Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Tergantung Mainnya

Cinta Tanpa Tapi   Kuserahkan segalanya untukmu Oleh-oleh dari mimpi kasihku rendam nafsu yang meriam berbakti tanpa berharap puja-puji aku Ismail, ikhlas berkurban Atas keyakinan keridaanmu   2025     Tergantung Mainnya   Relawan gentayang Survei lapangan sudah dapat jatah berapa? tergantung kemarin masa kampanye pokoknya aman buat bekal 5 tahun mendatang   Sekarang meregang […]

Coblos Saja Itu

Surat dari Tuhan Surat dari orang kumuh tak terbalas memanggil jiwa ikut andil Ingin bebas peraturan menindas, tanpa menimbang suara rakyat yang terhempas Memang tuan paling terhormat Kami harap negeri ini jangan tersesat kemerdekaan sampai gerbang belum masuk dalam kesejahteraan yang tenang Sering kali sunyi merampok nasib kita masih waras, tuan kepala keras. Purwakarta, 28 […]

Orang Asing yang Berduka

“Innalillahi…” kata Ibu sekaligus mengecap bibirnya pertanda khawatir “Ck. Gusti nu Agung… Gak ada hujan gak ada angin. Ya Allah, bener ya yang namanya hidup mah gak ada yang tahu.” Ibu menggumam lagi sambil menutup teleponnya. Ia bergegas naik tangga membangunkan Bapak yang baru saja pulang bekerja jam 8 pagi tadi. Sedangkan aku tentu masih […]

Lelaki yang Memeluk Dirinya Sendiri

Lelaki yang Memeluk Dirinya Sendiri Ada luka yang dipeluknya sendiri juga yang lain memiliki Ada kecewa yang dilukisnya sendiri Juga sekitar mengusirnya Juga tangis diusap sunyi sendiri Sebab katanya airmata bukan untuknya Dipaksa tegak menenggak dahaga Sebab bising ditelinganya “Lelaki adalah apa itu pusat energi” Ditekuknya kaki Ditunduknya kepala Dipeluk juga ia punya raga Namun […]

Ingin Jadi Ibu

Aku sudah bermimpi menjadi seorang ibu sejak aku masih berada di sekolah dasar. Seorang ibu yang dapat menggendong anaknya, lalu menemaninya berangkat ke sekolah saat sudah waktunya. Kini, jangankan menggendong anakku sendiri, hamil saja aku belum bisa.

Suara dari Tahun 2013

Sore itu, langit cukup kelabu. Seorang wanita berdiri kaku di depan gerbang rumah tua dengan desain arsitektur kolonial Belanda di Jalan Cipaganti, Bandung. Kedua jemarinya bergetar menggenggam surat yang disertai amplop merah. Wanita itu bernama Diana, berusia 32 tahun, seorang penulis novel, tinggal di Jakarta. Surat yang berada di genggamannya tertulis atas nama seorang laki-laki […]