Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Rutinitas dan Puisi Lainnya

Rutinitas barangkali tak ada hal baru dalam hidup, seperti mengulang pekerjaan yang sama; membuka mata saat matahari terbit dan pulang ketika mulai terbenam     Sepi kusembunyikan jadwal-jadwal dalam kalimat ingin pergi keluar sebab angka-angka dalam kalender adalah tatapan sinis kebudayaan atas peringatan tigapuluh september hingga tak tersisa merah selain darah   sementara kukendarai sepeda motor, […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Malam Keparat

Di suatu malam keparat, pikiranku bertanya kepada sang empunya pikiran. Denting jam terus berdetak seirama jantung dan hembusan napasku. Kubuka satu per satu halaman, menamatkan buku yang entah sudah berapa bulan belum kurampungkan. Bagiku, membaca adalah lebih dari sekedar mengisi waktu luang, melainkan mengisi waktu agar kesepianku tak sia-sia. “Cinta adalah membebaskan, termasuk aku membebaskanmu […]

Siren dan Petaka Semesta

Angin pantai bertiup lembut sore itu. Terlihat di atas karang di bibir pantai, seorang perempuan duduk sendirian. Tangannya menyilang memangku lututnya, ia menatap kosong ke lautan lepas yang tak terlihat ujungnya. Senja kemerahan yang mewarnai langit nampak seperti gambaran luka yang berdarah pada hati perempuan itu. Perasaan sedih, marah, dan kecewa bercampur aduk setelah semua […]

Singkatnya, Aku Mengenalmu

Hi, aku Arif. Setelah lama aku merasa patah dari hati yang rapuh, hingga berpasrah, dan berupaya mampu mengendalikan diri, akhirnya aku kembali menemukan cinta. Hari itu Sabtu-malam Minggu, malam dimana muda-mudi bergelora dengan cintanya mereka, dan ya, pada jumpa pertama, aku menemukan kembali cinta yang lama sekali tak pernah kurasa. Tegur sapa tanpa banyak bicara, […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Rabu Kelabu

Hari ini Rabu pada minggu kelabu, kali pertama dalam minggu ini aku mengunjungi Ibu. Mungkin ia bangga melihat anaknya bertumbuh, atau kesal pada anaknya yang terlalu keras kepala sama dengan Ayah. Aku masuk setelah mengetuk dan mendengar suara resepsionis mempersilahkanku, “Siang, Bu.” sapaku ramah.  Aku pun duduk dekat kursi kecil samping tangga. Sebelum mataku melirik […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Pemilu

Saat aku kembali ke kosanku. Langit menghujaniku dengan beberapa pertanyaan, layaknya interogasi seperti intel pada targetnya. Biasanya kami berdiskusi berjam-jam, berdebat hingga lupa esok hari adalah pemilu. Lalu kami melahap ciuman dengan gigitan-gigitan kecil imajinasi sebagai pemantik diskusi. Pelukan adalah tempat ternyaman saat argumentasimu selalu dipatahkan apalagi oleh kekasihmu. “Hai. Lagi capek, ya?” “Enggak biasa […]

Foto Usang

Foto Usang Sejenak aku pandangi foto kelabu itu, terlihat usang dan warnanya pun sudah mulai pudar Tergerus oleh waktu dimakan oleh usia Selembar foto dengan berjuta cerita Kenangan masa lalu yang pernah terlewati Suka duka mengarungi lautan tantangan, hingga bisa berlabuh di tempat impian   Dalam foto itu tergambar guratan-guratan lara Ketika telanjang kaki menapaki […]