Dewi Sartika: Membaca Ulang Arti Tanah dan Keadilan

Kemarin, tanggal 2 Oktober 2025, Minpang berkesempatan kenalan dengan Mbak Dewi Sartika, Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (selanjutnya kita sebut saja KPA).

Untuk Para Penyimpang yang belum familiar, KPA ini adalah organisasi independen dan terbuka yang didirikan tahun 1994. Tujuannya satu: memperjuangkan reforma agraria sejati di Indonesia.

Kenapa sejati? Karena, kata Mbak Dewi, yang selama ini dijalankan pemerintah itu cuma reforma agraria palsu~ Uhuy~

Di tengah kelakuan negara yang terus-terusan zalim sama rakyatnya, pengangkatan Bahlil sebagai Ketua Ikatan Remaja Masjid Madzhab Almukabbir (muka botol bir) se-Dunia, dan presiden yang sebut saja pijulideun, kawan-kawan petani, seniman, dan masyarakat sipil turun aksi.

Teman-teman mengawal janji politik pimpinan DPR RI untuk merealisasikan sembilan langkah perubahan terkait reforma agraria yang disepakati pada peringatan Hari Tani Nasional, 24 September lalu.

Satu dari tuntutan yang dibawa oleh kurang lebih 12.000 petani yang demonstrasi waktu HTN adalah pembentukan Panitia Khusus Penyelesaian Konflik Agraria lintas-fraksi.

Tujuannya sederhana: supaya kalau ada konflik lahan yang merugikan petani, gak bakal ada lagi tumpang-tindih kepentingan antara Kementerian Kehutanan, BUMN, Lingkungan Hidup, dan segudang kementerian lain yang sibuk rebutan kuasa.

“Supaya tidak lagi dikotak-kotakkan di komisi-komisi sektoral,” kata Mbak Dewi.

“Karena tanah, hutan, dan kehidupan rakyat itu tidak bisa dibagi-bagi di meja birokrasi.” lanjutnya.

Mbak Dewi, ini sedang ramai mengawal janji politik DPR. Bisa diceritakan?

Iya. Setelah peringatan Hari Tani Nasional 24 September lalu, kami dan kawan-kawan petani, seniman, serta masyarakat sipil turun aksi. Kami menuntut sembilan langkah perubahan yang disepakati DPR untuk reforma agraria. Salah satu tuntutan penting adalah pembentukan Panitia Khusus Penyelesaian Konflik Agraria lintas-fraksi.

Oh kalau boleh dijelaskan itu fungsinya apa, Mbak?

Supaya konflik agraria tidak lagi diseret ke banyak kementerian yang punya kepentingan sendiri-sendiri. Selama ini urusan tanah bisa ditarik ke Kehutanan, BUMN, atau Lingkungan Hidup, padahal semuanya tentang kehidupan rakyat yang satu. Karena tanah, hutan, dan kehidupan rakyat itu tidak bisa dibagi-bagi di meja birokrasi. Reforma agraria sejati tuh kan menyentuh semua: pangan, air, tempat tinggal, dan keberlanjutan hidup rakyat.

Bagi Mbak pribadi, apa arti reforma agraria?

Bagi kami, reforma agraria itu bukan sekadar program. Ia itu kan mandat konstitusi, dan janji sejarah.

Mbak Dewi, Mbak kan sudah lama ya di KPA, ada gak sih satu momentum yang merupakan momen paling bikin sakit ke ulu hati dalam agenda-agenda KPA?

Itu di Majalengka tahun 2007, ketika ribuan Brimob dikirim membuka jalan untuk Bandara Kertajati. Sebelas desa dihapus dari peta demi satu landasan pacu.

Satu desa terakhir menolak menyerah. Saya di sana, bersama para petani yang berhadapan dengan moncong senjata. Kami kalah secara formal, tapi menang secara moral. Sekarang bandara itu mangkrak, tapi tanah-tanah yang dulu dirampas masih menyimpan jejak kaki petani yang tak pernah diajak bicara tentang masa depan mereka sendiri.

Itu momen yang mengubah hidup, ya?

Iya. Waktu itu saya sadar, sistem agraria kita tuh jelek, buruk, dan berdiri di atas luka. Dan kalau luka itu gak diobati, ia akan terus bernanah jadi ketimpangan. Dari situ saya bergabung ke KPA, awalnya cuma relawan, tidak tahu apa-apa tentang agraria. Tapi di sana saya belajar cara mencintai rakyat dengan cinta yang tiada habis ya gitu ya.

Jadi memang sebagai manusia ini kita kan ada masa-masa lelahnya, ya. Tapi kalau saya pribadi kembali lagi ke daerah yang sedang berkonflik, kita melihat lagi petani-petani, nelayan-nelayan yang lautnya dipagari, itu kita akan semangat lagi untuk membantunya, semangat lagi untuk berjuangnya, karena memang setiap saya melihat itu, saya membayangkan betapa sulitnya menjadi petani dan nelayan di sini, dan kita bertanggung jawab untuk membantu itu.

Sebetulnya kan isu agraria ini memang bisa dibilang “kurang diminati” ya, karena orang mungkin menganggapnya sulit, tapi bisa kok di pelajari

Nah, cocok! Di KPA ada tempat belajarnya gak, Mbak? atau bisa disebutkan gak di KPA ini ada apa aja, sih? Programnya atau agendanya? Kalau ada kawan-kawan boleh datang, gak?

KPA itu rumah buat siapa saja yang mau belajar, mau terlibat, mau tahu apa arti reforma agraria sejati. Siapa pun boleh datang. Petani, mahasiswa, pemuda. Ada dapur, ada buku, ada Akademi Reforma Agraria Sejati (ARAS). Dan kalau kamu ingin belajar, KPA terbuka.

Siapa pun bisa datang, makan, nanti ada Mbok Dar yang enak sekali masakannya kita makan bersama, dan kita belajar bersama.

Baik, Mbak! Terima kasih banyak atas waktunya ya!

Sama-sama! Makasih juga, ya.


Jadi jangan lupa untuk mencintai tanah dan menjaga bumi, menghargai nasi, ikan, dan setiap makanan di piring. Sebab ya di atas piring itu lah semua perjuangan agraria tertuang. Iya, kan? Bayangkan untuk sebutir nasi di piringmu aja kan itu prosesnya juga panjang. Melibatkan tanah yang baik, air yang tersedia, air yang bersih, petani yang sehat dan tidak didiskriminasi.

Jadi jangan lupa juga bahwa hidup kita berdiri di atas tanah yang sama, dan kita semua punya tanggung jawab untuk tidak menindasinya. Kawal terus pansusnya!

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like