Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Mimpi Menyeramkan Belakangan

Ah! Nenek itu. Lucu sekali wajahnya, dan gayanya sangat jenaka. Sebetulnya aku selalu menyukai baju-bajunya yang vintage, dia juga sering ngomong sendiri. Maka ketika lewat, aku selalu menyapanya dan meskipun terdengar tidak sopan, aku suka masuk ke dalam obrolannya.

Dari Bilik Toilet Fancy di Kota Ini

Di lantai 40 gedung paling fancy di Jakarta, aku sedang menahan perut yang mau meledak. Sembilan bulan bekerja di sini tak membuatku kebal pada dingin AC atau toilet yang terlalu canggih tapi hari ini berbeda.

Kisah Cinta Sri-Mulyono: Tuyul Istana

Ia bingung, apa yang akan ia katakan kepada ibu-bapaknya? Padahal, ibu dan bapaknya sudah berharap si Tuyul Bahlul lulus dan sudah bisa melamar kerja di PT. Fufu Fafa Tbk, sebuah perusahaan BUMN yang bonafit dan bergengsi di negeri gaib.

Salma Berkenalan dengan Siti Sarah dan Siti Hajar

“Ayah, Aki itu istrinya banyak, ya?”  tanya Salma sambil terus mengenyot botol dot berisi susu bendera cokelat. Salma tidak bisa berhenti bicara, semua hal selalu ia tanyakan sepanjang hari pada orang-orang di sekitarnya. Sekarang sudah waktunya tidur, dan Salma masih sibuk bertanya-tanya pada Ayahnya. Ayahnya sudah bosan dan tangannya mulai pegal karena Salma menjadikannya bantal. […]

Televisi yang Menyala hingga Larut Malam

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Bapak sudah mendengkur keras hingga dengkurannya mengalahkan suara kipas angin buluk. Ibu pun sudah menyusulnya terlelap ke alam mimpi. Sedangkan, aku masih terjaga menonton TV, menunggu suara “Bioskop Trans TV akan segera dimulai” menggema. Aku tersenyum kecil acap kali intro itu muncul, karena terdengar seperti mantra yang menandakan bahwa malam […]

Di Batas Patah Hati

Saat pulang kerja, Arimbi melihat awan mendung bagai perut keledai. Angin berhembus kencang menggoyang nyiur, dan udara turun mengusir panas yang akrab dengan kota ini. Arimbi berjalan melewati gerbang dan bertegur sapa dengan seorang satpam berperut luncai. Hari ini Arimbi tak membawa kendaraan jadi terpaksa ia mesti menunggu bis di halte. Setiba di halte hujan […]

Menyoal Tuhan dan Puisi-Puisi Lainnya

YANG KUTAHU   aku tak tahu bagaimana menulis yang ku tahu aksara adalah aku aku tak tahu bagaimana menulis yang ku tahu metafora tak lagi kaku aku tak tahu bagaimana menulis yang ku tahu diksi melirih pelan aku tak tahu bagaimana menulis setengah tinta yang aku hidup   Purwokerto, 4 Februari 2020     BUKAN […]

Kisah Cinta Sri-Mulyono: Malam Pertama APBN

Bagian sebelumnya baca di sini.   “Badanmu kurus terus.” kataku meledeknya sambil menggodanya bercanda “Tunggu kiris?” katanya sendiri Dia hanya tertawa, dan dari ujung-ujung bibirnya, garis senyumnya menggandakan kulit yang sudah keriput itu, tapi oh tampannya masih ada. “Aku kan sudah bilang, kalau mau pergi bekerja kamu harus pakai masker, tahi kayunya masuk lewat hidungmu […]