Cahya Dalan: Hilang
"Ya udah, sih. Kamu juga gila berarti. Nyulik-nyulik bunuh-bunuhin orang buat menuhin hasrat doang buat apa coba." celetukan Farid terdengar renyah di telinga Jayanti
DI “Adu Fiksi” Para Penyimpang melakukan sparring untuk adu cerita fiksi, adu gaya, teknik dalam tulisan fiksi. Di sini para penulis saling jegal dan pamer keahlian.
Di sini mereka mencari siapa yang paling berani, paling tajam, atau paling ngena. Bukan sekadar nulis, tapi juga uji daya imajinasi dan keberanian melawan arus.
"Ya udah, sih. Kamu juga gila berarti. Nyulik-nyulik bunuh-bunuhin orang buat menuhin hasrat doang buat apa coba." celetukan Farid terdengar renyah di telinga Jayanti
“Kamu tahu tidak informasi terbaru terkait perusahaan tambang nikel. Pasalnya mereka menambang ilegal. Aku dapat informasi ini dari Bela kekasih Arman,” ucap Langit.
Pada mulanya hanya Waktu. Diam, mengambang antara keadaan dan ketiadaan. Nenek moyang kita belum mengenalinya sebagai penanda.
Bukankah di setiap bungkus rokok selalu ada narasi merokok itu membunuhmu. Lalu siapa yang membunuh perokok pasif?
Jayanti kira cuma dirinya yang perlu sesi ke psikiater, tapi ternyata mangsa-mangsanya lebih membutuhkan waktu dan biaya untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kejiwaan. “Bukan, bukan itu masalahnya.” Jayanti lantas mengingat-ingat, “Sejak kapan ya, BPJS cover pengobatan jiwa?” ia mengobrol dengan dirinya sendiri. Masalahnya begini, ia tahu betul pengobatan ke poli jiwa menghabiskan biaya yang tidak […]
"Iya, Jayanti. Kamu pembunuh paling indie di dunia ini setelah JTR.”
Kota menjadi gak keruan. Pembunuhan merajalela. Pejabat, begal, ormas, dan preman ganti-gantian jadi korban, dan orang-orang masih sempat-sempatnya mencari validasi yeuh aing, dan yeuh skena aing.
Cuih. Jayanti meludah najis saat membaca berita pembunuhan di Karawang dari ponselnya. Beberapa hari yang lalu, ia membaca sebuah broadcast Whatsapp yang dikirim kepolisian atau anggota pers yang tergesa-gesa dan kelihatan gak ngerti Puebi. Gitu aja banyak typonya. Begitu ocehnya dalam hati. Rencananya gagal total setelah mangsa jatuh ke wilayah musuh. Geng-geng sok agamis yang […]
Kisah sebelumnya baca di sini “Bug dan cesss. Lembut, seperti bunyi kepala jatuh ke bantal 25 ribuan yang dijual amang-amang Pasar Minggu sepanjang pinggir jalan Galuh Mas,” kata Sanusi. Di depannya, seorang penyidik malas-malasan menulis keterangannya. “Bayangkan, Pak!” Sanusi mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, “Sepagi ini … Bapak bangun, kejar-kejaran dengan terbitnya matahari, mandi abis kerja seharian. […]
Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.