“Kitab kejadian-kitab kejadian! Tontonan apaan, sih? Ganti coba! Gak jelas banget film teh kayak tulisannya Pepi.” Jayanti menyimpan gelas kopi Qomu di hadapan Farid dan Robby.
Farid sedikit ngambek. Karawang memang sedang darurat, tapi Purwakarta biasa aja, tuh. “Meuni lebay banget, sih. Apa-apa teh disentimenin wae kamu mah!” gerutu Farid sambil berdiri membenahi pinggiran sempak yang nyempil di pantatnya.
“Ya apaan coba film gak jelas gitu ditonton. Waktu, lah. Ruang, lah. Christoper Nolan bukan. film Marvel bukan, gak jelas!” Jayanti kembali menggerutu dan menyalakan korek.
Robby semakin pusing mendengar pembicaraan dua orang yang gak pernah akur itu. Kalau bukan bertengkar karena cucian, dua sahabat itu pasti bertengkar karena hal-hal remeh lainnya. Sedangkan ia sendiri harus menelan kabar menyesakkan bahwa kesayangannya Naura tidur dipelukan laki-laki lain dini hari tadi.
“Aaak! Anjyiiing! Berisik kalian semua!” Robby berteriak dan lari mencekik kucing di markas itu.
Sakit hatinya membayangkan Naura yang aaargh!
“Liat, tuh! Orang gila semua isinya markas ini tuh.” Jayanti ngedumel kesal
“Ya udah, sih. Kamu juga gila berarti. Nyulik-nyulik bunuh-bunuhin orang buat menuhin hasrat doang buat apa coba.” celetukan Farid terdengar renyah di telinga Jayanti
Sedikit kaget, tapi ya memang apa sih yang Farid gak tahu tentang Jayanti?
Jayanti baru mau mendengus kesal, tapi
“Baju kamu tuh si Rey yang nyuci! Darah di mana-mana! Jorok banget, sih! Kalau bukan temenku mah mana mau aku!”
“Ya udah, sih. Lebay amat apa-apa disentimenin! kalau gak ikhlas ya gak usah! Kamu kan cuma ngurusin yang penting-penting doang kayak lomba sentil titit misalnya! Ngapain perkara bajuku kamu urusin juga?!” balas Jayanti menyindir Farid
“Kamu, tuh!” “Kamu, tuh!” “Kamu!” keduanya lantas saling memukul sampai,
Peciw! Peciw! Peciw! Nit nut nit nut nit nut
Semua orang lari ke jalan untuk melihat keramaian itu.
“Kelamin Wakil Bupati hilang!” terdengar pengeras suara dari ramai-ramai ambulan.
“Wakil Bupati yang mana?” tanya Farid kepada Jayanti seolah-olah lupa dengan pertengkarannya beberapa detik yang lalu.
“Aku gak ngerti Wakil Bupati yang mana, soalnya aku gak bisa bedain Wabup Karawang sama Purwakarta, sama-sama gak muncul ke permukaan soalnya. Tapi perasaan tititnya tadi aku taruh di sini. Sekarang mana, ya?” Jayanti lantas merogoh tasnya. Ia tidak menemukan karyanya yang hilang.