
Pada tanggal 13-14 Agustus 2025, ribuan warga Kabupaten Pati ramai-ramai berdemonstrasi di Alun-Alun Pati dan Area Pendopo Kabupaten Pati. Demonstrasi ini buntut dari sikap arogan Bupati Kabupaten Pati, Sudewo, yang menantang warganya untuk mengerahkan masa sebanyak mungkin.
“Jangankan 5.000, 50.000 yang berdemo pun saya tidak akan gentar!”
Anjay si paling maju tak gentar~
Demonstrasi ini disebut sebagai demonstrasi terbesar sepanjang sejarah Pati. Masyarakat Pati (memang sepantasnya) ngamuk atas beberapa aturan gak bijak dari bupatinya. Diantaranya adalah aturan tentang sekolah seminggu 5 hari (dari Senin ke Jumat), pemecatan terhadap 220 tenaga kerja di Rumah Sakit daerah Pati atas nama efisiensi, yang ternyata di tahun yang sama rumah sakit tersebut menerima beberapa pegawai baru, pungutan japrem sebesar 300 ribu perbulan kepada pedagang kaki lima, dan juga kenaikan pajak bumi dan bangunan yang mencapai 250 persen. Yoi.
Dima bumi dipijak, di siko awak dipajak!
Alasan di atas cukup buat masyarakat geram, tapi yang benar-benar bikin masyarakat Pati ngamuk adalah ketika bupatinya mengeluarkan statement bahwa ia gak gentar di demo 5.000 orang “Jangankan 5.000, 50.000 ribu juga saya gak gentar.”
Celetukan arogan itu dijawab masyarakat Pati dengan berdemonstrasi sambil melempar sandal. Keren!
Kenapa sih masyarakat Pati ingin memakzulkan Sadewo? Apakah karena kerjaan Sadewo gak bener?
Kalau itu alasannya rasanya semua pimpinan di negeri yang baru berusia ke-80 ini gitu semua, deh. Inkompeten, korupsi, dan semua sifat jelek dari zaman manusia masih monyet juga kayaknya ada di semua pemerintahan. Tapi yang jelas, puncak hal yang bikin masyarakat Pati ingin memakzulkan Sadewo adalah karena arogansinya. Ya, arogansi. Sifat arogan emang lebih mudah dapat reaksi perlawanan daripada statement aneh bin blunder. Buktinya selama ini kuping kita terus kemasukan alasan aneh dari kebijakan pemerintah kayak omongan Bahlil Lahlah sama Nusron Wahid yang mukanya ngantuk mulu itu, kita cuma misuh-misuh doang. Ya walaupun ada rasa pengen nabok juga sih.
Tapi ya begitulah pemrentah. Semakin arogan semakin layak kita timpuki sandal. Aneh juga. Sepertinya orang-orang di badan pemerintahan memang harus ke psikiater minimal sebulan sekali (pakai BPJS ya, supaya efisien!), dan perlawanan yang dilakukan masyarakat Pati adalah tanda bahwa rakyat masih punya ikatan dan penderitaan yang sama. At least, kita tahu bahwa masyarakat masih mau menjaga satu sama lain, dan belum sepenuhnya menyerah pada kesewenang-wenangan reinkarnasi firaun itu.
Solidaritas itu yang justru sering dijulidi orang-orang yang gak punya penderitaan yang sama, iya. Masyarakat yang bilang kalau turun ke jalan itu adalah hal yang sia-sia. Sia weh nu sia-sia!
Dari sini lah hendaknya kita belajar, bahwa rakyat kecil yang sering diremehkan justru punya daya tahan lebih kuat dari para penguasa yang duduk di kursi empuknya.
Menanggapi pemakzulan, Sudewo mengatakan bahwa ia tidak akan mundur dari jabatannya karena ia dipilih secara konstitusional. Ia juga bilang bahwa aksi demonstrasi kemaren hanya segelintir orang. Nah, kata segelintir orang ini yang bikin masyarakat Pati geram lagi. Kabar yang beredar di media sosial tgl 20 Agustus ini masyarakat Pati akan menggelar demo jilid 2. Anjay, mau nyamain rekor Masyarakat 212. Gaskeun, lah!
Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.