Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Cara Membunuh Abah Komar

Saya baru pulang kerja, keringat belum kering. Langsung duduk di sofa kesukaan saya, sembari menyelonjorkan kaki. Hening. Di saat mata terkatup, istri saya membangunkan. Saya masih berkunang-kunang, tapi saya bisa lihat raut wajahnya. Saya tanya ada apa, istri saya nyerocos, “Ayook Mas, bantu Abah Komar!” Di kantor, atasan saya menumpahi saya dengan berkas-berkas kerja yang […]

Sejoli: Wanarasa (Bagian I)

Kampung Wanarasa berada bawah kaki Gunung Sidengkong. Saat itu menjelang malam, langit gelap dan suasana terasa sangat sunyi. Rasa sepi yang menyelimuti diantara keramaian. Manusia terkadang perlu merasa sepi, karena sepi adalah pengakuan yang sejati terhadap diri. Wanarasa. Wana adalah hutan sedangkan rasa berarti ya rasa diciptakan oleh keadaan dan pikiran dengan begitu Yatimah sudah […]

Jam Segini

Jam Segini  jam berapa akhirnyamalam menjelma lautanwaktu yang kamu putuskanuntuk menyeberang ke lain diri saat kamu memilihbekal-berlayar ataunekat-berenang jam segini apa yang kamu pikirkan,sebotol pembersih lantai ataudua butir pil untuk tidurmu? jadilah terbuka, katanyadan mataku selalu terjagamenunggu sihir terlahiratau hari-hari begini berakhir jam berapa akhirnyamalam jadi pemakamantempat yang kamu putuskanuntuk melayat ke lain diri   […]

Kota Mati itu Baru Saja Dibangun

Aku harus pergi dari tempat ini, karena Ali telah membuatku berjanji sehari sebelum ia mati. Namun tidak ada hal yang benar-benar dapat kujadikan kompas untuk perjalananku. Kota tujuanku adalah sebuah nama kota yang baru saja dipaksa bangun, justru setelah penemunya mati. Kota itu bernama Madinah Al-Ghaibiyah. Berdasarkan apa yang pernah Ali tulis, itu adalah kota […]

Menyandarkan Mata ke Luar Jendela

Menyandarkan Mata ke Luar Jendela Gemuruh awan mendung pecah di atas gerbong ini,dan serpihan-serpihannya yang tajam adalah hujan,berserakan di jalan kereta, juga di tubuh orang-orangyang pulang kerja. Di gerbong lima, bapak-bapak karyawan–tepat didepanku, menyandarkan matanya ke luar jendela danmembuang semua yang dilihatnya: sawah, antenarumah, genting-genting yang basah dan persoalankantor yang membuatnya lelah. Di kursi kami, […]

Kematian Retorika

Demokrasi Diperkosa Katanya negeri ini negara demokrasiMedia terdominasi rakyat kecil diamputasiKritikan diteriaki makar konstitusiKebenaran terinjak sampah substansi Katanya negeri ini negeri pancasilaTapi kemerdekaan dikebiri penguasaMenyembelih akal nurani dengan paksaMereka lupa rakyat adalah semesta Katanya suara rakyat anda wakilkanOposisi dilecehkan mikrofon dimatikanUang kontrasepsi hamilnya keadilanRakyat naik pitam suara kami dibungkam Nyatanya rezim nodai suci amanatTeriakan kami […]

Di Punggung Ibu (Bagian III)

2021. Nangis gak karuan dan jam tidur yang berantakan bikin mataku sembab. Semalam aku baru tahu bahwa aku hamil setelah berkali-kali mengecek kencingku ke test pack yang aku beli sendiri di apotik yang agak jauh dari kosku. Hari-hari kemarin aku hampir pingsan di restoran waktu membantu tim service mengantar-antar pesanan. Waktunya bersamaan dengan flu yang […]

Ilmu Nasi

Kerbau itu berdiam di tengah sawah. Warga yang sudah mengepungnya berdiam tak berdaya. Mereka tak sanggup untuk menangkapnya, karena menginjak sawah yang baru rampung ditandur adalah suatu pantangan bagi warga Hulawes. Kerbau itu kabur dari kandangnya secara membabi buta dan berdiam diri di tengah sawah seharian. Yang mengherankan warga, tak ada satu pun benih padi […]

Karena Foto

Karena Foto Suatu ketika kau merengek Lalu bercerita tentang teman dan kekasih mereka Kau berkata, mereka selalu foto bersama Beribu-ribu foto tersimpan rapi di memori handphone Bahkan mereka memasang foto profil di facebook Kau pun marah dan mendiamkanku Kau merasa jika aku tak sungguh-sungguh menyayangimu Karena aku tak pernah melakukan itu Aku tak mengerti denganmu […]

Di Punggung Ibu (Bagian II)

2005. Ibu buru-buru belanja kolang-kaling ke Pasar Kosambi. Kami tidak naik ojeg pagi itu karena Ibu suka berjalan kaki. Ada sebuah jalan yang sangat sejuk buat ke pasar. Sebuah jalan setapak dengan lorong pepohonan, yang langsung menembus ke tempat aku les sempoa lalu tinggal menyeberang ke pasar. Jalanku memang lambat sebab aku suka sekali melirik […]