Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Indonesia Full Senyum

Adalah Nama yang Diberikan Ibu pada Anaknya Indonesia adalah nama yang diberikan Ibu kepada anaknyayang kini telah menjadi dewasasetelah menikmati masa kecil bersama raja-raja yang luhursetelah melewati masa remaja bersama para penjajah yang rendahanIa menggeliat, kuatmenjadi dirinya sendiri Indonesia telah tumbuh dewasaIa pengasih kepada semuapenyayang tanpa dendampenyabar terhadap orang-orang jahiltetap bersyukur di antara orang-orang tamak […]

Menyusun Batu dan Bulu

Di sebelah barat antara tenggelam dan hilang. Semburat jingga melesap bersama senja. Aku duduk mempelajari keramaian bersama Cakra.  Ia terus menikmati hisapan rokok dan bongkah asapnya. Ditemani kopi, buku, dan kita. Orang-orang berjejalan pada kesepahaman dan ketidak sepahaman. Baku hantam, umpat, benci, caci maki, bunuh, dan terus melukai. Ruang bahagia terhimpit duka cita. Tawa-tawa hingga […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Limbung

Aku membangun perpustakaan di hatiku. Kutata buku pada rak. Satu per satu kurapihkan. Ada yang usang, ada juga yang warnanya menguning. Buku itu bak kehabisan nafas semakin lama-semakin tua ditindas oleh waktu. Mataku nyalang memandang satu buku. “Jika buku seperti manusia, ia akan mengarsipkan peristiwa yang telah terjadi. Seseorang yang pernah singgah, ia yang punya […]

Malam Merindu

Malam Merindu Rindu hadirmu kujumpai dalam bayangan Yang selalu kau hembuskan pada semilirnya angin malam Kidung nyanyian jiwa pun hanyut Bersama perasaan yang semakin meramu kekuatan rindu Bisik mesra kau labuhkan pada kekuatan sang malam Yang semakin sempurna aku dapatkan bersama mimpi-mimpi saat lena menjemput lelahku   Di serambi sunyi aku merindu akan arti sebuah […]

Rutinitas dan Puisi Lainnya

Rutinitas barangkali tak ada hal baru dalam hidup, seperti mengulang pekerjaan yang sama; membuka mata saat matahari terbit dan pulang ketika mulai terbenam     Sepi kusembunyikan jadwal-jadwal dalam kalimat ingin pergi keluar sebab angka-angka dalam kalender adalah tatapan sinis kebudayaan atas peringatan tigapuluh september hingga tak tersisa merah selain darah   sementara kukendarai sepeda motor, […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Malam Keparat

Di suatu malam keparat, pikiranku bertanya kepada sang empunya pikiran. Denting jam terus berdetak seirama jantung dan hembusan napasku. Kubuka satu per satu halaman, menamatkan buku yang entah sudah berapa bulan belum kurampungkan. Bagiku, membaca adalah lebih dari sekedar mengisi waktu luang, melainkan mengisi waktu agar kesepianku tak sia-sia. “Cinta adalah membebaskan, termasuk aku membebaskanmu […]

Siren dan Petaka Semesta

Angin pantai bertiup lembut sore itu. Terlihat di atas karang di bibir pantai, seorang perempuan duduk sendirian. Tangannya menyilang memangku lututnya, ia menatap kosong ke lautan lepas yang tak terlihat ujungnya. Senja kemerahan yang mewarnai langit nampak seperti gambaran luka yang berdarah pada hati perempuan itu. Perasaan sedih, marah, dan kecewa bercampur aduk setelah semua […]

Singkatnya, Aku Mengenalmu

Hi, aku Arif. Setelah lama aku merasa patah dari hati yang rapuh, hingga berpasrah, dan berupaya mampu mengendalikan diri, akhirnya aku kembali menemukan cinta. Hari itu Sabtu-malam Minggu, malam dimana muda-mudi bergelora dengan cintanya mereka, dan ya, pada jumpa pertama, aku menemukan kembali cinta yang lama sekali tak pernah kurasa. Tegur sapa tanpa banyak bicara, […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Rabu Kelabu

Hari ini Rabu pada minggu kelabu, kali pertama dalam minggu ini aku mengunjungi Ibu. Mungkin ia bangga melihat anaknya bertumbuh, atau kesal pada anaknya yang terlalu keras kepala sama dengan Ayah. Aku masuk setelah mengetuk dan mendengar suara resepsionis mempersilahkanku, “Siang, Bu.” sapaku ramah.  Aku pun duduk dekat kursi kecil samping tangga. Sebelum mataku melirik […]

Lekas Sembuh Manusia Bumiku: Pemilu

Saat aku kembali ke kosanku. Langit menghujaniku dengan beberapa pertanyaan, layaknya interogasi seperti intel pada targetnya. Biasanya kami berdiskusi berjam-jam, berdebat hingga lupa esok hari adalah pemilu. Lalu kami melahap ciuman dengan gigitan-gigitan kecil imajinasi sebagai pemantik diskusi. Pelukan adalah tempat ternyaman saat argumentasimu selalu dipatahkan apalagi oleh kekasihmu. “Hai. Lagi capek, ya?” “Enggak biasa […]

More posts
Yuk Berkawan

Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.

Promo Gack dulu, dech Ayooo Berangkat!