Esai

Kolom ini berisikan esai opini mengenai kejadian-kejadian terkini dan personal. Ditulis sesantai yang kami mampu, seserius yang kami bisa.

Harapannya, suatu hari nanti kita bisa melihat kembali bagaimana kita mencatat peristiwa-peristiwa yang telah lewat.

Seribu Lilin di Tengah Gelap Kota Industri, Seribu Komentar di Lini Masa

Sabtu malam, 31 Agustus 2025, aku berdiri di Taman Sehati bersama puluhan orang berpakaian hitam. Di tangan kami ada lilin, di kepala kami ada payung hitam, di dada kami ada duka. Kami datang bukan untuk hura-hura, bukan untuk keributan, apalagi demi uang, kami datang karena kami ingin ambil bagian dari gejolak situasi yang terjadi akhir-akhir […]

Berdemo Untuk Menghidupkan Lagi Demokrasi

Secara resmi Negara Indonesia menggunakan sistem demokrasi dalam menjalankan pemerintahannya. Itu artinya kekuasaan terbesar berada di tangan rakyat. Tapi kenyataannya jauh panggang dari api. Rakyat hanya didatangi saat pemilihan saja untuk dimintai suaranya. Begitu menang (jadi legislatif atau eksekutif) si kampret langsung lupa sama janji-janji manisnya dan langsung pasang jarak jutaan tahun cahaya dengan rakyat. […]

Melawan dan Meledaklah lewat Tulisan

Mereka punya uang, punya anjing yang menenteng senjata, punya hukum yang bisa mereka bengkokkan setiap kali moodnya berubah. Tapi mereka gak gak bisa beli kesadaran: satu-satunya hal yang kita punya.

Dari By The Way ke By The Way: Memikirkan “Literasi” Sekali Lagi 

Refleksi Selepas Muskerwil FTBM Jawa Barat, Bogor 2025 Hidup ini tak ada artinya Maka kau bebas mengarang maknanya seorang. –Hindia. Saat dalam perjalanan ke Muskerwil Forum Taman Bacaan Masyarkat Daerah Jabar (FTBM) di Bogor kemarin seorang kawan yang mengantar nanya untuk apa ikutan FTBM? Padahal udah sibuk dengan urusan kantor dan jelas-jelas kami ini merupakan […]

Kalau Ngopi Sendirian itu Dosa, Maka Izinkan Aku Berdosa

Sebagai mahasiswa rantau di Malang, saya terbiasa menjalani hari-hari dengan lingkar sosial yang cukup sempit. Bukan karena kesulitan mencari teman atau tidak ingin bersosialisasi, saya hanya merasa tak selalu punya energi untuk itu. Kemudian pada akhir semester kemarin, masa-masa skripsi mulai menyita waktu banyak mahasiswa. Banyak dari mereka memilih nugas di kafe, ramai-ramai bersama teman ataupun […]

DPR dan Seni Menyengsarakan Rakyat

Padahal, kalau Uya Kuya mengingat kehidupan artis sebelum populer, Uya Kuya harusnya mawas diri. Gak semua artis itu bergelimang harta seperti DPR kecuali kamu punya nama dan jaringan. Iya, kan? Seniman mana yang mendapat tunjangan beras Rp12.000.000? Seniman kebeli rokok saja sudah untung. Atau, Uya Kuya punya persepsi yang lain soal artis? Hoooo artis yang dimaksud Uya Kuya mungkin seniman yang menghasilkan penderitaan rakat. Anjay~ 

Judol bikin Temanku jadi Gak Asyik Lagi

Saya punya seorang teman dekat. Dia baik, lucu, dan energik. Dia teman yang sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol, diajak main, tapi semua itu berubah semenjak ia kecanduan judi online. Kerjaannya tiap hari cuma menatap layar ponsel sambil menekan-nekan ikon spin. Ia amat percaya bahwa ia bakal “dikasih” rezeki nomplok dari situs bodong itu. Saya bilang […]