Saya akan selalu percaya kalau ada yang ngomong, Purwakarta itu sempit. Selain karena fakta bahwa Purwakarta adalah kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Jabar, saya merasa semua orang di Purwakarta somehow connected aja. Katakanlah, saya punya teman dekat yang lebih sering nge-gaje sendiri daripada nge-gaje rame-rame. Lalu, on the other side, Eja punya teman yang sama gajenya seperti teman saya. Keduanya percis dan mirip gak jelasnya. Usut punya usut, ternyata teman saya dan teman Eja sahabatan. Aaahh Purwakarta teh bener euy sempit teh. Inisialnya Rey dan Wildan. He3x. Inisial.
Kali ini saya mau bahas soal Wildan dan group band barunya, Cosmic. Uhuy! yang baru aja merilis 2 singles perdana mereka berjudul Seniors dan Mind. Cosmic beranggotakan Setyo (drummer), Wildan (vocalist), Randy (guitarist), dan Teguh (bassist). Percayalah, saya senang akhirnya Wildan menemukan teman yang cocok untuk nge-band. Sebab jujur aja, saya udah capek kalau Eja diajak ngamen sama Wildan tiba-tiba. Ngamen yang literally ngamen, ya. Pakai speaker dan mic portable gitu, jalan ke mana gitu. Saya sih gak masalah ngamennya. Yang jadi masalah, si Wildan selalu ngajak Eja pas ada saya:( Padahal kan batur teh hayang duaan hela atuh Dan, ah!
Tapi serius, terima kasih ya Setyo, Teguh, dan Randy udah mau berteman sama Idan. Yang kata Wildan mah kalian teh “Bapak-bapak gaul.” Saya setuju btw. Biarpun udah usia bapak-bapak tapi tetap berkarya tea. Yaa seperti bergabung di Slow bin Santai, Cruelty of Elizabeth, ex JSR, Wildandweed, dan Xtreme Project.
Kemudian, seperti yang ada di lirik lagu Budak Jalanan-Kustian yang sempat hits pada masanya, ya saya nanya dong, “Kumaha kumaha atuh kumaha. Eta kumaha mimitina, Dan?”
Idan jawab. Awalnya diajak Setyo ngerental bawain lagu-lagu Jamrud, RATM, Boomerang, Edane. Lantas Randy juga kasih beberapa guide gitar di group WA untuk diisi vocal drum dan bassnya. Nah, berproses kreatif lah mereka di sana. Sampai tiba waktunya saya COD-an cilok sama Idan, Idan nyodorin lirik ke saya sama ke Eja. Sebagai editor yang lebih banyak julid daripada ngedit ini, saya jadi tertarik juga sama liriknya yang judulnya Seniors.
Seniors: Cara Cosmic Kritisi Senioritas dan Tetek Bengeknya
Setidaknya katakanlah sampai angkatan saya (kelahiran 90an akhir), kita semua memiliki pengalaman MOS dan Ospek. Kita merasakan betapa gak enaknya masa-masa itu karena kita harus bangun sangat pagi, memecakan teka-teki yang memuat bahan dan perlengkapan yang harus kita bawa keesokan harinya, diteriakin kakak kelas, istirahat makan diburu-buru, wah campur aduk pokoknya pas saya SMA. Syukurlah Ospek di kampus (dan fakultas saya) semenyenangkan itu dan tidak seburuk ketika saya SMA.
Selepas pendidikan, barulah saya menemukan variasi senioritas dalam bentuk yang lain. Meskipun, sebenarnya kalau dipikir-pikir, senioritas di lingkup keluarga juga mudah ditemukan. Anggaplah begini, kadang suka ada aja yang ngomong,
“Heh kamu tuh kalau disuruh sama Kakak tuh ya nurut, dong!” meskipun mungkin hal disuruhnya ya yang gak ada hubungannya sama kehidupan dan cuma menguntungkan si kakak.
Tapi mungkin ya pada saat itu saya masih terlalu bodoh untuk menyadari juga kali, ya. Atau, katakanlah di sebuah kumpulan keluarga besar (keluarga saya misal). Ada acara makan-makan dan si sulung selalu jadi yang ‘dilayani’. Gak ada kerja-kerjanya barang sedikit itu si sulung. Kalau enggak, ya cukup jadilah yang terkaya di keluargamu dan kamu akan jadi raja, dilayani kapan saja, dan terbebas dari kerja-kerja bersama yang harusnya dilakukan keluarga.
Mirisnya, di semua irisan, kita akan selalu bertemu dengan senioritas. Apa pun bentuknya. Termasuk di circle dan komunitas yang kita gandrungi. Melalui singlenya Seniors mengatakan,
Fuck off!
The seniors
Won’t support us
the most perfect
But zero in yourself
Yang insyaalloh kalau saya terjemahkan, begini artinya
Anjir lah, bacot! Senior-senior teh, gak mau support kita (yang berada di bawah secara kekaryaan, yang baru berkembang), si paling pefect tapi pedut ah! Nol besar!
Melalui lirik ini, saya bisa tahu: pengalaman kita saat berurusan dengan orang-orang senior yang sok dan hobi ngejatuhin semangat itu bisa jadi berbeda-beda, tapi perasaan inferior dan jengkelnya itu pasti sama. Si senior yang seolah-olah seperti mengidap Post Power Syndrome dan terus-terusan berbicara “Waktu zaman saya, sih … ” “Wah kalau dulu sih seru … ” “Punten, yah. Sekarang sih saya gak lihat berkembang, tuh … Gak seperti dulu,” padahal kita tahu sendiri orang-orang yang seperti itu adalah orang yang ketakutan gak punya panggung lagi, saking takutnya jadi gak berkarya lagi dan bisanya cuma matahin semangat doang. Ya mudahnya, seperti yang bisa kita temukan di reels saat ini,
“Ajarin dong puuuh … Sepuh … Kita kan masih pemula,” iya gak, sih?
Untuk yang mau dengarin lagunya di Spotify, Apple Music, bisa banget klik di sini dan kalau yang mau lewat Youtube juga boleh rada ke sini
Anyway, lirik yang sangat bermakna. Terima kasih! Semangat terus. Derkeun we yang penting mah original dan bukan plagiat. Terus berkarya, jangan lupa dukung terus pegiat literasi dan seniman lokal Purwasuka! <3