Menulis Lagu Pop
Siang ini
Aku ditelpon
Seorang wanita
Di kota asing
Dengan nada bicaranya yang asing
Dia tidak banyak bicara
Hanya sepatah dua patah kata
Bercakap aku menginginkan
Sesuatu darimu.
Padahal hari ini
Aku sudah cukup kekurangan
Cheap cigar, rented room with broken toilets, smells of piss and death.
Mungkin dia terkena hepatitis
Atau hernia, atau semacamnya
Aku tidak begitu mengenalnya
Melainkan hanya surat menyurat
Sekitar dua tiga kali lewat aplikasi slowly.
Tapi ada yang mengusikku
Dari nada bicaranya, dari suaranya
Seperti pisau tumpul memotong tulang ayam.
Dia bilang
“Aku membaca semua puisimu, aku jatuh cinta”
Aku ragu, semua kutulis bukan kalimat
melainkan lirik lagu.
September, 2024
–
Menu Makan Malam
Semalam aku berkunjung ke rumahnya.
Teras arsitektur keterasingannya menyambut hangat.
Silahkan masuk katanya.
Aku melepas sahabatku, clarks dengan sol rubber tipis dan sudah licin.
Dia membuka jendela, udara malam hari membuatku haus sekaligus kepising
Ada air putih?
Kenapa enggak kopi?
Aku mengiyakan.
Lalu dia menyulut kompor
Kamu mencium bau sesuatu?
Aku jawab tidak (in a negative way)
Mungkin hidungku tersumbat debu jalan.
Serius ga cium?
Ini kayak bau gas loh, masa kamu ga cium?
Aku coba mengendus lebih dekat.
Baunya memang samar.
Jauh hari, aku sudah mengingatkannya
berulang kali.
Jangan menyalakan korek api,
Atau kita akan meledak bersama di sini.
Barorka
September, 2024
–
Catatan-Catatan Kaki Gubuk Hutan
Aku membangun gubuk di tengah hutan
Mengais sisa sampah membakarnya di tengah malam untuk mengusir hantu. Gubuk 3×3 lengkap dengan dinding baliho partai yang kucuri di jalan. Tengah malam. Waktu tak ada. Bahasa menjadi atap bolong di gubuk ini. Cahaya masuk cahaya menari dari 5 watt sudah cukup menyinari kepalaku. Meski ditutup laron semalam, meski menjadi santapan pagi buta. Sebelum mengeruk tanah untuk buang air. Membikin burung-burung bermigrasi dari barat ke timur. Membawa suara alam dalam paruhnya, anak-anak hutan lebat bermain di dahan-dahan. Tak ada tambang batu bara di sini. Tak ada mesin pengeras suara. Tak ada politik yang membikin hatiku mengeras.
Setelah mandi dari tampungan air hujan kemarin. Aku mengolah tanah. Kejauhan, kulihat leluhur duduk di pondok kecil di tengah sawah. Tidak dengan baju partai lusuhnya. Menanam cabai, daun bawang, bawang merah dan putih. Tahan dulu sebentar, entah dua minggu lagi aku akan kenyang bawang. Ada api di sini.