Kau mungkin belum tahu ini, tapi tak perlu kaget, karena ini mungkin bukan hal yang menarik. Kau boleh angkat matamu dari paragraf ini dan tidak perlu menyimak ceritaku kali ini.
Sejak 12 tahun lalu, setiap malam Jumat Kliwon, aku selalu bangun tidur jam tiga dini hari dan mendapati tubuhku berubah jadi charger putih merk Xiaomi, dengan tipe kabel type-c, selama 24 jam ke depannya.
Awalnya aku menyadari satu hal: bahwa aku tak lagi mendengar dengan telingaku dan tidak melihat dengan mataku. Seluruh fungsi tubuhku, telah berubah total dari tubuh manusia ke tubuh charger.
Artinya seluruh ceritaku saat menjadi charger aku peroleh dari pengalamanku mengakses seluruh fungsi charger: sepasang besi pencolok, adaptor, seuntai kabel.
Dan bagaimana semua itu bekerja menggantikan mata, kulit, dan telingaku? Kukira itulah bagian misteriusnya. Aku belum pernah membaca di manapun bagaimana sebuah kabel bisa merasakan sentuhan.
Contohnya ketika kau beberapa kali melilitkan kabelku ke lehermu. Aku bisa rasakan sendiri kulitmu yang memerah dan undakan tulang lehermu.
Intinya, bagaimana aku bisa hidup sebagai charger itu, adalah pertanyaan yang mirip dengan ada apa sebelum big bang terjadi? Jawabannya bisa macam-macam.
Aku kehilangan keinginan untuk bergerak dan bicara, karena ya sesederhana, untuk apa charger bisa bergerak dan bicara? Memerdekakan negara?
Aku cuma nyolok ke lubang colokan di sisi kasurmu, sementara kabel type-c-ku menjulur mengisi baterai handphonemu yang bukan Xiaomi.
Saat itulah aku mendengarmu berkali-kali merekam suaramu “Tolong, aku kesepian” sebelum kau gunakan kabelku, berkali-kali juga mencekik lehermu.
Sekarang kau sudah tahu ceritaku. Aku tahu kau tidak membacanya, jadi asal kau tahu saja, lain kali jika kau sungguh-sungguh ingin mencoba sensasi mati, kelupaslah lebih dulu kulit karet di kabelku.