Dion Murdiono atau lebih akrab disapa sebagai Kang Dion adalah Koordinator organisasi Gusdurian Purwakarta. Kang Dion lahir di Brebes, 4 Juli 1993. Menjalani pendidikan S1 di UIN Jurusan Pendidikan Agama Islam dan S2 di UNU Jurusan Sejarah. Kang Dion bercerita sejak zaman kuliah dulu, sudah akrab dengan gagasan-gagasan Gusdur dan menjadi penggerak Gusdurian di Bandung. Aktivitasnya yang ia lakukan adalah aktif dalam Kelas Pemikiran Gusdur, bedah buku, dan diskusi. Dari sini sekaligus pengabdiannya di perjuangan nilai-nilai Gusdur, membuatnya mendapatkan kepercayaan untuk menjadi Koordinator Gusdurian Purwakarta. Mari simak wawancara Nyimpang dengan Kang Dion di bawah ini.
Bisa diceritakan perjalanannya nih sampai terpilih menjadi Koordinator Gusdurian Purwakarta?
Awalnya karena waktu itu Doktor Aroka sendiri menawari posisi Koordinator di musyawarah, lalu ada usul serta voting dan akhirnya terpilihlah saya sebagai Koordinator Gusdurian Purwakarta pada tanggal 1 Februari 2024. Mungkin ya, yang menjadi pertimbangan saya dipilih itu karena dulu saya ada pengalaman Gusdurian di Bandung sebagai penggerak di Kelas Pemikiran Gusdur.
Apa motivasi utama Kang Dion untuk bergabung dan aktif di Gusdurian Purwakarta?
Motivasinya adalah berdasarkan kecintaan kepada Gusdur. Organisasi ini sendiri didirikan pasca wafatnya Gusdur pada tahun 2009 oleh inisiatif orang-orang terdekat Gusdur: anak-anak dan sahabat-sahabatnya untuk melestarikan pandangan-pandangan, pemikiran-pemikiran, dan perjuangan Gusdur yang berlandaskan semangat kemanusiaan. Selain itu, karena salah satu anak Gusdur, yakni Alissa Wahid menampung kegelisahan golongan minoritas: “Kalau Gusdur sudah tiada, siapa yang melindungi kami?” Maka organisasi Gusdurian hadir untuk mendampingi masyarakat marjinal seperti golongan minoritas.
Pengalaman apa yang paling berkesan selama Kang Dion menjabat sebagai Ketua Gusdurian Purwakarta?
Pengalaman yang paling berkesan itu iya kita bisa mengadakan kegiatan lintas iman dan tak pernah menanyakan agamanya itu apa—hanya berdasarkan pada kemanusiaan. Contoh: di Pondok Salam, Desa Salam Jaya Ranca Darah, Purwakarta, waktu itu terdapat harlah Gusdurian yang melibatkan berbagai tokoh lintas agama yang membahas kerukunan dan toleransi antar golongan masyarakat.
Bisa berdiskusi dengan kelompok Ahmadiyah juga menjadi momen yang berkesan, karena dengan adanya momen ini ternyata mereka merasa ditemani dan mendapatkan semacam rasa aman untuk bisa terus beribadah. Walaupun secara personal kami belum kenal mereka, tapi karena mereka kenal Gusdur, kami bisa langsung dekat.
Lalu yang tak kalah berkesan itu ketika kami melakukan acara bedah buku, diskusi, dan membuka KPG (Kelas Pemikiran Gusdur).
Apa saja tantangan pribadi yang dihadapi selama memimpin organisasi ini, dan bagaimana cara Kang Dion mengatasinya?
Tantangan-tantangannya sendiri terbagi ke dalam tantangan internal dan tantangan eksternal iya. Tantangan internalnya sendiri adalah untuk menemukan kesolidan: pertama pengen satu visi satu misi gitu. Maka dari itu biasanya kan ada yang aktif di Gusdurian, itu yang kami rekrut.
Kedua, tantangannya itu iya kesibukan masing-masing. Dari sini kami perlu untuk memanajemen waktu agar bagaimana kegiatan Gusdurian ini tetap berlangsung.
Lalu untuk tantangan eksternalnya sendiri adalah kami juga perlu bersinergi dengan berbagai stakeholder terkait: siapa saja pihak yang memiliki pengaruh besar yang bisa support Gusdurian. Caranya adalah dengan membangun komunikasi dengan berbagai tokoh seperti contohnya dengan Kang Anwar (PCNU), Kiai Johdin, Kapolsek Pasawahan, dan Sekretaris FKUB, Ustaz Deden.
Tantangan lainnya tuh ya belum banyak orang yang mengenal gagasan-gagasan Gusdurian. Untuk mengatasi hal itu sendiri, kami berusaha untuk mengenalkan pandangan-pandangan Gusdur lewat media sosial, kunjungan ke rumah para tokoh sebagai silaturahmi, dan kolaborasi dengan berbagai pihak.
Perjuangan apa yang menurut Kang Dion paling berat dan apa alasan untuk bertahan dalam perjuangan?
Perjuangan paling berat adalah mengawal toleransi yang ada di Purwakarta. Karena ada yang sering dianggap salah, contohnya seperti kegiatan dialog lintas iman itu tadi yang beberapa pihak persepsikan sebagai menyalahi prinsip agama. Lalu ada lagi masalah kemanusiaan di dalam masyarakat yang Gusdurian sering dampingi atau advokasi. Seperti waktu itu ada ada TK Pelangi yang dianggap tidak memenuhi izin tertentu, kami berusaha melakukan kajian dan menempuh mediasi dengan tokoh masyarakat yang keberatan dengan hadirnya bangunan tersebut. Secara aturan memang menyalahi, tapi kita juga perlu memperhatikan bahwa kelompok minoritas beragama sering dihalang-halangi untuk melakukan sesuatu. Tapi, alhamdulilah: masalahnya sudah terselesaikan lewat mediasi itu tadi.
Alasan bertahan itu karena kami menganggap bahwa pandangan-pandangan Gusdur itu ilmiah dan berperikemanusiaan. Selain itu, kami juga mencintai prinsip-prinsip Gusdur, dan menganggap tantangan-tantangan yang ada itu hal biasa, serta perlu dihadapi dengan humanis.
Lalu yang terakhir karena pandangan bahwa persatuan ini perlu ditegakkan terlepas perbedaan yang ada.
Kapan Gusdurian Purwakarta berdiri dan bagaimana awal mula pendiriannya?
Gusdurian Purwakarta itu lahir di tahun 2019 yang diinisiasi dan dikoordinasikan oleh Doktor Aroka untuk mengkampanyekan nilai-nilai yang dibawa oleh Gusdur ke Purwakarta.
Bisa dijelaskan visi dan misi utama Gusdurian Purwakarta serta langkah yang ditempuh untuk mencapainya?
Visi misi: melanjutkan nilai-nilai dan perjuangan-perjuangan Gusdur dengan cara melakukan pendidikan kader, melakukan dialog lintas iman, menyambangi tokoh-tokoh untuk silaturahmi, dan berkolaborasi dengan berbagai organisasi kepemudaan.
Bagaimana struktur organisasi di Gusdurian Purwakarta?
Tidak ada struktur yang ketat dalam organisasi Gusdurian Purwakarta karena kami pada dasarnya adalah komunitas. Tapi ketika ada acara tertentu, dibuatlah struktur seperti panitia, humas, seksi acara, seksi dokumentasi, gitu-gitu.
Apa saja kegiatan utama yang telah dilakukan Gusdurian Purwakarta untuk masyarakat?
Kalau untuk zaman saya menjabat sendiri kegiatannya belum banyak karena saya baru dilantik sebagai koordinator tahun ini. Kalau zamannya Kang Aroka sih udah banyak banget seperti contohnya advokasi isu sosial. Harapannya sih ke depannya Gusdurian Purwakarta bisa sering melakukan advokasi di masyarakat seperti dalam hal masalah demokrasi, dan mengawal kebijakan yang contohnya waktu itu adalah ada putusan MK dan wacana untuk menganulir putusan tersebut. Kami mendapat instruksi dari Gusdurian Nasional untuk hadir di tengah masyarakat dan mahasiswa sebagai perwujudan bahwa Gusdurian Purwakarta itu peduli demokrasi. Alhamdulillah, DPR akhirnya tidak pernah menganulir putusan MK.
Apakah ada program yang sangat berdampak di masyarakat Purwakarta? Bisa disebutkan contohnya?
Yang paling berdampak itu program pendidikan dan pemberdayaan bagi pemuda dan mahasiswa dengan membaca, diskusi, dan menulis. Lalu soal kemanusiaan, dengan peduli pada masyarakat golongan minoritas sehingga mereka merasa dilindungi dan mendapatkan ruang aman. Selain itu, Gusdurian Purwakarta juga melakukan advokasi turun ke lapangan dengan cara melindungi kaum minoritas seperti Ahmadiyah dengan mengedepankan dialog dan mediasi.
Bagaimana respons masyarakat Purwakarta terhadap kegiatan dan kontribusi yang diberikan Gusdurian?
Respons masyarakat sih bagus tapi nggak semua orang pro dengan apa yang dilakukan Gusdurian Purwakarta ini, iya seperti contohnya itu tadi, adanya beberapa pihak yang memandang bahwa kegiatan lintas iman ini salah atau sesat. Tapi, sebagian besar masyarakat sih memandang bahwa kegiatan Gusdurian ini positif. Banyak pihak yang akhirnya meneladani sifat-sifat Gusdur seperti kemanusiaannya, intelektualitasnya, dan kesabarannya dalam berproses.
Nilai-nilai Gus Dur apa saja yang ingin ditanamkan oleh Gusdurian Purwakarta di tengah masyarakat?
Ada 9 nilai Gusdur yang kami gaungkan di tengah masyarakat yaitu pertama ketauhidan, kedua kemanusiaan, ketiga keadilan, keempat kesetaraan, kelima pembebasan, keenam kesederhanaan, ketujuh persaudaraan, kedelapan keksatriaan, dan kesembilan kearifan lokal/tradisi.
Bagaimana cara organisasi ini menumbuhkan dan menyebarkan nilai-nilai tersebut?
Caranya pada awalnya adalah dialog, diskusi, silaturahmi, konsolidasi, bedah buku, dan terjun langsung ke masyarakat. Tapi, sekarang kami juga aktif menggunakan sosial media sebagai sarana menyebarkan pesan.
Apa harapan Kang Dion untuk masa depan Gusdurian Purwakarta?
Harapannya sih bisa terus melanjutkan perjuangan-perjuangan Gusdur selaras dengan 9 nilai yang dibawa oleh Gusdur supaya memberi impact pada berbagai golongan masyarakat dan bisa terus meneladani sifat-sifat Gusdur.
Contoh sifat Gusdur yang bisa diteladani itu adalah ketika beliau melakukan diplomasi saat menjabat sebagai presiden Republik Indonesia ke Tiongkok. Hal ini sendiri untuk memecah anggapan bahwa Indonesia itu lebih condong ke Amerika. Jadi dari sini muncul pandangan,
“Oh, ternyata Indonesia juga bisa menjalin hubungan diplomasi dengan Tiongkok jadi tidak ada bias politik tertentu.”
Gusdur juga bisa dari jauh-jauh hari memprediksi bahwa Tiongkok bisa menjadi negara yang berkuasa di masa depan. Terbukti, kini Tiongkok menjadi negara yang bisa mengimbangi dominasi Amerika.
Apa pesan dan harapan Kang Dion untuk masyarakat Purwakarta agar lebih mengenal dan memahami nilai-nilai Gus Dur?
Supaya bisa mengenal dan memahami nilai-nilai Gus Dur, bisa langsung bergabung ke Gusdurian Purwakarta, atau kalau tidak masuk, kami menantikan kerjasama, dialog, dan diskusinya.
Kami menganggap bahwa pemikiran-pemikiran Gusdur ini perlu dipelajari karena sudah banyak yang merasakan manfaatnya. Dengan belajar nilai-nilai, dan sejarah tokoh seperti Gusdur, kita bisa belajar menjadi politisi yang baik dan memahami bagaimana cara berperan di masyarakat itu.
Dengan adanya sosok panutan, kita bakal merasa malu apabila melakukan sesuatu hal yang negatif.