Ali Akbar Navis atau yang lebih dikenal sebagai A. A. Navis adalah sastrawan Indonesia yang lahir pada 17 November 1924 di Kampung Jawa, Padang Panjang, Sumatera Barat, dan meninggal pada 22 Maret 2003 di Padang. Tahun ini Unesco menetapkan perayaan 100 tahun A. A. Navis pada 13-14 November di Paris sebagai salah satu tokoh yang menginspirasi kemanusiaan bersama Pahlawan asal Aceh, Keumalahayati.
Mengapa A. A. Navis yang ditunjuk oleh UNESCO sebagai perwakilan sastrawan Indonesia?
Pada tanggal 9 Februari 2024 pada acara peringatan 100 tahun AA Navis di Padang, Itje Chodidjah ketua KNIU (Komisi Nasional Indonesia Untuk UNESCO) memberi keterangan bahwa karya-karya A. A. Navis selain memiliki kritik yang tajam atas hidup bermasyarakat juga mengandung sifat global, anggaplah humanisme. Contoh karyanya adalah novel A. A. Navis yang berjudul Kemarau, yang ditulis pada tahun 1957 yang menceritakan tentang isu lingkungan, tentang cuaca yang makin panas, tentang lingkungan yang mulai rusak, tentang sumber air yang makin susah didapat. Kita tahu bahwa dewasa ini bahwa isu lingkungan begitu masif diperbincangkan oleh manusia di seluruh dunia.
Dewi Kharisma Michelia, anggota komite Dewan Kesenian Jakarta dalam Youtube Channel KEMDIKDASMEN, pada siniar berjudul SMB HARDIKNAS: 100 tahun sastrawan A. A. Navis dirayakan dunia mengatakan bahwa karya-karya A. A. Navis meskipun mengusung tema yang berat, tapi tetap bisa diterima sebab cara penyampaiannya yang jenaka dan penuh satir- satir—yang mana begitu kuat.
Pembaca A. A. Navis tentu mengetahui bahwa karya A. A. Navis yang paling fenomenal adalah Robohnya Surau Kami. Sebuah cerpen yang syarat dengan kritik terhadap laku beragama. Namun begitu, Dewi Kharisma Michelia menambahkan bahwa berselang dua tahun setelah menulis Robohnya Surau Kami, A. A. Navis menulis cerpen berjudul Maan Rabuka. Cerpen yang bercerita tentang sepasang kembar yang meninggal dan berhadapan dengan malaikat yang bertanya di alam kubur “Maan Rabbuka?” perlu diketahui bahwa meskipun dua mayat ini adalah sepasang kembar tetapi tingkah mereka jauh berlawanan. Yang satu adalah orang alim ahli ibadah, sementara yang satu lagi adalah orang yang melalui hari ke hari hanya dengan menenggak miras.
Si Kembar yang hobi minum miras tak mengerti tentang pertanyaan malaikat, namun ia menebak-nebak bahwa yang ditanyakan oleh malaikat itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan bekal yang ia bawa dan mengajak malaikat ikut minum dan malaikat pun ikut minum miras dan mabuk. Ketika malaikat itu mabuk ia tak sengaja menendang si kembar suka minum miras ini ke surga, dan malaikat yang mabuk itu di bawah pengaruh miras memasukan si kembar yang alim ke neraka.
Aneh? Ya sungguh aneh. Tapi ini mungkin cara A. A. Navis mengatakan bahwa urusan surga dan neraka itu adalah hak istimewanya Allah SWT. Jika hidup banyak amal jangan merasa paling suci, dan bila hidup dalam gelimang dosa jangan bosan bertaubat.
Cerpen A. A. Navis juga gemar menyentil adat daerah asalnya yaitu Minang. Sebuah cerpen berjudul Jodoh menceritakan tentang tokoh lelaki bernama Badri yang belum menikah sampai usia 30.
Ada 3 hal yang menjadi penghalang besar bagi Badri untuk menikah.
1. Badri mencari calon istri yang tinggi semampai untuk memperbaiki keturunan. Namun hal itu sulit dicapai di tengah masyarakat yang berbakat pendek.
2. Badri bukanlah orang Minang tulen alias berdarah campuran alias anak pisang, yang dianggap kurang bermutu oleh orang Minangkabau. Mereka lebih suka perkawinan antara suku mereka.
3. Kekhawatiran biaya hidup setelah menikah.
Setelah akhirnya menikah dan memiliki dua anak, Badri akhirnya menginsyafi bahwa kekhawatirannya dahulu hanyalah kosong belaka. A. A. Navis menulis begini, “Karena seni hidup ternyata bukanlah suatu perhitungan yang eksak, melainkan dengan upaya penyesuaian diri pada iklim yang membentuk masyarakat. Dan idealisme masa perjaka ternyata suatu utopia semata, yaitu idealisme yang membius orang-orang yang tidak punya beban hidup keluarga.”
Cerpen lainnya berjudul Cinta Buta yang bercerita tentang sepasang kekasih Nurna dan Nas. Nurna sedang menghadapi situasi pelik di rumahnya karena ibu dan bapaknya bercerai. Tak tanggung-tanggung, bapaknya Nurna melemparkan talak 3 kepada ibunya. Nurna menceritakan masalah keluarganya tentang masalah keluarganya, namun Nas memberikan reaksi yang tak tertebak. Nas mengajukan diri untuk menikahi ibu Nurna sebagai penengah agar ibu dan bapak Nurna bisa rujuk kembali. Nas akhirnya benar-benar menikahi ibunya Nurna dan tamatlah kisah cinta mereka berdua sebab meskipun akhirnya Nas dan ibunya Nurna bercerai tapi status Nas adalah ayah tiri Nurna. Dalam sebuah dialog Nas berkata,
“Oleh perkawinan itu, artinya kau telah menjadi anak tiriku, Nurna. Agama melarang kita melanjutkan hubungan.”
DI Cerpen Kawin, A. A. Navis menceritakan bagaimana adat Minang mengekang seorang lelaki yang dipaksa menikah dengan bukan perempuan pilihannya. Si lelaki ini merasa begitu nelangsa dan menyamakan dirinya dengan Siti Nurbaya. Terlebih cara si ibu menyuruh anak lelakinya agar pulang dengan berbohong bahwa ia sedang sakit keras begitu memilukan bagi hati si anak lelaki. Meskipun si ibu kemudian menjelaskan alasannya, “Sebenarnya kau sudah lama mau kami beritahu. Tapi kami kira kau sedang sibuk dengan ujianmu. Kami tidak suka kau terganggu. Sedianya ini akan dilangsungkan tahun depan. Tapi, Mak Adangmu akan ke Mekah tahun ini, maka perhitungan terpaksa diselenggarakan. Itulah sebabnya kau disuruh pulang.”
Coba tebak dari mana si anak lelaki ini berangkat untuk pulang ke Kampung Halamannya di tanah Minang? Jawabannya Jakarta.
Meskipun adat Minangkabau identik dengan merantau, namun A. A. Navis memilih untuk tidak merantau sebab percaya bahwa di daerahnya sendiri masih banyak yang bisa ia kerjakan dan ia bisa sukses di kampung halaman.
A. A. Navis sendiri adalah sosok manusia yang serba bisa. Selain menjadi sastrawan banyak juga yang dikerjakan olehnya. Beliau pernah jadi Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dari tahun 1971 sampai tahun 1982. Menjadi pelopor Gebu Minang, mendirikan Fakultas Kedokteran Unand, ASKI Padang Panjang, dan mengelola INS Kayu Tanam.
Rangkaian acara peringatan 100 Tahun A. A. Navis diselenggarakan oleh berbagai pihak diantaranya Badan Balai Bahasa, DKJ menyelenggarakan Sayembara Kritik Sastra dengan tema 100 Tahun A. A. Navis: Satirisme AA Navis, HISKI (Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia) mengadakan lomba penulisan artikel ilmiah tentang A. A. Navis, di Perpusnas pada 18-28 November 2024 mengadakan Pameran yang menampilkan foto-foto yang menceritakan momen-momen kehidupan A. A. Navis dan berbagai acara lainnya, dan tentu saja perayaan 100 Tahun A. A. Navis juga dirayakan di Prancis oleh Unesco pada 13-14 November 2024 bersama 55 tokoh dunia lainnya.
Sumber referensi:
Wikipedia.
Siniar Youtube Channel KEMDIKDASMEN.
Resensi buku Jodoh di situs buku.enggar.net.
PDF Skripsi Salma Nuha, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Antara News.