Dua Penulis, Satu Cerita, dan Sebuah Akhir yang Tak Terduga
Dua penulis berselisih ide dalam satu cerita.
Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?
Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.
Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).
Dua penulis berselisih ide dalam satu cerita.



Cinta, mati, dan pencarian makna dalam sunyi jiwa.


Menulis nama Tuhan adalah dedikasi dan kecintaan Idris.


Di antara aroma batagor dan kenangan yang mengendap, ia kembali ke meja makan yang hanya tersisa dalam ingatan, tempat ibu dan dirinya yang kecil masih setia menunggu cerita yang belum sempat usai.

Seorang anak bertekad tarawih di saf depan, tetapi godaan gorengan di rumah menguji kekhusyukannya.

Potongan-potongan kenangan absurd, manis, dan intim—tentang cinta, kebebasan, dan hal-hal kecil yang bikin hidup terasa lebih seru.
