Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Mimpi-Mimpi

Mimpi Piala Dunia Obrolan tentang sepakbola di piala dunia kini telah berlaluSeperti genangan air di jalanan yang dihisap mentariSeperti pergumulan para pengendara yang terurai di perlintasan kereta api ituSeperti juga pemilihan presiden yang Kita sebut pestaSebab di sana ada yang membagi amplopSeperti itulah hajatan yang bukan hajat hidup Kita Perbincangan soal nasionalisme pesepakbola kini telah […]

Titirah Nyai Suntirah

Teras rumah Nyai Suntirah tiba-tiba diselimuti keheningan yang aneh. Barang-barang yang semula sudah siap diangkut ke atas mobil bak terbuka berserakan begitu saja, ditinggal oleh orang-orang kampung yang beberapa menit sebelumnya berdesakan berebut jatah  es teh yang dibagikan Mak Ipeh. Mereka yang baru selesai membantu merapihkan barang-barang milik keluarga Sang Nyai langsung berhamburan ke dalam […]

Untuk Nenek

Mendengarkan lagu kabar terakhir di taman stasiun Cimahi. Aku mengelilingi kosong angin yang dipajangi daun-daun berwarna tanah. Bapak tukang sapu merawat rerumputan lalu pergi. Dan tiba-tiba masa kecil menuntun nenek dari alam barzah. Mendengarkan lagu kabar terakhir di taman stasiun Cimahi. Bersama kursi tunggu yang lembab dan basah Aku didatangi perempuan senja yang disayangi cucuk […]

Memikirkan Kematian

Mimpi Buruk Aku punya satu mimpi yang berhasil merahasiakan diri dari malam. kau alasan aku bermimpi. Kelak, apabila nanti kembali tanpamu, Aku hanya bocah kecil yang percaya hantu dan lupa doa pengantar tidur. Memikirkan Kematian Aku tidak paham, Usiaku atau dunia yang membuatku menyerah? Malam Overthinking Konon dahulu kala Bintang gemintang hidup dilangit, Namun entah […]

Period of Time

The past without regretsa deep gratitude now exist, indeedbring a calming future we often regretof what has been missedsometime we worry too muchby blaming things we often feeling so smallof something unknown if you’re looking for a shortage,then it blocks its way to some bliss;just like how insolence buried a buck of regret and all […]

Tuan Nabi

Tuan Nabi Sekemarau gurunSegerimis pasirBuah-buahannya manisnamun pemerintahannya busukTak ada siang tak ada malam di sanayang ada hanyalah kegelapanSampai lahirlah Cahayayang sinarnya menunjukkan mana manis, mana yang busukSehingga yang memilih manis, Ia mendapat akibatnya sendiriSehingga yang memilih busuk, Ia mendapat akibatnya sendiriSatu buah busuk, dapat membuat busuk seribu buah manis yang tercampur padanya“Pindah, pergi, tinggalkan yang […]

Di Hadapan Roti dan Kopi

Pagi sekali–antara kini dan pagi-pagi yang terlewati. Di luar kamar ku sering sekali ibu-ibu itu kehilangan niat pergi belanja. Alih-alih membeli sayuran, ia selalu hendaki dirinya di depan teman yang sedang buka warung. Lalu membaca puisi getir yang ia tulis sendiri pada tulang dahi: tentang suaminya yang menyebalkan, anaknya yang kurang ajar dan nasib-nasib buruk […]

Muara Amarah

Aku dapat menyimpan baik sedihDan mengarungi sungai dengan sampanMenumpahkan tangis di muaraMeyakinkan diri untuk menenggelamkan kasih. Matahari sudah diujung kepalaDan kebahagiaan ku adalah mengikhlaskanmuUntuk tetap dapat mengarui amarah

Bekas Cambuk

Bekas Cambuk Seseorang tengah mengetuk-ngetuk jendelamu Kapan kau akan membukanya setelah sekian lama? Kau memang masih dalam buaian trauma masa silam Seorang lelaki pernah mengkhianati cerita, bersamamu Kini kau sedikit membukakan perhatian pada orang baru Mencoba lagi romansa-romansa yang sudah asing Berharap luka tidak datang terulang dari si pengetuk Dan cinta tidak lagi dipandang sebagai […]

Sepi yang Melecehkan

Sepi yang Melecehkan Di atas bantal yang sendu kau telanjangi aku; kau lucuti pakaian dalamku, lepas semua penutup tubuh. Kulit-kulit merinding dan bibirku kaku. Kau mulai memperkosa dan aku meronta-ronta. Penismu genap di belahan dada, kau maju mundurkan ia. Aku terus mencoba melepaskan diri. Tapi sepi, kau telah berhasil menghabisiku di kamar ini.     […]