Wangi Semerbak Gang Nikmat (Bagian III)
Kehilangan orang yang disayangi adalah pukulan terberat.
Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?
Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.
Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).
Kehilangan orang yang disayangi adalah pukulan terberat.

Sebuah penggambaran tentang kehilangan, kerinduan, dan pengorbanan dalam cinta serta kehidupan.

Sebuah kisah absurd tentang Budi, pria yang berjuang melawan realitas dan kesepian dengan imajinasi liar, hingga sahabat lamanya menyaksikan kewarasannya yang hilang.

Di Samudera Nusantara, hukum digadang-gadang adil, tetapi ikan-ikan kecil segera dihukum sementara si hiu besar terus merajalela, hingga keberanian seekor ikan badut mengguncang tatanan yang timpang.


Abdul Malik Sopyan menggambarkan derita komunikasi modern yang melelahkan, ketimpangan buruh perempuan dalam pusaran kapitalisme, dan kegelisahan guru honorer yang terjebak dalam kemiskinan serta ruang kelas yang kehilangan semangat.

Seorang ayah berusaha memperjuangkan hak libur anaknya dengan cara yang unik.

Seorang lelaki yang larut dalam kesedihan dan kejengkelan di hari Valentine, merenungkan kenangan pahit tentang mantan kekasihnya di tengah hujan Karawang yang murung.

Kesunyian dalam perjalanan pulang, keterasingan dalam rutinitas, dan kegelisahan yang merampas istirahat.

Seorang anak membayangkan ayahnya yang masih hidup dan sehat, namun sudah mempersiapkan obituari yang penuh dengan kenangan pahit dan manis.
