Di dunia yang menuntut semua orang punya peran masing-masing, banyak dari kita merasa bahwa kita tak punya peran dan bukan bagian dari dunia ini. Merasa terasingkan, terkucilkan, terabaikan, dan tanpa peran adalah hal lumrah yang sering kita rasakan.
Manusia-manusia tanpa peran ini pun mencari pelarian dalam hidupnya. Salah satunya adalah dengan menjadi pahlawan di dalam sebuah gim bertema fantasi yang bernama Genshin Impact.
Dengan misi menyelamatkan kembarannya dan dunia dari serangan sekelompok penjahat yang terdiri dari monster, penyihir, hingga anggota geng yang ingin menguasai dunia, gim yang menjadi topik terhangat dari bulan September ini memang terdengar sangat klise. Namun banyak hal yang membuat para manusia tanpa peran, seperti saya, tergaet untuk terus berada dalam dunia tersebut.
Berbeda dari dunia nyata, dunia dalam Genshin Impact-yang dinamai Tevyat-memberikan setiap karakternya peran penting tanpa terkecuali. Dari mulai para ksatria hingga pedagang serta bocah kecil pun memiliki ceritanya sendiri.
Cerita-cerita ini kemudian dirangkai dalam sebuah sekuens dan dirajut dengan indah, seakan-akan saya, sebagai pemain, sedang berbicara dengannya secara langsung. Mendengarkan kisahnya dan merasakan apa yang mereka rasakan.
Dengan gameplay yang cukup mudah, terutama bagi orang awam yang baru saja masuk ke lembah hitam bernama gim, Genshin Impact berhasil menyuguhkan surga temporer bagi mereka yang mencari suaka dari kejamnya dunia ini.
Tentu saja, seperti gim lainnya, Genshin Impact memiliki objektif dan misi yang harus kita selesaikan. Toh pada akhirnya kita perlu tujuan untuk menjadi alasan mengapa kita masih bertahan dalam kehidupan ini.
Namun lagi-lagi Genshin Impact dengan segala sihirnya, menyuguhkan cerita yang sangat menyegarkan pada setiap misinya. Bukan hanya cerita dalam misi utama, namun juga misi harian dan misi dadakan yang sering muncul.
Contoh saja, salah satu misi yang paling berkesan bagi saya adalah Childish Jiang atau Jiang yang kekanak-kanakan yang sebenarnya adalah misi harian. Misi ini dimulai dari Jiang yang kebosanan setengah mati menunggu orangtuanya dan mengajak saya untuk bermain petak-umpat dengannya.
Selama pencarian Jiang, saya pun mulai menyadari bagaimana Jiang terjebak dalam kondisi emotional neglect dan kehilangan sosok orang tuanya jauh sebelum mereka ditangkap oleh sekumpulan perompak.
Jiang yang masih terkukung oleh pemikirannya mengingatkan saya pada diri saya sendiri yang cenderung menolak untuk menerima kenyataan bahwa saya tidak lagi seorang kanak-kanak dan harus cepat-cepat menjalani hidup seperti sebagaimana normalnya manusia dewasa.
Penolakan yang Jiang rasakan begitu kuat hingga akhirnya dia berdamai dengan kenyataan lewat caranya sendiri. Jiang bergantung pada garis tipis benang harapan bahwa orang tuanya akan kembali saat makan malam tiba. Selama itu pula Jiang mencoba menjadi anak yang ‘baik’ agar orang tuanya kembali dan tak pernah pergi lagi.
Menurut saya, cerita Jiang adalah sebuah refleksi bagaimana seseorang memilih untuk tidak tumbuh sebagai mekanisme pertahanan dirinya dan berusaha untuk bertahan ditengah dinginnya kehidupan sosial tanpa tahu arti kehangatan sebelumnya.
Jiang mungkin tidak akan menjadi dewasa dalam satu malam, namun jian masih percaya pada keajaban saat makan malam tiba. Jiang juga merupakan hasil dari potret sebagian besar anak-anak yang tubuh tanpa tahu bagaimana memaknai emosinya sendiri. Dibesarkan secara dingin dan material tanpa sosok keterikatan emosional dengan orangtuanya sendiri.
Pada misi lain yang bernama “The Tree who Stands Alone” (pohon yang berdiri sendiri) juga mengangkat tema keluarga. Pada misi tersebut, saya diharuskan mencari harta karun yang membuat saya bertemu dengan arwah tiga orang bersaudara yang meninggal karena keserakahan mereka.
Ketika menyelesaikan misi tersebut, sontak saya langsung mengirim pesan kepada adik saya yang berada di lantai satu. Hanya untuk memastikan apakah dia sudah makan atau belum. Mungkin sebagian dari diri saya takut akan mengalami hal yang sama seperti tiga saudara tersebut. Kehilangan saudara tanpa saya sadari.
Genshin impact mungkin hanya sebuah gim gratisan yang lahir dari sekumpulan otaku yang tergabung pada game developer bernama MiHoYo dengan mottonya “Tech Otakus Save The World” alias sekumpulan otaku penyelamat dunia. Namun bagi orang-orang tanpa peran, Genshin impact memberi arti sekali lagi pada hidupnya.
Di sana setiap orang mempunyai peran dan benar-benar bisa menjadi hampir apapun yang kita mau.
Namun tentu saja, yang membatasi kita adalah modal, gacha, dan keberuntungan. Persis seperti dunia ini di mana kita diperlukan memiliki modal yang cukup, keberuntungan, dan sepercik kesempatan (atau dari orang dalam) untuk maju dalam hidup. Tapi, dari gim ini paling tidak kita tahu sedikit apa bedanya, bukan?