mulai aktif di KASBI sejak kapan nih?
Gue mulai aktif di KASBI sejak 2021 sebagai bagian dari Divisi Media dan Propaganda. Kemudian, pada pertengahan 2022, gue mulai terlibat dalam advokasi buruh. Salah satu kasus yang gue tangani adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) tanpa pesangon.
Alhamdulillah, dengan bantuan organisasi, teman-teman buruh yang mengalami PHK dapat memperoleh hak pesangonnya sesuai dengan undang-undang. Selain itu, buruh yang sebelumnya tidak dapat mengekspresikan pendapatnya kini memiliki ruang untuk berbicara dan memperjuangkan hak-haknya.
Awalnya tertarik dengan gerakan buruh gimana?
Sebenarnya, awalnya gue tidak begitu tertarik dengan isu perburuhan. Dulu, gue berpikir bahwa upah di Karawang sudah cukup tinggi. Namun, setelah berkenalan dengan KASBI dan melihat kondisi teman-teman buruh, terutama setelah munculnya Undang-Undang Cipta Kerja— gue sadar bahwa buruh memiliki jumlah populasi yang besar tetapi lemah secara politik. Dari situ, gue perlu berjuang bersama mereka—dengan apapun yang gue punya, dan gue bisa untuk kehidupan yang lebih layak bagi buruh di Karawang.
Akhir-akhir ini lo lagi sibuk apa aja?
Saat ini, gue masih fokus menangani beberapa kasus, salah satunya terkait status kerja buruh. Banyak buruh yang mengira bahwa ketika diterima bekerja, otomatis mereka berstatus pekerja kontrak.
Padahal, menurut undang-undang, ada syarat tertentu yang harus dipenuhi untuk menjadikan seseorang sebagai pekerja kontrak dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka pekerja tersebut seharusnya diangkat menjadi pekerja tetap dalam Perjanjian Kerja Waktu Tak Tertentu (PKWTT).
Misalnya, ada seorang teman yang terus-menerus melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun. Berdasarkan undang-undang, dia seharusnya sudah menjadi pekerja tetap. Setelah kami mengadukan hal ini ke Dinas Ketenagakerjaan dan perusahaan terkait, akhirnya teman kami tersebut berhasil diangkat menjadi pekerja tetap.
Selain itu, ada pula kasus di sebuah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja melalui pihak ketiga. Para pekerja di sana mendirikan serikat dan mengajukan tuntutan, tetapi perusahaan induk malah memutus hubungan dengan perusahaan penyedia tenaga kerja tersebut.
Hal ini diduga sebagai bentuk pemberangusan serikat buruh (union busting). Kami terus mengadvokasi hak-hak teman-teman buruh agar mereka semakin melek hukum dan berani memperjuangkan haknya.
Menurut lo, kebijakan negara yang paling tidak berpihak kepada buruh saat ini apa?
Saat ini, ada beberapa kebijakan yang secara tidak langsung merugikan buruh, seperti efisiensi anggaran demi program Makan Bergizi Gratis dan Proyek Strategis Nasional.
Dampaknya bukan hanya bagi buruh, tetapi juga bagi masyarakat luas. Misalnya aja nih, dari Proyek Strategis Nasional sering kali menggusur petani dan masyarakat adat, yang akhirnya membuat mereka kehilangan mata pencaharian.
Mereka yang terdampak terpaksa menjadi buruh dengan posisi yang semakin lemah di pasar tenaga kerja karena persaingan yang semakin ketat, atau menjadi pengangguran.
Besarnya angka pengangguran jadi alasan rezim untuk membuat Undang-Undang Cipta Kerja. Hal ini justru melemahkan buruh dan menciptakan PHK massal dengan pesangon yang murah, sehingga bukannya mengurangi pengangguran malah memperluas pengangguran itu sendiri.
Baik buruh maupun pengangguran merupakan korban dari kebijakan yang ada.
Belakangan ini banyak yang membicarakan #IndonesiaGelap. Apa pendapat lo soal hal itu?
Gue sangat sepakat dengan tagar tersebut. Saat ini, kita hidup dalam rezim otoritarian, tetapi dalam versi abad ke-21. Dulu, rezim otoritarian menggunakan tangan besi untuk membungkam rakyat.
Sekarang, mereka (rezim otoritarian populis) menggunakan cara yang lebih halus, seperti propaganda buzzer yang mendistorsi kenyataan dan menyerang kritik tanpa dasar akademis maupun kedekatan dengan masyarakat.
Kaum buruh sendiri belum begitu aktif dalam gerakan ini karena lebih fokus pada perjuangan internal. Namun, di KASBI, kami berkomitmen untuk membangun kekuatan politik dari kelas buruh.
Bang, lo menyoroti bahwa rezim otoriter saat ini menggunakan buzzer untuk propaganda. Bagaimana cara melakukan kontra-propaganda?
Salah satunya adalah memperkuat media alternatif seperti Nyimpang. Media-media independen harus diperbesar agar bisa menjadi penyeimbang narasi dari buzzer. Gue sendiri tetap menjaga kesadaran dengan mengikuti perkembangan media-media alternatif.
Selain itu, membuka kelas-kelas penulisan juga penting agar kaum tertindas bisa menuliskan sendiri pengalaman mereka. Dengan begitu, kesadaran kritis dapat dibangun dan mereka dapat mengenal lingkungan sosialnya dengan lebih baik.
Kalau kondisi buruh di Indonesia semakin sulit, langkah konkret apa yang harus diambil?
Pertama, buruh harus membuka diri untuk belajar dan memahami hak-haknya. Kesadaran pertama yang harus dibangun adalah kesadaran akan ketertindasan. Kedua, perlu ada kesadaran untuk berserikat dan berkumpul karena hanya dengan itu perjuangan sosial-ekonomi dapat diperjuangkan secara kolektif.
Ketiga, buruh harus memiliki kesadaran politik agar mampu membangun kekuatan dan mengontrol kebijakan negara yang selama ini didominasi oleh kelas kapitalis. Keempat, perlu ada kesadaran kelas yang lebih luas agar buruh tidak menjadi objek eksploitasi.
Max Lane pernah berkata, “Orang-orang tertindas harus mengorganisir diri.”
Apa strategi paling mutakhir dalam isu perburuhan?
Strategi yang paling mutakhir tetaplah berserikat, berkumpul, dan melakukan agitasi serta propaganda (agitprop).
Bacaan apa yang paling berpengaruh terhadap cara berpikir lo tentang buruh dan perlawanan?
Beberapa bacaan yang berpengaruh bagi gue antara lain:
1. Sejarah Gerakan Buruh Indonesia karya Sadalli, yang membahas perjalanan buruh dari masa kolonial hingga saat ini.
2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
4. Undang-Undang Cipta Kerja.
5. Buku Dapatkah Kelas Pekerja Mengubah Dunia? karya Michael Yates.
Bang, lo punya pesan apa nih untuk para buruh dan pembaca Nyimpang?
Untuk para buruh, berserikatlah, berorganisasi, dan susun taktik perjuangan secara demokratis. Untuk para pembaca Nyimpang, gue harap kalian mau mengenal lebih dalam isu-isu buruh. Di dalamnya terdapat persoalan yang sangat kompleks dan layak untuk dipelajari. Semoga kalian tidak hanya memahami, tetapi juga ikut terlibat dalam perjuangan ini.