2021.
Nangis gak karuan dan jam tidur yang berantakan bikin mataku sembab. Semalam aku baru tahu bahwa aku hamil setelah berkali-kali mengecek kencingku ke test pack yang aku beli sendiri di apotik yang agak jauh dari kosku.
Hari-hari kemarin aku hampir pingsan di restoran waktu membantu tim service mengantar-antar pesanan. Waktunya bersamaan dengan flu yang aku derita karena beberapa kali kehujanan. Owner memberikan aku waktu untuk istirahat 2 hari karena gak tega melihatku jongkok memegangi perut di bawah meja kasir. Kecurigaan orang-orang hanya sampai pada covid-19, bukan aku hamil atau lain sebagainya.
Padahal, sering aku mual karena mencium amis atau melihat daging mentah, mencium aroma sabun pencuci piring, dan melihat sisa-sisa nasi berserakan di piring bercampur dengan air sabun/air-air lainnya di sink. Hwek. Arrrgh.
Aku terpaksa bangun dari kasur, bergegas ke toilet sekedar untuk memuntahkan liur. Rasa mualnya benar-benar tak bisa kutahan. Membayangkannya saja bikin tubuh bergetar dan merinding waktu mencoba memuntahkan sesuatu yang sampai kapanpun gak akan sembuh kalau gak dikeluarkan itu jabang bayi.
Aku mengambil kotak rokok, mencabut sebatang dan menghisapnya segera setelah kutemukan korek di bawah bantal.
Anjing, lah. Ngapain lagi, sih? gerutuku saat Sandy menelepon
“Hei.” sapanya sedikit membuatku cuma mau manja-manjaan
“Haaaai.” aku menjawabnya lemas dan ogah-ogahan
“Gimana badannya? enakan?”
Aku mematikan telepon. Menangis lagi. Aku teringat Ibu. Sudah lama aku gak ketemu Ibu. Dalam kondisi sakit, dulu Ibu selalu mengompres dahiku dengan kaos kutang basah buat nurunin demam, atau mengoleskan bawang merah di punggungku. Gimana perasaannya kalau tahu anaknya hamil hasil hubungan gelap sama suami orang? Belum ada satu orang pun yang tahu, termasuk Sandy.
Aku curiga dia sengaja. Beberapa waktu kemarin, dia sering membicarakan beberapa propertinya di Garut. Dia membicarakan hal-hal seperti,
“Kenapa kamu gak tinggal di Garut aja? Kamu tempatin rumah saya, saya akan kasih kamu jajan bulanan. Urusan kebutuhan keluarga kamu biar saya yang transfer juga tiap bulan.” katanya dengan gaya ala-ala orang tajir yang sering menggampangkan segala hal
“Terus? Saya sendiri di sana?”
“Nanti ada pembantu dan supir. Kamu di rumah aja, tunggu saya pulang. Selasa-Kamis-Sabtu saya janji akan sama kamu. Steven juga udah minta meimei* terus, tuh. Kayanya akan lucu kalau kita punya anak.”
Aku nangis lagi sampai tidur.
Aku terbangun lagi sekitar jam 10. Sebuah pesan masuk dari Duta
Kamu kenapa? Ada yang mau diceritain?
Aku gak tahu dari mana Duta tahu aku kenapa-kenapa. Aku gak pernah menunjukkan ke dunia soal hal-hal receh dengan bikin story, apalagi menunjukkan ke dunia kalau aku hamil!
Duta menelepon, aku mengangkatnya tanpa bersuara
Kamu semalam datang ke mimpi aku, kamu bawa es teh manis 4 gelas. Kamu bilang kamu mau cerita dan mau beli gorengan dulu, tapi kamu gak balik lagi. Kalau ada apa-apa, bilang ya…
*Meimei sebutan adik perempuan dalam Bahasa Mandarin