Puisi

Puisi-puisi dari Para Penyimpang, dikurasi oleh kami untuk mewakili apa yang menurut kami, NYIMPANG BANGET. Alias ori dan dekat dengan “Semangat Zaman” ini.

Di sinilah Para Penyimpang menjadikan puisi jadi tempat pelarian, perlawanan, atau sekadar main-main rasa. Baca, atau ikutlah mencatat bersama kami.

Urban dan Puisi Lainnya

URBAN cinta-cintaan lenyap di ujung gedung tinggi tempat orang-orang tajir menaruh candi aku masuk ke dalam antrean tol dalam kota yang tak berhenti membunyikan klakson berisik banget seperti kamu kalau aku bawa kucing masuk pulang kerja kemudian kita makan bersama di rumah dinas anggota dewan yang baru dilantik tapi telepon bunyi melulu gak tahu waktu […]

Banana Juice

Banana Juice Sepanas bangku bekas kau duduki,sedingin kulacino di atas mejabekas banana juicemuyang ku bentuk menjadi berbagai high art brow, kadang gambar random aja sih,penting nyeni.Ku hanya ingin nyeni di hidup ini! BarorkaOktober, 2024 Mungkin Bukowski Benar Kayaknya kita butuh temenYang sering share meme atau satu dua info berjudi dan fightclub terdekat, gym? Ntar dlu […]

Senja Bulan September

  Senja Bulan September Senja mati di pelupuk matahari terbenam Jemarinya kuyu tak lagi mampu menggapai pena langit Sajak yang pernah yang ditorehkan pada bebatuan di sungai Pada pepohonan di bukit mematung di pinggir pusara Air mata anarki   Menjual diri di antara sendi di telanjang tanah duka Kulihat hujan mengetuk pintu Perginya senja menyimpan […]

Anak Bupati

Anjir kata gua. Belagu banget anak King padahal lu takut lemari dan suara nangis almarhumah jatoh dari lantai 12 kan. Yeu! Lagi demam aja lu minta anter ke toilet daripada ngeliat kunti terus pingsan kaya temen lu.

Membaca Kereta Jam 25

Tubuh menjadi ikan asin Menjadi sales, menjadi beton dan bunga Menjadi buruh, menjadi kereta api Menjadi mobil dan ringtone hp

The Boy with The Arab Strap

Kau kan hidup di pohon raksasa bersama mitos peri dan Ayahuasca juga grafik dari Petenera! Lari dalam sajak tentang gitar tanpa Dylan!

Rembulan Semerah Darah di Langit Kurusetra dan Puisi Lainnya

Rembulan Semerah Darah di Langit Kurusetra Rembulan sedang purnama di langit Kurusetra, ketika anak-anak Pandu ngelmu kepada Resi Durna Sang Begawan dari Sokalima Mereka gladi  menthang jemparing seolah sedang merentangkan garis takdir   O, lihatlah panah Si kembar Nakula-Sadewa Warastranya  hanya berdesing di udara Tiada satu sasaran terkena jua, asa mereka hampa menapaki jalan ksatria […]

Menanti Pengakuan

Menanti Pengakuan Lekang kalbu menunggu kepastian Terguyur waktu terpanggang pengorbanan Gontai jiwa memanggul penantian Berharap setangkai pengakuan   Jauh sudah langkahku Hingga hilang jejak rasaku Tergerus lincahnya sang waktu Yang terus iringi harapanku   Bersandar jiwa dibatang risau Sesekali dihempas rasa ragu Menggoyahkan keinginan yang kukuh  Melebur mimpi untuk menggapai hal yang indah     […]

Teras Warung Indomie

Teras Warung Indomie Bagaimana aku bisa menjelaskanAubade daun yang tidak kau sapu di halaman tiap pagi. Dengan cara apa aku meneruskanSetiap sunyi dan lari kecilnyaSetelah sekian banyak waktuBerusaha memahami detaknya sendiri.Di kamar ini dinding merekatkan sayap icarusMemetakan jejak patah dalam bantal sayupMemandikan bola lampu, mengusapnyaDengan banyak kegelapan menawarkan jalan cepat, menuju malam-malam tahun 1900 sekian.Pagi […]