Karya

Bagaimana membaca “semangat zaman” kiwari?

Tentu saja melalui isi kepala dan keresahan dibentuk menjadi karya-karya seni. Di sinilah Para Penyimpang mendokumentasikan seanagt-zaman mereka.

Entah itu tulisan, visual, audio, atau bentuk-bentuk lain yang belum punya nama. Di sini kami berkarya tanpa banyak aturan—asal jujur, berdaya, dan bikin mikir (atau minimal bikin senyum sendiri).

Buah Mangga

Kecewa yang dirasa Kakek Sarmidi amat dalam. Ingin rasanya ia merobek lehernya dengan pisau yang ia pegang.

Korupsi

Hamzah adalah seorang pemuda berusia dua puluh dua tahun. Ia bekerja di sebuah toko kelontong kecil. Orang-orang mengenalnya sebagai pribadi ramah dan murah senyum. Setiap pagi ia membuka pintu toko, mematikan lampu, lalu menyapu lantai yang penuh debu dari jalan raya. Hidupnya sederhana. Jarang ada keinginan neko-neko. Pemilik toko kelontong itu, Pak Hasyim, menjadikannya tangan […]

Perkara Makan Siang

Sebetulnya, warung Sumi bukan pilihan pertamaku. Sebelumnya, ada Indah. Dia satu-satunya warung ber-AC di deretan itu. Kalau kau bertanya kok bisa warung pinggir jalan ber-AC, karena Indah menjadikan warungnya sekaligus tempat tinggalnya.

Hantu-Hantu juga Boleh Saja Rindu

Saya menghabiskan 50% gaji saya untuk rokok. Memang bukan hal bagus, tapi semenjak ada rokok, hidup saya dipenuhi jadwal memaknai. Hari ini saja saya sudah menghabiskan satu setengah bungkus Win Click. Dari empat puluh batang, kini rokok saya tinggal delapan batang. 

Mimpi Menyeramkan Belakangan

Ah! Nenek itu. Lucu sekali wajahnya, dan gayanya sangat jenaka. Sebetulnya aku selalu menyukai baju-bajunya yang vintage, dia juga sering ngomong sendiri. Maka ketika lewat, aku selalu menyapanya dan meskipun terdengar tidak sopan, aku suka masuk ke dalam obrolannya.

Dari Bilik Toilet Fancy di Kota Ini

Di lantai 40 gedung paling fancy di Jakarta, aku sedang menahan perut yang mau meledak. Sembilan bulan bekerja di sini tak membuatku kebal pada dingin AC atau toilet yang terlalu canggih tapi hari ini berbeda.

Kisah Cinta Sri-Mulyono: Tuyul Istana

Ia bingung, apa yang akan ia katakan kepada ibu-bapaknya? Padahal, ibu dan bapaknya sudah berharap si Tuyul Bahlul lulus dan sudah bisa melamar kerja di PT. Fufu Fafa Tbk, sebuah perusahaan BUMN yang bonafit dan bergengsi di negeri gaib.